Ole sio sayange, kurang satu bos, ada 5 butir:
5. menunjukkan banyak: 
pulau - kepulauan banyak pulau
Sio, Saadon fintar tahu arti ke-an no.5 ini, jadi Saadon lebih fintar dari 
ente, nyong. Juga Saadon lebih jeli, bangsa Indonesia dijerumuskan menyembah 
berhala, Tuhan dilambangkan sebagai bintang dalam Garudho Pancasila, he, he.

Nah, ketuhanan, mari katong tinjau:
1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam 
pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar 
ketuhanan = hasil perbuatan Tuhan, Ketuhanan yang maha esa => Maha Esa itu 
hasil perbuatan Tuhan, sio, seng (tidak) ada makna
2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
ketuhanan = menunjuk tempat atau asal Tuhan, seng cocok
3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan
ketuhanan = keadaan berlebihan dari Tuhan, seng ada makna
4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan 
ketuhanan = membentuk verba, yang benner aje ketuhanan itu verba
5. menunjukkan banyak
ketuhanan = banyak tuhan, nah ini punya makna artinya politeis, ini yang 
ditentang Saadon, jadi Saadon sama sekali tidak bodoh, entelah yang bodoh nyong.

La Tando


  ----- Original Message ----- 
  From: Ary Setijadi Prihamanto 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, May 04, 2008 7:50 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] MUI, Humor dan Sindiran


  eh MQ,

  sekarang ente download tuh video yang di youtube, perlihatkan ke Eyang HMNA, 
  tanya apa hukumnya?

  Ketuhanan = tuhan banyak? ini teori dari mana?
  ke-an : Konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 
kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini 
adalah untuk:

  1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam 
pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar 

  2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal

  3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan

  4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan 

  Contoh:
  keluarga -- kekeluargaan
  bijak -- kebijakan
  bajik -- kebajikan
  panjang -- kepanjangan
  mahasiswa -- kemahasiswaan

  Saadon itu berarti orang bodoh yang terjebak dengan kebodohannya sendiri...
  sialnya saudara-saudaranya (kayak ente) bukannya mengingatkan malah bangga 
dengan kebodohannya itu dan ikut-ikutan melestarikan kebodohan itu.

  Atas dasar apa? kebanggaan kesukuan? Ashobiyah?

  Ingatlah MQ, Ashabiyah itu kesesatan yang nyata.
  "Hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan terhadap nenek moyang mereka 
yang telah menjadi batu bara di neraka Jahannam atau (jika tidak) mereka akan 
menjadi lebih hina di sisi Allah dari kumbang yang hidungnya mengeluarkan 
kotoran." (Riwayat Abu Dawud, Turmidzi dan Ibnu Hibban. Turmidzi menghasankan 
hadits ini).

  Salam
  Ary

  ----- Original Message ----- 
  From: Tana Doang 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Cc: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Saturday, May 03, 2008 11:28 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] MUI, Humor dan Sindiran

  Sio, itu Ruzbihan Hamazani, lancang jarinya mengetik (baca: muluiknyo), 
karena menganggap joke itu sindirian terhadap MUI yangf keceknyo lembaga yang 
rajin dan bersemangat memproduksi fatwa. Sio, itu Ruzbihan Hamazani (Ahmad 
Badurdurja himself?) seirama dengan para misionaris agama qadiayn yang sangat 
anti pada MUI, yang memfatwa sesat Ahmadiyah Qadiyan. 

  Onde mande, MUI memang kerja utamanya mengeluarkan fatwa, DPR kerjanya 
mangecek di Senayan.

  Ole sio sayange, Pancasila ditolak sebab sila pertamanya: Ketuhanan yang Maha 
Esa. Itu dua hal yang bertentangan, imbuhan ke-an menyatakan banyak. Kepulauan 
artinya banyak pulau. Jadi Ketuhanan yang Maha Esa berarti Banyak Tuhan Yang 
Maha Esa. Sio, orang Indonesia penyembah berhala, sebab Tuhan dilambangkan 
sebagai bintang. Sio, ini bukan joke, sebab diucapkan sebagai pembelaan seorang 
Bugis-Makassar yang bernama Saadon, dalam sidang pengadilan, peristiwa Cikini, 
penggranatan teriadap Presiden Soekarno. Saadon dijatuhi hukuman mati.

  Salam
  La Tando (MQ)

  
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

  ----- Original Message ----- 
  From: Ahmad Badrudduja 
  To: Siasah Kini ; Surau ; Ulil Abshar ; Wanita Muslimah ; Zamanku 
  Sent: Saturday, May 03, 2008 3:05 AM
  Subject: [wanita-muslimah] MUI, Humor dan Sindiran

  MUI, Humor dan Sindiran

  Ruzbihan Hamazani

  Alkisah, suatu hari Din Syamsuddin, Ketua Umum Muhammadiyah dan Sekjen MUI, 
mengatakan bahwa menurut fatwa MUI, umat Islam dilarang mengawini gadis 
sekantor. Pernyataan ini langsung menyulut kontroversi luas. Media massa 
tergoda untuk mengadakan wawancara eksklusif dengan Pak Din untuk 
mengklarifikasi fatwa yang membingungkan ini. Bagaimana mungkin seseorang 
dilarang menikahi gadis sekantor? Apakah ada dalilnya dalam Qur'an atau hadis?
  Lalu terjadilah wawancara berikut ini:

  Wartawan: Pak Din, apakah betul MUI mengeluarkan fatwa bahwa umat Islam 
dilarang menikahi gadis sekantor?

  Din Syamsuddin: Betul.

  Wartawan: Apa dasarnya? Apakah ada dalilnya dalam Qur'an dan hadis?

  Din Syamsuddin: Dasarnya sederhana saja. Wong kawin dengan satu gadis saja 
sudah repot, apalagi mengawini gadis sekantor. Bayangkan, kalau di kantor ada 
100 gadis, apakah kita mampu menikahi mereka semua. Lagi pula, itu kan jelas 
bertentangan dengan ajaran Islam. Islam hanya membolehkan kawin dengan empat 
orang perempuan, maksimal.

  Kisah di atas itu saya peroleh baru-baru ini dari seorang teman via email. 
Judul email itu membuat saya terangsang membaca: "MUI mengharamkan nikah dengan 
gadis sekantor". Saya berkata dalam hati: wah, berita ini menarik. Setelah 
membaca keseluruhan email itu, saya akhirnya tahu, isinya hanyalah "joke" atau 
guyonan semata. Pesannya sangat jelas: menyindir MUI yang selama ini dikenal 
sebagai lembaga yang rajin dan bersemangat memproduksi fatwa. Sebagai guyonan, 
tentu isi email itu hanyalah rekaan belaka. Tak ada fatwa "konyol" seperti itu 
dalam dunia riil. Dan tentu, MUI tak akan sembrono mengeluarkan fatwa semacam 
itu, kecuali jika mau menjadi sasaran damprat dan kritik.
  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke