http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2008032402422115
Senin, 24 Maret 2008 BURAS Nihilisme di Media Massa! H.Bambang Eka Wijaya: "KENAPA nihilisme--good for nothing--di media massa, siaran yang tidak mencerdaskan bangsa tapi malah memperbodoh bangsa, meski diprotes dari segala penjuru tetap ramai di televisi?" tukas Umar. "Yang dimaksud nihilisme itu eksplorasi dan eksploitasi tayangan tentang hantu dan dunia setan, atau sajian asal konyol yang tidak lucu, sama sekali tidak mengandung kritik sosial pula!" "Itu anomali media massa dalam perannya selaku aktor atau subjek dalam proses transformasi nilai dan perubahan sosial!" sambut Amir. "Di situ terlihat kurang disadarinya peran media massa dalam transformasi nilai yang bukan sekadar alat, sarana atau berposisi sebagai objek, melainkan sebagai subjek, aktor atau pelaku yang bahkan memiliki peran sentral dan strategis mengelola prosesnya! Kekuatan itu dimiliki media massa sejak Thomas Jefferson melakukan amendemen pertama Konstitusi AS (1791) dengan menjadikan media massa sebagai pilar keempat negara demokrasi! Kini posisi itu lebih diperkuat lagi dengan datangnya era informasi dan komunikasi, yang menempatkan media benar-benar sebagai ratu dunia!" "Salah kaprah pandangan dan perlakuan terhadap media massa hanya sebagai alat, sarana, dan objek itu bukan hanya mengakibatkan anomali pada penyikapan posisi eksistensial media massa, melainkan lebih fatal lagi biasnya pada anomali proses transformasi nilai dan perubahan masyarakat!" tegas Umar. "Sebab, dengan pandangan, perlakuan dan pemosisian yang hanya berbuah nihilisme itu, praktis keunggulan media massa mengeksplorasi dan mengeksploitasi nilai-nilai serta aspirasi massa juga berubah sekadar dijadikan alat bagi media sebagai industri untuk mengeruk keuntungan lewat mengeksploitasi selera rendah masyarakat!" "Tapi kemungkinan lain tetap ada, misalnya nihilisme itu juga dijadikan pilihan untuk mengelak dari hegemoni kekuasaan politik atau industrial dalam proses transformasi nilai yang telah pun membuahkan multianomali dalam kehidupan kita bernegara bangsa baik secara politik maupun ekonomi!" timpal Amir. "Hegemoni kekuasaan--politik dan ekonomi--sebagai penyebab anomali proses transformasi nilai, tidak kepalang dengan menyesatkan nilai-nilai baru seperti demokrasi, keadilan, persamaan, dan sebagainya dengan penyesuaian terhadap kepentingan kekuasaan! Itu membuat demokrasi justru dirasakan tidak demokratis--kedaulatan rakyat dialih fungsi jadi sekadar pembenaran bagi tindakan elite memperalat dan mengibuli rakyat--keadilan menjadi ketidakadilan, persamaan menjadi diskriminatif!" "Kooptasi yang panjang terhadap media massa sepanjang Orde Baru, menjadikan media massa lebih terampil dan fasih melayani kepentingan kekuasaan, membuat banyak media gagap ketika reformasi datang membawa era baru, era keterbukaan!" tegas Umar. "Good for nothing menjadi pilihan karena kurang tepat memosisikan diri sebagai pilar keempat negara demokrasi! Nihilisme akan dengan mudah dihentikan kalangan media sendiri, tanpa tekanan pihak mana pun, ketika mereka menyadari posisi eksistensialnya itu dan kembali ke khitahnya! Cuma, bagaimana cara menyadarkan mereka, yang tidak mudah! Apalagi kalau telanjur nikmat dengan multianomali nilai dengan terus menguatnya selera rendah dalam masyarakat!" [Non-text portions of this message have been removed]