--- On Fri, 9/12/08, Lucky Zaki Amrullah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Lucky Zaki Amrullah <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Persoalan Penting
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
 [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, September 12, 2008, 8:24 AM

Di bawah ini ada sejumlah persoalan penting yang sebagiannya di
lontarkan setan kepada orang muslim dalam rangka melupakannya kepada
Allah dan shalat sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala,



"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,(
berkorban untuk ) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya
syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian
diantara kamu dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan
itu)." (QS. Al-Maidah: 90-91)



A. Ada orang berkata, "
Selama hati masih bersih maka tidak perlu lagi untuk shalat. Yang
penting adalah hati, sambil menunjuk ke dadanya dan berkata, "Ketakwaan
itu tempatnya disini." Sambil beralasan bahwa amal itu tergantung
niatnya.



Pernyataan diatas tidak dapat dibenarkan dengan melihat sejumlah hal berikut:



1. Allah Subhanahu wata'ala, telah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan beramal salih..." (QS. Al-Baqarah: 277). Ayat ini
menunjukkan bahwa iman itu harus dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan
(amal).



2. Nabi mengatakan bahwa ketakwaan itu tempatnya disini (di hati)
adalah Nabi yang menyuruh untuk melaksanakan shalat yaitu Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam.



3. Orang yang mencermati sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
hadits sahih yang berbunyi, "Seluruh amal itu tergantung niatnya" akan
menemukan arti sebenarnya dari hadits itu adalah adanya amal dan niat.
Setiap amal ibadah tidak akan diterima kecuali memenuhi dua persyaratan
berikut:



PERTAMA, secara lahiriah perbuatan itu sesuai dengan (praktek) sunnah
Nabi seperti shalat Zuhur yang harus dilaksanakan dengan empat rakaat,
tidak boleh lebih dan kurang.



KEDUA, amal ini harus diniatkan demi mencapai ridha Allah seperti shalat yang 
harus diniatkan karena Allah,

dan bukan karena riya (ingin dilihat orang lain). Hal ini karena firman
Allah Subhanahu wata'ala yang berbunyi: "Supaya Dia menguji kamu,
siapakah di antara kamu yang amalnya paling baik". (QS. Al-Mulk: 2)



Fudhail mengatakan bahwa maksud amal paling baik adalah amal yang
paling benar dan ikhlas. Menurutnya, amal ibadah yang dilakukan dengan
ikhlas namun tidak benar tidak akan diterima. Begitu pula dengan amal
ibadah yang dilakukan dengan benar namun tidak ikhlas juga tidak akan
diterima. Amal ibadah hanya akan diterima bila sudah memadukan unsur
kebenaran dan keikhlasan. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa amal yang
ikhlas adalah yang dilakukan hanya karena Allah semata, sedangkan amal
yang benar adalah yang dilakukan dengan sunnah Nabi. Dalam hal ini
Allah Subhanahu wata'ala berfirman: "Siapa yang mengharap akan menemui
Tuhannya, hendaklah ia beramal salih dan tidak mempersekutukan Tuhannya
dengan apa pun juga" (QS. Al-Kahfi: 110)



Dengan demikian apakah seseorang yang tidak shalat mengatakan bahwa
makan itu cukup diniatkan saja tanpa usaha makan apapun, sebagaimana
halnya mengatakan bahwa amal itu cukup diniatkan tanpa usaha melakukan
shalat?



Ibn Mas'ud pernah mengatakan: "Tak ada guna perkataan tanpa perbuatan.
Dan tak ada guna perkataan dan perbuatan tanpa adanya niat. Tak ada
guna perkataan, perbuatan, dan niat bila tidak sesuai dengan sunnah."



B. Ada orang berkata bahwa bekerja juga termasuk dalam ibadah, sehingga shalat 
dianggapnya tidak terlalu penting.



Untuk menjawab hal ini perlu disadari bahwa pada prinsipnya amal
perbuatan manusia tidak akan diberi pahala kecuali setelah ia
melaksanakan shalat. Jadi misalkan ia telah membangun masjid di setiap
tempat dan menyumbang banyak uang kepada setiap muslim, tapi tak ada
pahala dalam hal itu, kecuali setelah ia menunaikan kewajiban
shalatnya. Ini didasarkan kepada sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, "Amal ibadah seseorang yang pertama kali akan dihisab pada hari
kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya benar, ia akan beruntung dan
bahagia, jika tidak maka, ia akan gagal dan merugi" (HR Tirmidzi dari
Abu Hurairah)



Perlu diketahui bahwa usai menunaikan shalatnya, seorang muslim akan
diberi pahala, terutama yang dilakukan karena Allah semata, termasuk
kepada hubungan suami isteri. Ini didasarkan pada sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam,"...dan ada sedekah pada kemaluan
seseorang dari kalian." Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, Apakah
orang yang menyalurkan sahwatnya akan mendapat pahala? Beliau balik
bertanya, "Bagaimana pendapat kalian kalau ia menyalurkannya syahwatnya
pada hal yang haram, bukankah ia akan menerima dosa? Demikian pula jika
ia menyalurkannya kepada sesuatu yang halal, maka apa pahala baginya".
(HR Muslim).



Pada saat terdengar azan, anda kadang berkata kepada seseorang, "Ayo,
kita shalat!" Lalu ia menimpali ajakanmu dengan mengatakan bahwa
bekerja juga ibadah. Lalu tanpa sadar ia bercerita kepadamu bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk ke masjid yang
didalamnya beliau lihat ada seorang lelaki tengah duduk-duduk saja.
Beliau bertanya, "Siapakah yang menghidupimu. " "Saudaraku" jawabnya.
Kalau begitu ia lebih baik darimu," sahut beliau.



Terus terang hadits ini palsu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
tidak pernah mengucapkan hal seperti ini. Dalam kitab Riyadhus Shalihin
pada topic bahasan tentang keyakinan, dan tawakal diceritakan dari Anas
bahwa pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. ada dua orang
bersaudara dimana yang satu mendatangi Nabi

Shallallahu 'alaihi wa sallam. sementara yang satunya lagi bekerja.
Kemudian yang bekerja tadi mengeluhkan saudaranya kepada beliau. Beliau
mengatakan, "Bisa jadi kamu diberi rizki lantaran ada ia (saudaranya) ."



Karena itu usahakan untuk tepat waktu dan tidak terlambat sedetikpun
melaksanakan shalat. Kehidupan dunia adalah fana. Manusia hanya akan
menjadi kaya dengan ketaatan, dan akan menjadi miskin dengan kejahatan.
Ada yang menuturkan bahwa orang yang bisa merasakan kehadiran Allah
Subhanahu wata'ala tidak akan merasakan kehilangan apa pun, sedangkan
yang tidak merasakan kehadiranNya, tidak memperoleh apa-apa. Rasa
kebersamaan dengan Allah akan merasa paling kaya kendati hanya punya
sepotong roti. Sedangkan rasa jauh dari Allah akan membuatnya merasa
paling miskin meski hidup dalam keadaan serba berkecukupan. Orang harus
ingat ucapan kubur setelah pemakaman, "Hai manusia, aku ini adalah
tempat yang sepi, gelap, terisolir, dan tempat bagi hidupnya belatung.
Aku akan

mengasihani orang yang datang dengan membawa bekal ketaatan. Dan akan menyiksa 
orang yang datang membawa bekal kejahatan."



Kalau kamu belum bisa melaksanakan shalat sesegera mungkin maka
usahakan bersegera meraih kebaikan dan sujudlah kepada Allah Sang
Pemilik bumi dan seluruh langit. Kalau belum hapal ayat-ayat Al-Qur'an,
kamu bisa shalat dengan membaca Al-Fatihah saja. Pada tahap-tahap awal
kamu juga tidak disyaratkan untuk bisa membaca

tasyahhud. Kamu juga bisa melakukan shalat-shalat yang wajib terlebih dahulu, 
setelah itu barulah kamu menunaikan shalat sunnah.



Lalu kalau kamu tidak ingat jumlah rakaat masing-masing shalat wajib,
maka cukup diingat, yaitu dua rakaat sebelum terbit matahari adalah
subuh. Di kala mentari akan tenggelam kamu kerjakan tiga raka'at yaitu
shalat maghrib. Dan sisanya adalah zuhur, asar dan isya masing-masing
berjumlah empat raka'at.



C. Ada yang menuturkan bahwa si A sering melakukan shalat tapi kelakuannya 
kurang baik.



Perlu disadari bahwa orang yang dijadikan hujatan atas Islam adalah
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saja, sebagaimana Allah Subhanahu
wata'ala berfirman: "Dan laksanakanlah apa-apa yang di perintahkan
Rasul (Muhammad) kepadamu dan tinggalkanlah apa-apa yang dilarangnya" .
(QS. Al-Hasyr: 7)



Walau orang ini telah menjelekkan citra Islam dengan kelakuannya yang
tidak baik tapi suatu saat nanti shalatnya akan bisa menghindarkan
dirinya dari kelakuan yang tidak baik tersebut. Ada satu riwayat yang
menceritakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, kedatangan
seseorang. Ia bercerita: "Si Fulan orangnya rajin shalat malam, akan
tetapi ia suka mencuri siang harinya." Beliau menjawab: "Satu saat
shalatnya akan menghindarkan dia dari perbuatannya" . (HR. Ahmad dan
Baihaqi). Iman Albani menshahihkan hadits ini dalam Misykatul Mashabih.



D. Ada orang mengatakan bahwa si A
orangnya rajin shalat tapi hidupnya susah. Ia tidak punya banyak harta,
mobil dan real estet. Berbeda dengan si B yang kendati tidak shalat
tapi Allah memberinya banyak rizki.



Perlu disadari bahwa kemurahan Allah bukan merupakan bukti kecintaan
Allah terhadapnya, sebagaimana susahnya rezeki tidak bisa dijadikan
alasan bahwa Dia membencinya.



Ibn Qayyim mengatakan: "Allah lebih tahu mereka yang pantas dan tidak
pantas mendapatkan karunia dan keistimewaan. Dia memberi dan tidak
memberi berdasarkan kebijakanNya. Kalau penderitaan hidup ternyata bisa
membuat orang merasa butuh kepada Allah, tunduk, dan memujiNya maka
penderitaanya berubah menjadi kemurahan. Sedangkan orang yang lupa
daratan akibat kenikmatan hidup, maka kenikmatannya berubah menjadi
penderitaan. Semua hal yang bisa melupakan Allah merupakan siksaan
baginya, sedangkan yang membuatnya kembali ke jalanNya merupakan rahmat
baginya."



Dalam Musnad Ahmad, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda:
"Allah membagi tingkatan akhlak kalian seperti halnya membagi tingkatan
rizeki. Dia memberi dunia kepada orang yang disuka dan yang tidak
disuka. Namun petunjuk agama hanya diberikan kepada orang yang Dia
cintai. Jadi orang yang telah diberi petunjuk agama berarti Allah cinta
kepadanya." Allah Subhanahu wata'ala berfirman: "Apakah mereka mengira
bahwa harta benda dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka
menunjukkan bahwa Kami mempercepat kebaikan bagi mereka? Tidak. Mereka
tidak menyadari hal ini" (QS. Al-Mu'minun:56-57).



E. Bersikaplah waspada terhadap rayuan
Iblis. Kalau seseorang mulai menghadap Allah, khususnya dalam shalat,
kadang Allah megujinya dengan satu cobaan sehingga syetan
menghampirinya dan berkata: "Saat kamu mulai shalat, justru kamu
ditimpa cobaan di mana-mana. Sebab Iblis merayunya untuk meninggalkan
shalat."



Ketahuilah bahwa cobaan ini sebenarnya hadiah dalam bentuk cobaan.
Dalam sebuah atsar disebutkan: "Aku menguji mereka dengan cobaan dalam
rangka membersihkan segala dosa dan aibnya." Disebutkan pula, Aku
menguji sebagian hamba-hambaKu karena, Aku suka kalau mereka
mengatakan: `Ya Rabbi! (Wahai Tuhanku).'"



F. Kadang ada orang mengatakan bahwa dirinya sudah siap untuk melaksanakan 
shalat tapi masih malu untuk menanyakan tata caranya.



Harus disadari olehmu bahwa agama akan hilang di antara rasa malu dan
sombong. Apakah kamu lebih baik ketimbang Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam ? Beliau diajarkan tata cara shalat oleh Malaikat Jibril as.,
pada permulaan diwajibkannya shalat.



G. Ada lagi orang berkata, "Saya paham
tata cara shalat sendirian, namun tidak tahu tata cara shalat
berjamaah, dan saya juga takut kalau nanti ditertawakan orang."



Dengan izin Allah, orang pasti tak akan ada yang akan menertawakanmu.
Kalaupun ada maka hal ini tidak akan sebanding ketika seluruh manusia
menertawakan seseorang pada hari kiamat kalau ia calon ahli neraka. Ada
lagi hal yang lebih memalukan dari itu yaitu ketika dibongkarnya semua
skandal jelek di hadapan Allah.



H. Ada orang yang berkata, "Saya ingin
melaksanakan shalat tapi sang majikan melarangku dengan alasan karena
membuang-buang waktu kerja."



Allah berfirman, "Apakah manusia mengira cukup baginya hanya mengatakan
"Kami telah beriman" sedangkan mereka belum diuji?" (QS. Al-Ankabut: 2)
Firman Allah yang lain: Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (dari kesulitan) dan akan
memberinya rezeki dari arah tak terduga" (QS.

At-Thalaq: 2-3).



Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tak ada ketaatan untuk
seseorang dalam urusan yang melanggar perintah Allah. Ketaatan hanya
berlaku pada hal yang makruf saja." (HR. Baihaqi dalam Shahih al-Jami').



InGat AllaH & BersiHkaN Hati




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke