--- In [EMAIL PROTECTED], "Nadirsyah Hosen" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Dear all, Ada seorang lelaki yang tiba-tiba bikin heboh sebuah negeri. Setelah menyendiri (bertapa?) di sebuah gunung selama beberapa waktu, lelaki yang dikenal berasal dari keluarga baik-baik itu mengumumkan kalau ia baru saja mendapat wahyu. Lelaki itu mengklaim, "Tuhan baru saja mengangkat aku sebagai utusan-Nya" "Apa maksud Tuhan mengirim seorang utusan (rasul) untuk negeri ini?" tanya seorang nenek yg kebingungan. "Penduduk negeri ini telah banyak melakukan dosa. Tuhan kirimkan berbagai bencana dan musibah, namun kalian tidak juga memohon ampun dan menyembah-Nya," sang utusan menjawab. "Tapi bukankah kita sudah memiliki agama dan kepercayaan yang diajarkan dan diwariskan kepada kita sejak ratusan bahkan ribuan tahun yg lalu? Mengapa harus ada rasul yang baru? apakah ajaran yg selama ini kami peluk dianggap salah?" "Aku datang untuk membenarkan dan sekaligus menyempurnakan ajaran yg kalian anut selama ini. Tanpa sadar kalian sudah bergeser dari inti ajaran yg Tuhan turunkan sebelumnya. Kehadiranku untuk menyelamatkan kalian," begitu sabda sang utusan. "Baiklah...baiklah. Tapi mengapa harus engkau yg mendapat wahyu? Bukankah kami melihat engkau sbg orang biasa? Engkau tidak pernah mempelajari kitab suci kami dengan cara yang benar spt yang dilakukan oleh para guru dan orang tua kami? Tahu apa engkau ttg kitab suci sampai berani mengklaim menerima wahyu?" Sang utusan kembali tersenyum dan menjawab, "kesombongan para guru agama kalian akan kitab suci telah membutakan hati. Mereka tidak lagi bisa menerima kebenaran di luar pemahaman mereka yg sudah berabad- abad. Kalian iri hati dan kebingungan ketika orang biasa seperti aku, yang berjalan di pasar dan duduk-makan-minum spt layaknya dirimu, tiba-tiba mendapat anugerah berupa wahyu. Kalau Tuhan berkuasa atas segala sesuatu maka tentu Tuhan berkuasa pula untuk memiliki hak prerogatif mengangkat seorang Rasul yang Dia kehendaki. Dan itulah aku" "Ah...tidak mungkin," teriak seorang tua yg memakai sorban di kepalanya. "Tuhan tidak mungkin mengirimkan Rasul baru. Pintu kenabian dan kerasulan sudah terkunci berabad-abad lamanya. Anda sudah menghina kitab suci kami" Dengan tenang sang utusan menjawab, "Bukankah Nabi sebelumnya sudah berpesan bahwa di akhir masa nanti akan datang juru selamat, orang yang dijanjikan untuk membantu kalian melawan kezaliman dan kedurhakaan? Akulah orang yang sudah disebutkan secara samar-samar oleh nabi sebelumnya?" "Tidak mungkin! kitab suci jelas-jelas menolak hal tsb." sergah seorang yg berjanggut panjang. Saat itu massa semakin banyak berkerumun, dan mulai ada yg terbakar emosi. "Bukankah sudah kukatakan bahwa pemahaman kalian terhadap kitab suci sudah membuat kalian buta akan kebenaran. Sejumlah ayat dan sabda yg secara tersirat membuka peluang kehadiran utusan berikutnya telah kalian tutup-tutupi. Para pemuka agama telah menutup pintu kenabian; padahal Tuhan tidak pernah menutupnya. Sekali lagi, akulah orang yg kalian tunggu-tunggu selama ini (apapun sebutan yg kalian berikan: ratu adil, messiah, mahdi, nabi, rasul dan lainnya)" Seseorang mulai menghunus pedangnya. Yang lain mengumpulkan bebatuan. Dengan tenang sang utusan mengatakan, "Buka kembali kitab suci kalian. Semua utusan Tuhan pada mulanya didustakan dan dinistakan oleh ummatnya sampai azab Tuhan turun. Apakah kalian akan kembali mendustakan utusan Tuhan spt ummat sebelumnya? Aku khawatir kalau azab Tuhan turun nanti, sudah sangat terlambat bagi kalian untuk mempercayaiku. Jangan tunggu sampai Tuhan murka!" "Pembohong!" ""Penipu!" "Tangkap!" "Bunuh!" "Aliran sesat!" Para pemuka agama kemudian berkumpul membahas nasib orang yang berani- beraninya mengaku menerima wahyu tsb. Kawan, Dan sejarah selalu berulang: di setiap masa, pada suatu tempat, selalu ada orang yang mengaku-ngaku menerima wahyu dan diangkat sebagai utusan-Nya. Selalu saja kemudian masyarakat heboh dan bergejolak. Tidak...tidak...saya tidak berbicara mengenai al-Qiyadah al- Islamiyah, Lia Salamullah atau Mirza Ghulam Ahmad. Saya sedang merekonstruksi ulang kisah Para Nabi yang diceritakan al-Qur'an: Nuh, Luth, Isa, Muhammad, dan Nabi-nabi lainnya. Andaikan kita hidup pada masa lampau, apakah reaksi kita juga akan sama? Pada mulanya mereka yg beriman kepada orang yg mengaku menerima wahyu akan dianggap sesat. Namun kemudian seiring bergulirnya waktu para pengikut Rasul yang baru justru menganggap mereka yg tidak percaya kepada sang rasul -lah yang termasuk golongan sesat. Siapa yg sesat dan siapa yang beriman? Wa allahu 'alam Mari kita panjatkan doa: Allahhumahdina fiman hadait Wa 'afina fiman 'afait Watawallana fiman tawallait Wabariklana fima a'thait Waqina syarramaa qadhait fa innaka taqdhi wa la yuqhda alaika salam hangat, =nadir= --- End forwarded message ---