Supaya imbang, pesan2 untuk suami-suaminya mannnna ?
wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, IHSAN SANTOSA
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalmualaikum, dari milis tetangga mudah2 an bermanfaat
>
> Thanks,
> Ihsan Santosa
> http://www.solusiberatbadan.com
> 08128 33 64 55
>
>
>
> PESAN-PESAN UNTUK ISTRI - ISTRI
>
>
> Assalamu'alaikum ... artikel bagus untuk para istri dan diketahui
pula oleh para suami dan kita semua :)
> semoga bermanfaat .
>
> PESAN-PESAN UNTUK ISTRI - ISTRI
> Artikel Muslimah - Tuesday, 11 September 2007
>
> dari kafemuslimah
>
>
> Anas berkata, "Para Sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam jika menyerahkan seorang wanita kepada suaminya, maka mereka
memerintahkan isteri agar berkhidmat kepada suaminya dan memelihara
haknya."
>
> Ummu Humaid berkata, "Para wanita Madinah, jika hendak menyerahkan
seorang wanita kepada suaminya, pertama-tama mereka datang
kepada 'Aisyah dan memasukkannya di hadapannya, lalu dia meletakkan
tangannya di atas kepalanya seraya mendo'a-kannya dan
memerintahkannya agar bertakwa kepada Allah serta memenuhi hak
suami"[1]
>
> 'Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib berwasiat kepada
puterinya, "Janganlah engkau cemburu, sebab itu adalah kunci
perceraian, dan janganlah engkau suka mencela, karena hal itu
menimbulkan kemurkaan. Bercelaklah, karena hal itu adalah perhiasan
paling indah, dan parfum yang paling baik adalah air."
>
> Abud Darda' berkata kepada isterinya, "Jika engkau melihat-ku
marah, maka redakanlah kemarahanku. Jika aku melihatmu marah
kepadaku, maka aku meredakanmu. Jika tidak, kita tidak harmonis."
>
> Ambillah pemaafan dariku, maka engkau melanggengkan
cintaku.Janganlah engkau berbicara dengan keras sepertiku, ketika
aku sedang marah. Janganlah menabuhku (untuk memancing kemarahan)
seperti engkau menabuh rebana, sekalipun. Sebab, engkau tidak tahu
bagaimana orang yang ditinggal pergi
>
> Janganlah banyak mengeluh sehingga melenyapkan dayaku
> Lalu hatiku enggan terhadapmu; sebab hati itu berbolak-balik
>
> Sesungguhnya aku melihat cinta dan kebencian dalam hati
> Jika keduanya berhimpun, maka cinta pasti akan pergi
>
> 'Amr bin Hajar, Raja Kindah, meminang Ummu Ayyas binti 'Auf.
Ketika dia akan dibawa kepada suaminya, ibunya, Umamah binti al-
Haris menemui puterinya lalu berpesan kepadanya dengan suatu pesan
yang menjelaskan dasar-dasar kehidupan yang bahagia dan kewajibannya
kepada suaminya yang patut menjadi undang-undang bagi semua wanita.
Ia berpesan:
>
> "Wahai puteriku, engkau berpisah dengan suasana yang darinya
engkau keluar, dan engkau beralih pada kehidupan yang di dalamnya
engkau naik untuk orang yang lalai dan membantu orang yang berakal.
Seandainya wanita tidak membutuhkan suami karena kedua orang tuanya
masih cukup dan keduanya sangat membutuh-kanya, niscaya akulah orang
yang paling tidak membutuhkannya. Tetapi kaum wanita diciptakan
untuk laki-laki, dan karena mereka pula laki-laki diciptakan.
>
> Wahai puteriku, sesungguhnya engkau berpisah dengan suasana yang
darinya engkau keluar dan engkau berganti kehidupan, di dalamnya
engkau naik kepada keluarga yang belum engkau kenal dan teman yang
engkau belum terbiasa dengannya. Ia dengan ke-kuasaannya menjadi
pengawas dan raja atasmu, maka jadilah engkau sebagai abdi, niscaya
ia menjadi abdimu pula. Peliharalah untuknya 10 perkara, niscaya ini
akan menjadi kekayaan bagimu.
>
> Pertama dan kedua, tunduk kepadanya dengan qana'ah (merasa cukup),
serta mendengar dan patuh kepadanya.
>
> Ketiga dan keempat, memperhatikan mata dan hidungnya. Jangan
sampai matanya melihat suatu keburukan darimu, dan jangan sampai
mencium darimu kecuali aroma yang paling harum.
>
> Kelima dan keenam, memperhatikan tidur dan makannya. Karena
terlambat makan akan bergejolak dan menggagalkan tidur itu membuat
orang marah.
>
> Ketujuh dan kedelapan, menjaga hartanya dan memelihara keluarga
dan kerabatnya. Inti perkara berkenaan dengan harta ialah
menghargainya dengan baik, sedangkan berkenaan dengan keluarga ialah
mengaturnya dengan baik.
>
> Kesembilan dan kesepuluh, jangan menentang perintahnya dan jangan
menyebarkan rahasianya. Karena jika engkau menyelisihi perintahnya,
maka hatinya menjadi kesal dan jika engkau menyebar-kan rahasianya,
maka engkau tidak merasa aman terhadap pengkhianatannya. Kemudian
janganlah engkau bergembira di hadapannya ketika dia bersedih, dan
jangan pula bersedih di hadapannya ketika dia bergembira"[ 2]
>
> Seseorang menikahkan puterinya dengan keponakannya. Ketika ia
hendak membawanya, maka dia berkata kepada ibunya, "Perintahkan
kepada puterimu agar tidak singgah di kediaman (suaminya) melainkan
dalam keadaan telah mandi. Sebab, air itu dapat mencemerlangkan
bagian atas dan membersihkan bagian bawah. Dan janganlah ia terlalu
sering mencumbuinya. Sebab jika badan lelah, maka hati menjadi
lelah. Jangan pula menghalangi syahwatnya, sebab keharmonisan itu
terletak dalam kesesuaian."
>
> Ketika al-Farafishah bin al-Ahash membawa puterinya, Nailah,
kepada Amirul Mukminin 'Utsman bin 'Affan Radhitallahu 'anhu, dan
beliau telah menikahinya, maka ayahnya menasihatinya dengan
ucapannya, "Wahai puteriku, engkau didahulukan atas para wanita dari
kaum wanita Quraisy yang lebih mampu untuk berdandan darimu, maka
peliharalah dariku dua hal ini: bercelaklah dan mandilah, sehingga
aromamu adalah aroma bejana yang terguyur hujan."
>
> Abul Aswad berkata kepada puterinya, "Jangalah engkau cemburu,
sebab kecemburuan itu adalah kunci perceraian. Berhiaslah, dan
sebaik-baik perhiasan ialah celak. Pakailah wewangian, dan sebaik-
baik wewangian ialah menyempurnakan wudhu.'"
>
> Ummu Ma'ashirah menasihati puterinya dengan nasihat berikut ini
yang telah diramunya dengan senyum dan air matanya: "Wahai puteriku,
engkau akan memulai kehidupan yang baru⦠Suatu kehidupan yang
tiada tempat di dalamnya untuk ibumu, ayahmu, atau untuk seorang pun
dari saudaramu. Engkau akan menjadi teman bagi seorang pria yang
tidak ingin ada seorang pun yang menyekutuinya berkenaan denganmu
hingga walaupun ia berasal dari daging dan darahmu. Jadilah engkau
sebagai isteri, wahai puteriku, dan jadilah engkau sebagai ibu
baginya. Jadikanlah ia merasa bahwa engkau adalah segalanya dalam
kehidupannya dan segalanya dalam dunianya. Ingatlah selalu bahwa
suami itu anak-anak yang besar, jarang sekali kata-kata manis yang
membahagia-kannya. Jangan engkau menjadikannya merasa bahwa dengan
dia menikahimu, ia telah menghalangimu dari keluargamu.
>
> Perasaan ini sendiri juga dirasakan olehnya. Sebab, dia juga telah
meninggalkan rumah kedua orang tuanya dan meninggalkan keluarganya
karenamu. Tetapi perbedaan antara dirimu dengannya ialah perbedaan
antara wanita dan laki-laki. Wanita selalu rindu kepada keluarganya,
kepada rumahnya di mana dia dilahirkan, tumbuh menjadi besar dan
belajar. Tetapi dia harus membiasakan dirinya dalam kehidupan yang
baru ini. Ia harus mencari hakikat hidupnya bersama pria yang telah
menjadi suami dan ayah bagi anak-anaknya. Inilah duniamu yang baru,
wahai puteriku. Inilah masa kini dan masa depanmu. Inilah
mahligaimu, di mana kalian berdua bersama-sama menciptakannya.
>
> Adapun kedua orang tuamu adalah masa lalu. Aku tidak me-mintamu
melupakan ayah dan ibumu serta saudara-saudaramu, karena mereka
tidak akan melupakanmu selama-lamanya. Wahai sayangku, bagaimana
mungkin ibu akan lupa belahan hatinya? Tetapi aku meminta kepadamu
agar engkau mencintai suamimu, mendampingi suamimu, dan engkau
bahagia dengan kehidupanmu bersamanya."
>
> Diriwayatkan bahwa Ibnu Abi 'Udzr ad-Du'ali -pada hari-hari
pemerintahan 'Umar Radhiyallahu 'anhu- menceraikan wanita-wanita
yang dinikahinya. Sehingga muncullah kepadanya beberapa peristiwa
yang tidak disukainya berkenaan dengan para wanita tersebut dari hal
itu. Ketika dia mengetahui hal itu, maka dia memegang
tangan 'Abdullah bin al-Arqam sehingga membawanya ke rumahnya.
Kemudian dia berkata kepada isterinya: "Aku memintamu bersumpah demi
Allah, apakah engkau benci kepadaku?" Ia menjawab, "Jangan memintaku
bersumpah demi Allah." Dia mengatakan, "Aku memintamu bersumpah demi
Allah." Ia menjawab, "Ya."
>
> Kemudian dia berkata kepada Ibnul Arqam, "Apakah engkau dengar?"
Kemudian keduanya bertolak hingga sampai kepada 'Umar bin al-
Khaththab Radhiyallahu 'anhu lalu mengatakan, "Kalian mengatakan
bahwa aku menzhalimi kaum wanita dan menceraikan mereka. Bertanyalah
kepada al-Arqam." Lalu 'Umar bertanya kepadanya dan mengabarkannya.
Lalu beliau mengirim utusan kepada isteri Ibnu Abi 'Udzrah (untuk
datang kepada 'Umar). Ia pun datang bersama bibinya, lalu 'Umar
bertanya, "Engkaukah yang bercerita kepada suamimu bahwa engkau
marah kepadanya?" Ia menjawab, "Aku adalah orang yang mula-mula
bertaubat dan menelaah kembali perintah Allah kepadaku. Ia memintaku
bersumpah dan aku takut berdosa bila berdusta, apakah aku boleh
berdusta, wahai Amirul Mukminin?" Dia menjawab, "Ya, berdustalah.
Jika salah seorang dari kalian tidak menyukai salah seorang dari
kami, janganlah menceritakan hal itu kepadanya. Sebab, jarang sekali
rumah yang dibangun di atas dasar cinta, tetapi
> manusia
> hidup dengan Islam dan mencari pahala"[3]
>
> Kepada setiap muslimah yang memenuhi hak-hak suaminya dan takut
terhadap murka Rabb-nya karena dia mengetahui hak suaminya atasnya!
Inilah contoh sebagian pria yang mensifati isterinya yang tidak
mengetahui hak suaminya dan tidak pula memelihara kebaikannya. Ia
tidak mempercantik diri dan tidak berdandan untuknya, serta bermulut
kasar. Ia mensifatinya dengan sifat yang membuat hati bergetar dan
telinga terngiang-ngiang. Camkanlah sehingga engkau tidak jatuh ke
tempat yang menggelincirkan ini.
>
>
> Oleh Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq
> [Disalin dari kitab Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa, Edisi
Indonesia Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z, Penulis Abu Hafsh
Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, Penterjemah Ahmad Saikhu,
Penerbit Pustaka Ibnu Katsair]
>
> .
>
>
>
> ________________________________________________________
> Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang
Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di
http://id.answers.yahoo.com/
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>