IBRAHIM ISA - Berbagi Cerita

---------------------------------------

Selasa, 12 Februari 2008


INTERMEZO < 16>


Tjrék, tjrék, tjrék . . . . . Untuk 'Amnesty International'


'Tjrék, tjrék, tjrék . . . . Untuk Amnesty International', judul yang 
kupakai untuk 'Intermezo <16>, maskudnya ialah berbagi cerita-kecil 
mengenai kampanye pengumpulan dana yang dilakukan oleh Amnesty 
International Nederland. (10 - aampai dengan16 Feb 2008).


Ketika menulis ini kubaca e-mail yang baru masuk dari Amnesty International 
yang kuterima dari Mascha Spanjers, Manager Pengelola Pengumpulan Dana.

Di dalam www.youtube yang aku terima dari Mascha Spanyer, ditayangkan 
upacara resmi pembukaan kampanye pengumpulan dana Amnesty International 
Nederland. Hal itu dilakukan oleh salah seorang pimpinan AI Nederland, 
Lars v Troost dan Walikota Amsterdam Job Cohen. Tahun ini tidak kurang 
dari 23.000 sukarelawan ambil bagian dalam pengumpulan dana. Mereka 
dilengkapi tabung-tabung plastik bermerek AMNESTY INTERNATIONAL dengan 
slogan 'Berilah Demi Kebebasan'. Mulai tanggal 11 Februari 2008, puluah 
ribu sukwan berkeliling di seluruh Nederland untuk kampanye pengumpulan 
dana.


Perhatian masyrakat Belanda terhadap kegiatan Amnesty International, 
tampak meningkat. Ini bisa dilihat dengan bertambahnya tidak kurang dari 
5.000 jumlah sukarelawan yang ambil bagian dalam kampanye, terbanding 
tahun 2007.


Tahun ini, seperti tahun lalu, aku 'kiprah' lagi dengan para sukwan 
lainnya. Ambil bagian dalam kampanye pengumulan dana AI Nederland. Uang 
yang terkumpul selama dua hari berdiri di Winkelceentrum Amsterdamse 
Poort, mungkin tidak banyak. Meskipun tabung-Amnestyku jadi berat, 
karena banyaknya uang récéh yang dijebloskan ke dalamnya.


Tapi aku gembira melakukannya. Merasa senang beresempatan kontak, 
meskipun sedikit saja 'berdialog' dengan 'orang-oramg biasa' yang ada 
perhatian. Dengan senyum optimis mereka membuka koceknya, dan memberikan 
sumbangannya untuk kegiatan Amnesty International. Terasa bahwa publik 
Belanda, baik yang bulé maupun hitam, coklat, kuning, tua, muda, semua 
ada perhatian dan memperhatikan masalah Hak-Hak Azasi Manusia, dan 
kegiatan Amnesty International khususnya.


Seorang laki-laki bulé muda berperawakan tinggi datang menghampiriku. Ia 
menyemplungkan beberapa mata uang euro ke dalam tabung-Amnestyku. Sambil 
tersenyum mengatakan: 'Baik sekali bahwa Anda bersedia melakukan hal 
seperti ini'.


Ada lagi yang bilang. 'saya tau apa itu Amnesty International' dan 
kegiatan apa yang dilakukan 'Anda melakukan ini baik. Teruskan' . 
Kata-kata itu sederhana, tetapi bagiku apa yang diucapkan itu keluar 
dari hati sanubari mereka-mereka yang punya keyakinan bahwa hak-hak 
azasi menusia, hak-hak demokrasi tidak bisa datang sebagai hadiah. 
Hal-hal itu hanya terrealisasi melalui usaha, kegiatan dan perjuangan.

Hari itu kukunjungi juga kantor PTT. Kebetulan hendak mengirimkan surat 
ekspres ke Jakarta. Beberapa orang pegawai PTT memerlukan masuk ke dalam 
untuk mengambil uang untuk disumbangkan.


Ketika aku ke huisartsku Dr Sinke, untuk memeriksa tekanan darahku Senin 
pagi itu, kubawa tabung-Amnesty itu. Asisten Dr Sinke memerlukan untuk 
bicara dengan pasien yang menunggu di kamar tunggu bahwa di sini ada 
orang Amnesty yang mengumpulkan dana.


Apa yang menjadi tujuan gerakan Amnesty International, ialah berusaha 
melalui berbagai cara kampanye dan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran 
HAM dan Demokrasi. Untuk mensosialisasikan kepada seluruh dunia bahwa, 
di banyak negeri di dunia ini masih banyak sekali terjadi pelanggaran 
HAM dan Hak-hak Demokrasi. Bahwa terhadap pelanggaran-pelanggaran tsb 
harus dilakukan perjuangan yang terus menerus melawannya.


* * *


Senin siang, 11 Februari, dan Selasa sore, 12 Februari, aku berdiri lagi 
di Winkelcentrum di Amsterdamse Poort. Hari yang kedua aku bersama 
seorang sukarelawan AI yang paling tidak sama umurnya dengan aku. Diatas 
75th. Senin dan Selasa minggu ini termasuk cuaca bagus dan indah. 
Menyegarkan dan menyenangkan. Meskipun masih terasa angin musim dingin 
yang bertiup sesekali. Ada yang bilang sekarang ini sudah musim semi di 
Belanda. Apakah masih musim dingin atau sudah masuk musim semi, bagiku 
yang terpenting ialah bahwa hatiku gembira, keadaan kesehatan masih 
memungkinkan untuk melakukan kegiatan seperti ini. Dua jam berdiri 
sambil minta perhatian orang terhadap Amnesty International, tujuan dan 
kegiatannya. Hati merasa nyaman juga karena hangatnya Sang Surya yang 
memancarkan cahayanya dengan penuh. Katanya, sayang, cuaca dingin masih 
akan kembali lagi. Mungkin minggu depan.


* * *


Hari Minggunya, 10 Februari, ketika beberapa teman bersama merayakan ala 
kadarnya Hari Imlek di rumah salah seorang teman di Amsterdam, cuacanya 
juga bagus, indah dan hangat. Berdua dengan istriku Murti, kami ikut 
juga merayakan Imlek di situ. Hangatnya musim dingin, hangatnya 
ber-Imlek, benar-benar terasa ke sanubari. Sehingga mengesankan. Pada 
kesempatan itu, kubawa juga tabung-Amnesty. Sementara kawan dengan 
gembira memberikan sumbangannya.

Ada kawan yang bertanya: Bagaimana sikap Amnesty International sekarang. 
Sampai dimana perhatian mereka terhadap para korban pembantaian masal 
1965, yang sampai kini masih menderita diskriminasi.


Aku bilang, untuk minta perhatian Amnesty International terhadap para 
korban Peristiwa 1965 yang jumlahnya jutaan itu, tidaklah mudah. Karena 
di dalam gerakan Amnesty International terdapat pelbagai aliran dan 
kecenderungan. Secara umum dan formal AI memperjuangan HAM dan Hak-hak 
Demokrasi, tetapi dalam kenyataan kongkritnya, tidak sederhana. Kalau 
kita menghendaki sesuatu demi para korban Peristiwa 1965, maka itu harus 
dilakukan melalui usaha dan perjuangan. Baik dari luar, lebih-lebih lagi 
dari dalam.


Tapi yang ingin sedikit kuceritakan kali ini ialah yang berkenaan dengan 
kampanye pngumpulan dana oleh Amnesty International Nederland. 
Sebenarnya Amnesty International Belanda, cukup padat kasnya. Sebagai 
misal: Tanggal 04 Februari y.l. Nationale Poscode Loterij menghibahkan 
tidak kurang dari Euro 4.000.000 kepada Amnesty Interational Belanda. 
Dan itu bukan baru tahun ini saja. Tahun-tahun sebelumnya juga sudah 
pernah dapat dari Poscode Loterij. Pernah aku berkomentar: AI Nederland 
harus hati-hati. Karena kasnya boleh dibilang sudah terjamin, tambah 
lagi dengan direkrutnya tenaga-tenaga personil yang digaji, apalagi 
kalau personil itu menduduki jabatan-jabatan penting, maka bisa kultur 
dan praktek birokrasi bisa terjadi di Amneesty International. Sehinga 
motivasi dan visi Amnesty International yang didasarkan pada kegiatan 
dan perjuangan untuk Hak-Hak Azasi Manusia, sedikit banyak terpengaruhi. 
Pernah juga kukemukakan kekahwatiranku bahwa dana-dana besar yang 
diterima, apakah tidak akan punya dampak negatip yang mempengaruhi 
kebijakan Amnesty International, sebagai lembaga non-politis yang bebas 
mandiri.


Aku bicara begini ini, bukan tanpa alasan dan bukan tanpa dasar.


Pada periode 'Perang Dingin' yang sudah lama berakhir itu, hal-hal 
seperti keberat-sebelahan, bukan tidak pernah terjadi. Pernah 
kukemukakan terus terang. Kenyatan yang tidak jarang terjadi adalah 
begini: Bila yang jadi korban itu orang-orang Kiri apalagi Komunis, maka 
kegairahan kegiatan Amnesty International, tampak hambar, malah 
'orgah-ogahan' seperti ungkapan orang Jakarta. Alasan untuk suatu 
kampanye membela para korban yang Kiri atau yang dianggap Komunis itu 
ada-ada saja. Memebela korban pelanggaran HAM . . . . OK, tapi 
lihat-lihat siapa korban pelanggaran HAM dan Hak-hak Demokrasi itu.


Seperti halnya menanggapi nasib lebih duapuluh juta korban Peristiwa 
1965 di Indonesia. Suatu kenyataan kongkrit: Para korban dan keluarganya 
tsb, hingga kini, masih belum dipulihkan nama baiknya; masih belum 
direhabilitasi hak--hak politik dan kewarganegaraannya. Tapi mengapa 
fakta-fakta itu semua luput begitu saja dari perhatian Amnesty 
International. Baik yang dipusatnya di London, maupun yang di Nederland.


Tapi bila hal itu menyangkut korban-korban yang terjadi di sementara 
negeri lain, dimana pelaku pelanggaran HAM dinyatakan adalah penguasa 
Komunis atau kiri lainnya, maka tampak sekali kegairahan AI untuk 
melakukan kegiatan yang ditujukan terhadap penguasa Kiri atau yang 
dikatakan Komunis.


* * *


'Tjrék, tjrék, tjrék' adalah sekadar panamaanku saja terhadap kampanye 
pengumpulan dana yang dilakukan oleh Amnesty International setiap 
tahunnya. Aku berharap kampanye pengumpulan dana kali ini sukses lagi. 
Seperti halnya tahun lalu. Mungkin minggu depan kami para pengumpul dana 
akan rapat di rumah kordinator Ny Raffa dan akan menghitung berapa 
jumlah uang yang masuk/


Jumlah uang yang terkumpul bukanlah yang terutama dan yang terpenting. 
Yang pokok ialah melalui kampanye ini, lagi-lagi dibangkitkan perhatian 
publik terhadap misi dan tujuan serta kegiatan Amnesty International 
demi HAM dan Hak-Hak Demokrasi.



* * *

Kirim email ke