KOLOM, Belajar Tampil Chic dari Perempuan Prancis   Minggu, 27/01/2008

ORANG-ORANG tua kita dulu sering berpesan. Membeli barang yang tidak ada
gunanya itu sifat boros. Kalau hemat, kita dijamin kaya. Cara bersikap irit
itu juga diadopsi para pakar busana.

Dalam dunia mode dikenal istilah "hemat pangkal gaya". Dengan membeli
sedikit barang, kita bisa tetap tampil maksimal dan kelihatan gaya. Dalam
kenyataannya sering kali berbeda. Sebagian kita dikenal sebagai warga yang
konsumtif. Senangnya belanja barang. Makanya, mal berdiri di mana-mana. Ahli
ekonomi mengatakan, roda perekonomian kita terus berputar justru karena
masyarakat gemar belanja, bukan hasil investasi modal asing.

Sifat konsumtif itu termasuk membeli baju. Masih punya baju layak pakai,
kita sudah membeli baju baru lagi. Tapi lucunya, meski banyak membeli baju,
sebagian kita tetap saja kurang tampil maksimal. Sudah rajin gonta-ganti
baju,tetap saja akhirnya tidak jadi kelihatan gaya. Kalau begitu
kejadiannya, pasti ada yang kurang beres. Mungkin soal sikap kita dalam
berpakaian. Kita lebih peduli pada hasil akhir, bukan pada taktik untuk
sampai pada penampilan akhir itu. Ini beda dengan perempuanperempuan Prancis
yang dikenal dengan gaya chic-nya yang khas.

Prancis itu ternama dengan barang-barang mewahnya. Minuman anggurnya
terbaik. Makanannya berkelas seni gastronomi. Parfumnya paling harum di
dunia.Apalagi modenya, paling dicari para pebelanja. Sampanye diciptakan di
sini. Begitu juga haute couture, adi busana, seni mencipta busana kelas
tinggi. Belum lagi cokelatnya yang begitu lezat dan lukisanlukisannya yang
indah. Hidup di tengah lumbung barang mewah yang diidamkan setiap orang,
kita berpikir setiap perempuan Prancis memiliki pinggang lebar dan lemari
pakaian yang luas.

Ternyata tidak. Dalam buku French Women Don't Get Fat, penulis Mirelle
Guillano mengatakan bahwa gaya chic para perempuan Paris tidak memerlukan
lemari pakaian yang penuh dengan baju. Paris mulanya sebuah kampung pada
lebih dua abad lalu.Pernah terbakar,dibangun kembali dan sempat diduduki
beberapa kali di zaman perang.Wajah kotanya tetap kelihatan tua.
Jalan-jalannya sempit. Bangunan kuno. Apartemen kecil. Begitu juga dengan
kamar tidur dan kamar mandi. Jadi di mana mereka menyimpan pakaian untuk
semusim? Rupanya sederhana.

Soal menahan lapar mata.Artinya mengontrol diri.Mereka jitu urusan
inventarisasi.Isi lemari bertambah bila dirasakan ada yang diperlukan
saja.Pada waktu membeli barang baru, benda lama harus disingkirkan. Tidak
ada tempat untuk menyimpan dua-duanya. Lalu bagaimana mereka bisa kelihatan
begitu chic kalau mereka tidak bisa membeli barang baru sekaligus? Rupanya
mereka punya 8 kiat: Pertama,belajar mengenal gaya yang pantas dan tidak
pantas untuk diri sendiri.

Kedua, membeli barang berkualitas dan berwarna netral supaya bisa
dipadupadan secara maksimal.Ketiga, tambahkan satu atau dua barang trendi
setiap musim untuk dipakai sebagai pelengkap yang ada.Empat,membeli tas dan
sepatu berkualitas tinggi untuk sehari-hari. Kelima, memiliki satu atau dua
syal bagus dan aksesori lain yang bisa dipakai bersamaan.Keenam, melakukan
perawatan cuci muka setiap bulan untuk menjaga kulit tetap kelihatan sehat.
Ketujuh, Menata rambut teratur.

Kedelapan, membayar tunai segala hal. Sama seperti orang Jerman, orang
Prancis punya kebiasaan menabung dan pantang berutang. Supaya hemat, mereka
tidak lapar mata, sedikit memanjakan diri dan lebih mengontrol diri. Buat
apa membeli lusinan tas dengan bentuk dan warna beda kalau satu saja yang
berwarna netral dan bentuk standar untuk segala gaya? Untuk berdandan,
biasanya mereka mulai dari baju dasar yang dirasakan paling pantas.

Tinggal main imajinasi dan kreativitas. Lihat laporan tren baru di majalah
atau situs internet.Pilih satudua baju trendi yang cocok untuk ditambahkan
pada baju lama. Pakai dengan berbagai kombinasi sampai merasa bosan atau
musim sudah berganti lagi. Tanpa lemari pakaian yang luas, dana terbatas dan
belanja terkontrol,mereka bisa tetap kelihatan gaya.Malah mencipta sebutan
chic yang dikenal mendunia.Dalam mode, sikap "hemat pangkal gaya" itu
diungkapkan juga dengan istilah lain, yaitu "think more, buy less", pikirkan
masak- masak, belanja jadi lebih hemat.(*) Muara Bagdja Pengamat Mode


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke