boss, aneh juga anda beri subject mail ini dg subject tsb, padahal sy lihat isi artikel bukan itu intinya.
atau , kenapa tidak ini saja yg jadi subject : *"Silakan Ahmadiyah mendirikan agama sendiri"* *atau* *"NU membela ahmadiyah hanya karena membela atas nama hak asasi manusia" ?* :) On 9/27/08, MGR <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > 32/XXXVII 29 September 2008KH Sahal Mahfudh: > Kita Majemuk, Kaya Budaya dan Tradisi > > DIA ulama yang punya otoritas tertinggi di > negeri ini. Dua jabatan penting sekaligus diembannya: Rais Aam Syuriah > Nahdlatul Ulama dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Kiai Haji > Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh menguasai berbagai kitab fikih klasik. Dia > bahkan telah menelurkan beberapa buku fikih dan dikenal sebagai orang > yang mempopulerkan fikih sosial. > > "Romo Kiai"begitu santrinya biasa memanggiladalah orang yang > konsisten memandu Nahdlatul Ulama sesuai dengan Khittah 1926. Itu > sebabnya ia masygul ketika sebagian besar pengurus Nahdlatul Ulama > terjun ke politik praktis. "Praktek khittah di NU sekarang sedang > macet," kata pengasuh Pondok Maslakul Huda di Kajen, Margoyoso, Pati, > Jawa Tengah, itu. > > Kiai Sahal menyentil tindakan oknum pengurus itu lewat > mekanisme organisasi. "Semua orang NU sebenarnya sudah paham gaya > saya," kata penerima gelar doktor honoris causa bidang fikih dari > Universitas Islam Negeri Jakarta pada 2003 itu. "Saya bukan orang yang > suka umbar omong," kata suami Nafisahatau dikenal dengan Nyai > Sahalanggota Dewan Perwakilan Daerah dari Jawa Tengah, itu. > > Pada usia 70 tahun, KH Sahal Mahfudh harus tetap bolak-balik > Jakarta-Pati. Namun, selama Ramadan, ia memilih tinggal di pondok untuk > mengaji bersama santri, dan menolak bepergian. "Masak, setahun enggak > bisa khatam Al-Quran sekali pun," katanya. > > Ketika Arif Kuswardono dan Sohirin dari Tempo menemuinya, Sabtu > pekan lalu, sejumlah santrinya mengatakan sang kiai sedang sakit. Bibir > Kiai Sahal memang terlihat mengering dan pecah-pecah. Namun ia mengaku > masih fit dan bugar. "Saya tidak pernah berolahraga. Resepnya mungkin > karena makan saya tidak neko-neko," ujarnya. > > Kiai Sahal menerima Tempo di ruang tamu rumahnya yang berisi > sofa sederhana dan kipas angin sumbangan santri. Bersarung batik dengan > kemeja lengan panjang, pria yang sejak kanak-kanak ditinggalkan > ayahnyaKH Mahfudh, wafat dalam tahanan Jepangini tidak banyak > bergerak selama dua jam wawancara. > > Sebagai pemimpin Nahdlatul Ulama, bagaimana Anda menyikapi > perseteruan antara Front Pembela Islam dan kelompok pembela Ahmadiyah, > yang konon sama-sama berasal dari Nahdlatul Ulama? > > Front Pembela Islam itu bukan Nahdlatul Ulama. > FPI itu didirikan oleh habaib. Jadi, FPI bukan NU, dan amaliahnya > berbeda. Wong FPI itu Wahabi kok, sementara NU itu Ahlussunnah Wal > Jamaah. > > Bukannya Nahdlatul Ulama juga mengakui habaib? > > Wahabi itu tidak cocok dengan Indonesia, karena > Wahabi hanya mengenal Al-Quran dan sunah. Yang tidak ada dalam Al-Quran > dan sunah dianggap sesat. Kalau ini diterapkan di Indonesia, tidak > cocok. Kita majemuk, kaya budaya dan tradisi. Sepanjang tidak > bertentangan, meski tidak disebut di dalam Al-Quran atau sunah, tidak > apa-apa. > > Bagaimana dengan sebagian kalangan muda Nahdlatul Ulama yang membela > Ahmadiyah? > > Mereka membela atas nama hak asasi manusia. Tapi > mereka lupa, Ahmadiyah itu mempunyai akidah yang berbeda. Mereka > menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Ini yang tidak benar. > Silakan Ahmadiyah mendirikan agama sendiri, jangan mengaku menjadi > bagian dari Islam, karena telah mengangkat pemimpinnya sendiri sebagai > nabi. Di negara-negara lain, Ahmadiyah juga dilarang. > > Bukankah berkembangnya Ahmadiyah merupakan bentuk kegagalan dakwah > Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah? > > Ini bukan kegagalan dakwah NU dan Muhammadiyah, > karena keduanya mempunyai target dakwah masing-masing. Mereka sudah ada > dari dulu, tapi belum sebesar sekarang. Dari dulu kita memang tidak > berdakwah kepada mereka. > > Sebagai kiai sepuh, bagaimana Anda melihat sosok Abdurrahman Wahid? > > Saya kasihan kepada Durrahman. Saat ini hampir > tidak ada ucapan dia yang bersih dari kepentingan orang lain. Ada > orang-orang di sekelilingnya yang memanfaatkan dia. Durrahman sudah > tidak bisa lagi menjadi dirinya sendiri. Tapi biarkan saja, Durrahman > memang susah diingatkan. Kalau diingatkan, malah nantang. Kecuali > dipancing diskusi. Jadi, cara mengingatkannya harus dengan berdebat. > Kalau kita bisa mematahkan argumentasinya, baru dia akan percaya. Saya > pernah melakukannya beberapa kali. Tapi dulu. > > Kenapa tidak dilakukan lagi? > > Sudah susah. Orang di sekitarnya punya banyak > kepentingan (Kiai Sahal menyebut sejumlah nama secara off the record). > Itu yang saya tahu. > > Bukankah jika Partai Kebangkitan Bangsa terus bergolak, imbasnya akan > menyeret Nahdlatul Ulama? > > Memang tidak bisa melarang warga NU berpolitik > praktis. Makanya, bagi yang ingin bersinggungan dengan politik praktis, > harus mundur dari pengurus. Saya sudah berpengalaman karena pernah > menjadi pengurus di Pati saat NU jadi partai. Jadi, NU tetap harus > bersih dari politik praktis, karena sudah menyatakan kembali ke Khittah > NU 1926, yakni NU harus berkhidmat kepada kepentingan rakyat. Meski itu > juga susah sekali, bahkan saat ini jadi macet. > > Mengapa macet? Karena Hasyim Muzadi (Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar > Nahdlatul Ulama) pernah menjadi calon wakil presiden? > > Hasyim itu kan Ketua PNU, Partai Nahdlatul > Ulama. Karena hasrat politiknya begitu tinggi, saya sendiri enggak > cocok dan enggak sanggup lagi kalau harus bersama dia. Berkali-kali > sudah saya ingatkan, tapi tidak digubris. Syuriah memang tak bisa > memecat Tanfidziyah. Tidak ada mekanismenya. Akibatnya, sekarang malah > banyak pengurus NU di daerah menjadi calon bupati atau wakil bupati. > Kalau nanti masa jabatan saya habis, saya enggak mau dipilih lagi. > Kalau masih diminta organisasi, saya tidak mau bareng Hasyim lagi. > > Mengapa Anda tidak menegur Hasyim? > > Waktu dia mau maju sebagai calon wakil presiden, > dia kan minta pendapat saya. Saya sudah ingatkan dia untuk mundur kalau > mau maju. Tapi dia tidak mau mundur. Dia mau menggunakan massa NU. > Waktu kemarin pemilihan Gubernur Jawa Timur, dia juga menemani Khofifah > (Khofifah Indar Parawansa, calon Gubernur Jawa Timur yang lolos putaran > kedua) membagi-bagi duit ke pengurus NU. Begitu tahu, saya langsung > menegur dia lewat Sekretaris Jenderal PBNU. Money politics kok > ditunggoni (ditungguiRed.) Ketua NU. Ini kan sudah kebablasan. > > Anda mengaku antipolitik praktis. Tapi istri Anda sendiri kini duduk > menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah . > > Saya sebenarnya melarang, tapi orang-orang itu > terus mendesak. Saya kan tidak bisa melarang orang mencalonkan. Yang > mendorong itu banyak sekali, masak tidak ditanggapi? Itu kan amanah > juga? Tapi saya sudah bilang kepada istri saya, cukup sekali masa > jabatan saja. Saya sendiri cukup repot tidak ada istri di pondok. > Banyak soal tidak terurus. Bukannya pondok jadi telantar, tapi kan lain > kalau ada istri di pondok. > > Bagaimana Anda melihat tragedi pembagian zakat di Pasuruan, yang > menyebabkan korban tewas 21 orang? > > Sebenarnya tidak harus seperti itu. Zakat yang > paling baik itu diantarkan, bukan penerimanya dipanggil. Jadi, si > muzaki (wajib zakat) sudah tahu mustahik (penerima zakat) siapa saja > yang akan diberi. > > Apakah model pembagian zakat seperti di Pasuruan itu dibenarkan? > > Boleh sih boleh, tapi tidak utama. Anjuran > syariat adalah zakat itu diantarkan. Dengan diantar, akan terseleksi > siapa yang benar-benar berhak menerima zakat, dan kejadian > berdesak-desakan bisa dihindari. Pembagiannya juga bisa dengan > membentuk panitia. > > Bukankah pembagian zakat dengan mengundang orang bisa menimbulkan kesan ria > bagi si pemberi zakat? > > Ya. Dan menimbulkan kesan bahwa umat Islam itu > sangat melarat. Masya Allah . Kalau zakat diantar, hal itu bisa menjaga > perasaan si penerima zakat. Sekalipun mereka miskin, tidak harus > dipaksa meminta-minta. Sekalipun mereka miskin, mereka juga manusia > yang harus dihormati. > > Bagaimana dengan sedekah? Sedekah sekarang jadi populer sebagai > jalan melipatgandakan rezeki karena janji balasan berlipat dari Allah? > > Ada hadis mengatakan bersedekah itu akan > mendapatkan pahala sepuluh kali lipat. Kalau sedekah sepuluh, akan > mendapatkan seratus, baik pahala di dunia maupun di akhirat. Tapi > ingat, pahala itu jangan semata-mata dimaknai sebagai uang. Saya selalu > mempraktekkannya juga. Misalnya saya bersedekah, selalu saja akan > mendapatkan ganti, meski bukan dalam bentuk uang. Misalnya, saya > bersedekah, eh... tiba-tiba ada orang memberikan kain kepada saya. > Tidak ada ketentuan siapa penerima sedekah. Orang kaya disedekahi juga > enggak apa-apa. Menggunakan uang sedekah untuk pelatihan atau pembelian > sarana sosial itu boleh. Penggunaan uang zakat dan sedekah harus > dipisahkan, karena peruntukannya lain. > > Bukankah sudah ada amil zakat? Kenapa masyarakat masih menyalurkan zakatnya > sendiri? > > Mohon maaf, ya . Amil yang dibentuk oleh > Departemen Agama itu tidak ada yang benar. Mereka tidak mampu dan tidak > menguasai persoalan zakat. Mereka itu tidak tahu yang sebenarnya miskin > itu apa, fakir itu apa, serta pengertian delapan kelompok penerima > zakat. Mereka juga tidak bisa mengelola. Jadi, sukar masyarakat percaya > kepada amil zakat. Jangan-jangan zakat itu tidak diberikan kepada yang > berhak. Jangan-jangan amilnya lebih banyak menerima bagiannya. Itu > keraguan yang muncul. > > Bukankah banyak lembaga zakat swasta? Pilihannya tidak hanya satu amil > saja? > > Amil itu banyak syarat dan ketentuannya. Dan > harus diangkat oleh pemerintah. Di mana-mana, amil itu yang membentuk > pemerintah. Orang tahunya amil adalah orang yang membagi-bagikan zakat. > Padahal amil itu mengelola zakat. Jadi, harus tahu zakat itu bagaimana, > siapa yang berhak menerima, bagaimana penyalurannya. > > Adakah contoh amil yang bagus di luar negeri? > > Banyak. Misalnya di Malaysia dan Arab Saudi. > Mereka benar-benar mengetahui siapa yang berhak menerima zakat. Mereka > menggunakan data kependudukan untuk mengetahui siapa saja yang paling > berhak menerima zakat. > > Beberapa lembaga amil mengambil uang zakat untuk pengkaderan para petugas > amil. Seberapa bagian amil dari zakat? > > Zakat itu bisa dibagikan kepada amil juga. Tapi > uang zakat tidak bisa digunakan untuk pelatihan. Bahwa setelah menerima > bagian zakat, si amil akan menggunakannya untuk pelatihan, itu tidak > apa-apa. Yang tidak boleh itu, sebelum dibagikan kepada yang berhak, > zakat dipotong untuk menyelenggarakan pelatihan. Mustahik itu cuma > delapan. Tidak ada ketentuan untuk pelatihan. > > Bagaimana kalau zakat digunakan untuk pemberian beasiswa atau ambulans > gratis atau modal usaha? > > Saya tanya, itu (mobil ambulans) masuk asnaf > (kelompok penerima zakat) yang mana? Asnaf itu cuma delapan. Jangan > ditambah-tambah. Zakat boleh dikelola untuk hal-hal lain, asalkan > sebelumnya diterimakan dulu kepada yang berhak. > > Salah satu tujuan zakat adalah mengubah mustahik menjadi muzaki. > Itu sebabnya zakat harus dikelola profesional untuk mengentaskan si > miskin? > > Tidak ada tujuan zakat semacam itu. Itu kan pikiran orang sekarang saja? Di > kitab fikih tidak ada. > > Jadi, zakat tidak berfungsi memperbaiki kesejahteraan umat? > > Zakat itu kewajiban orang yang punya duit untuk > diberikan kepada yang berhak. Apakah penerima perlu tahu bahwa yang > diterimanya adalah uang zakat? Tidak perlu. Setelah dibagikan, > penggunaannya terserah si penerima. > > Bukankah kalau zakat diberikan dalam bentuk uang masing-masing Rp > 30 ribu hanya akan habis dimakan? Lain halnya kalau dikelola untuk > modal kerja? > > Diterimakan dulu kepada yang wajib menerima. > Bahwa setelah itu akan dikelola dalam bentuk lain, silakan. Kalau yang > dibagikan itu bisa untuk modal usaha, itu lebih baik, tapi kalau > masing-masing menerima hanya Rp 30 ribu, bisa untuk modal apa? > > Kenapa Nahdlatul Ulama sebagai organisasi ulama, yang tentu > banyak ahli fikihnya, tidak membentuk amil agar pengelolaan zakat bisa > optimal? > > Nahdlatul Ulama tidak mendirikan amil. NU hanya mengupayakan bagaimana cara > berzakat yang benar. > > Penelitian Universitas Islam Negeri Jakarta menyebutkan bahwa > potensi zakat di Indonesia per tahun mencapai Rp 20 triliun. Tapi hanya > tujuh persen yang masuk ke lembaga amil. Kalau banyak lembaga amil, > tentu potensi zakat bisa optimal . > > Amil itu lembaga resmi yang harus dibentuk oleh > pemerintah. Jadi tidak mudah menamakan diri sebagai amil. Bayangkan, > kalau tidak dibentuk resmi oleh pemerintah, bisa-bisa satu kampung > terdapat puluhan amil. Inilah salah kaprahnya. Orang yang membagikan > zakat dikira amil, padahal dia cuma panitia zakat. > > Lantas apa makna sosial diwajibkannya zakat ? > > Makna sosialnya bermacam-macam. Bisa menimbulkan > kepedulian sosial, bisa menjadikan orang yang sebelumnya sebagai > penerima zakat kemudian menjadi wajib zakat. Yang jelas, jangan sok > punya pikiran zakat itu untuk membuat orang menjadi kaya. Sebab, > menjadi kaya itu urusan Allah. > > Sejauh mana aturan fikih zakat itu harus berdampak pada kehidupan sosial? > > Sebetulnya, fikih itu tidak bisa lepas dari > kehidupan bermasyarakat. Misalnya menemui tamu itu fikih. Jika tamu mau > pulang, kita mengantarkannya sampai ke pintu, atau ke kendaraan, itu > juga diajarkan fikih. Itu bukan sekadar adab, tapi juga diatur dalam > fikih, dan ada pahalanya. Cuma, orang tidak tahu bahwa itu ibadah. > Jadi, fikih itu tidak hanya mengatur salat, puasa, zakat, dan haji . > > Apa sebetulnya makna fikih? > > Fikih adalah ilmu tentang segala amaliah > perbuatan manusia. Jadi, semua bisa menjadi urusan fikih. Karena itu, > menurut saya, fikih itu jangan dijadikan lembaga legalitas formal yang > hanya berbicara soal halal-haram. Fikih harus dijadikan etika sosial. > Setiap kali kita melakukan sesuatu, harus dilandasi niat fikih, > sehingga akan berpahala. > > Bukankah selama ini ada pelembagaan fikih secara formal, misalnya ada > lembaga fatwa di Majelis Ulama Indonesia? > > Maksud saya, di samping dijadikan lembaga formal > yang menentukan halal-haram, juga sebagai etika sosial. Sebagai > legalitas formal dalam arti halal-haram tetap perlu, misalnya tentang > salat dan zakat. > > Sebagai pengasuh pesantren, Anda menginginkan santri seperti apa? > > Cita-cita saya hanya satu, mempunyai santri yang > saleh. Saya tidak pernah menginginkan santri yang pandai. Buat apa > pandai kalau tidak saleh? Sebaliknya, lebih baik bodoh tapi saleh. > > KH MOHAMMAD AHMAD SAHAL BIN MAHFUDH > Tempat dan tanggal lahir; Kajen, Pati, 17 Desember 1937 > Pendidikan: > Ibtidaiyah Mathaliul Falah, Kajen, 1949 > Tsanawiyah Mathaliul Falah, Kajen, 1953 > Pondok Pesantren Bendo, Pare, Kediri, 1957 > Pondok Pesantren Sarang, Rembang, 1960 > Belajar di Mekah di bawah bimbingan Syekh Yasin al-Fadani, 1960 > Karier: > Guru Pesantren Sarang, Rembang, 1958-1963 > Guru Pesantren dan Pengasuh Pondok Maslakul Huda, Kajen, 1963-sekarang > Dosen Syariah di Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 1982-1985 > Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara, 1989-sekarang > Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 1999-sekarang > Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat, 2000-sekarang > > > > > ___________________________________________________________________________ > Nama baru untuk Anda! > Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan > @rocketmail. > Cepat sebelum diambil orang lain! > http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > ------------------------------------ > > ======================= > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment > ....Yahoo! Groups Links > > > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/