Wanita dalam Islam

 

Kamis, 23 Okt 2008 14:16

 

Mahdi Akif, Mursyid 'Aam IM

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiem

Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah saw. juga atas
mereka yang berjalan bersamanya.

 

Mungkin ini adalah bahasan yang sering terulang. Namun, kita akan terus
membahasnya, apalagi di tengah serangan gencar yang dilakukan oleh para
musuh seputar konsep Islam tentang wanita dan keluarga. Hal ini terjadi di
antaranya karena ketidaktahuan mereka atas sikap Islam terhadap masalah
wanita.

 

 

Wanita dalam Islam

 

Umar bin Khathab pernah berkata, "Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada
harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita
itu sederajat dengan laki-laki."

 

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri tiga kali quru'. Tidak
boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka menghendaki ishlah. Dan para
wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah: 228)

 

Persamaan yang dimaksudkan oleh Islam ini meliputi segala aspek, termasuk
masalah hak dan kewajiban. Hal ini sangat dipahami oleh para wanita Islam
dan oleh karenanya mereka pegang ajaran Islam dengan sangat kuat. Khadijah,
Umu Habibah, Ummu Salamah dan Nusaibah binti Ka'ab adalah sebagian contoh
dari para wanita tersebut.

 

Adapun peran wanita dalam rumah tangga tak kalah besarnya. Rasulullah
mengatakan bahwa wanita adalah juga pemimpin di rumah dan ia akan dimintakan
pertanggungjawaban atas perannya tersebut. Dalam sejarah para muslimah telah
memainkan perannya dalam berbagai bidang; di medan jihad, di masjid dan juga
di rumah. Namun dengan tetap menjaga akhlaq dan adab Islami. Ini dilakukan
dengan tetap menjaga perannya yang utama yaitu mendidik anak, menjaga
keluarga yang dibangun atas mawaddah dan rahmah, juga tetap menciptakan
suasana tenang dan damai dalam rumah tangga.

 

Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia
menjadikan bagi kamu rumah-rumah dari kulit binatang ternak yang kamu merasa
ringan nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan dari bulu
domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan
sampai waktu. (Q.S. An-Nahl: 80)

 

 

Usaha Pembaratan

 

Manakala umat Islam tidak komitmen dengan agamanya, maka kondisi wanita juga
akan terpuruk sebagaimana terpuruknya kondisi para lelaki. Jika kondisinya
demikian, maka Barat yang ternyata lebih unggul dari kita akan kembali
bersemangat untuk kembali menjajah dan merampas kekayaan kita. Perang
pemikiran yang mereka lakukan adalah pembuka atas perang militer yang akan
mereka lakukan. Hal ini telah terbukti dan berhasil mereka lakukan.

 

Bahkan ketika perang militer yang mereka lakukan menemukan kegagalan, maka
pengaruh pemikiran mereka tetap bercokol, terutama di otak-otak pemikir dan
cendekiawan kita. Salah seorang dari mereka pernah berkata, "Semakin dalam
aku mengenal Eropa, maka semakin bertambah rasa cintaku padanya. Aku merasa
bagian darinya. Dialah ideologiku yang aku perjuangkan sepanjang hidupku.
Aku tak percaya Timur dan aku lebih percaya pada Barat." (Salamah Musa ;
Buku Kemarin dan Hari ini)

 

Ada lagi seorang dari mereka berkata, "Jalan menuju kebangkitan sudah sangat
jelas, yaitu dengan cara kita menempuh jalan yang telah ditempuh bangsa
Eropa. Lalu, agar kita dapat berubah seperti mereka, maka segala apa yang
ada pada mereka harus kita ambil. Pahit, manis, kebaikan, keburukan dan
termasuk hal-hal yang disukai juga yang dibenci (Toha Husein, masa depan
pengetahuan di Mesir)

 

Wanita Eropa

 

Gerakan pembebasan wanita -sesuai dengan ediologi Barat- merupakan pintu
masuk bagi pemikiran-pemikiran asing itu ke negeri kita. Belakangan, gerakan
ini terasa sangat gencar dilakukan. Terutama saat isu globalisasi meruak.
Juga pada saat Amerika dan Zionis berkuasa atas dunia ini tanpa ada yang
mampu menyainginya.

 

Mereka memaksakan pemikiran ini pada bangsa-bangsa muslim. Berbagai cara
mereka tempuh agar tujuan tercapai. Lembaga semisal PBB dipakai sebagai alat
guna terwujudnya segala target-target mereka. Diselengarakanlah KTT-KTT yang
mengangkat isu seputar masalah wanita.

 

Lalu keluarlah berbagai keputusan dan kesepakatan yang sesuai dengan
keinginan mereka. Pada akhirnya berbagai keputusan ini dipaksakan agar
diterima oleh semua anggota PBB dengan pengawasan ketat yang mereka lakukan.
Selanjutnya, hal-hal ini menjadi senjata-senjata untuk menekan pemerintahan
yang ada untuk mau merubah UU dan berbagai peraturan yang sesuai dengan
keputusan-keputusan KTT tadi.

 

Hancurnya Keluarga

 

Masalah selanjutnya bukan lagi hanya seputar masalah wanita dan hak-hak
mereka saja. Akan tetapi, menjadi meluas dan melebar meliputi bagaimana
membangun rumah tangga seperti cara dan gaya yang sesuai dengan peradaban
Barat. Berkembanglah pemikiran bahwa membina rumah tangga tak perlu lagi
memperhatikan aturan dan nilai-nilai. Peran "ibu" tak lagi menjadi tugas
wanita saja. Peranan itu sebenarnya adalah tanggung jawab masyarakat.
Bahkan, peran itu dapat dilakukan oleh wanita dan laki-laki.

 

Sebenarnya, di Eropa pemikiran dan ideologi ini melahirkan banyak
permasalahan. Sebagai contoh di Perancis tercatat 53 % anak-anak yang lahir
tak memiliki bapak yang jelas. Di banyak negara Eropa semakin berkembang
trend enggan mempunyai anak bahkan enggan untuk menikah. Hubungan laki-laki
dan wanita sekadar hubungan seks bebas tanpa ada ikatan, tak ada aturan yang
mengikat. Dan selanjutnya mereka menuntut agar dilegalkannya aborsi sebagai
dampak langsung dari merebaknya budaya seks bebas.

 

Hal ini juga berdampak pada meningkatnya angka kriminalitas dengan sangat
tajam. Pada tahun 1998 tingkat kriminalitas di Amerika mencapai angka yang
sangat fantastis. Tindakan perkosaan terjadi setiap 6 menit, penembakan
terjadi setiap 41 detik, pembunuhan setiap 31 menit. Dana yang dikeluarkan
untuk menanggulangi tindakan kejahatan saat itu mencapai 700 juta dolar per
tahun (angka ini belum termasuk kejahatan Narkoba). Angka ini sama dengan
pemasukan tahunan (income) 120 negara dunia ketiga.

 

Kejahatan atas wanita

 

Merebaknya kejahatan memberikan bahaya tersendiri buat para wanita di Eropa.
Hingga PBB pada 17 Desember 1999 mengeluarkan keputusan bahwa tanggal 25
November merupakan hari anti kekerasan pada wanita.

 

Anehnya, para musuh Islam langsung saja menjadikan hal ini sebagai celah
untuk menyerang Islam. Mereka mengatakan bahwa dalam Islam, wanita
diperlakukan dengan amat kejam karena wanita boleh dipukul pada saat
melakukan pembangkangan pada suami setelah segala cara telah ditempuh.

 

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada.

 

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian
jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. An
Nisa: 34)

 

Kita akui bahwa banyak para suami yang salah dalam menerapkan ayat di atas.
Hal ini lahir karena lemahnya komitmen mereka pada Islam ditambah dengan
kebodohan dalam memahami konsep Islam. Diperparah lagi dengan sikap wanita
yang sudah sangat melampaui batas sehingga emosi sang suami tak tertahankan
lagi. Bahkan keduanya dalam posisi tertekan karena sistem yang ada dan
berlaku adalah sistem thagut sehingga kerusakan terjadi di mana-mana.
Sebenarnya dalam konsep Islam terdapat solusi bagi permasalahan ini.

 

Ada banyak fakta dan data yang seharusnya diperhatikan oleh mereka yang
terbuai dengan Barat. Di Eropa dan Amerika pada setiap 15 detik terjadi
kekerasan atas wanita. Belum lagi jika ditambah dengan aksi pemerkosaan
setiap harinya. Sehingga Amerika tercatat sebagai negara tertinggi dalam hal
kekerasan terhadap wanita. Menurut catatan UNICEF, 30% kekerasan pada wanita
terjadi di Amerika dan 20% di Inggris.

 

Belum lagi kejahatan perbudakan yang terjadi di Amerika, CNN pernah
menyiarkan laporan bahwa pada tahun 2002 jutaan anak-anak dan wanita dijual
belikan di Amerika setiap tahunnya. Lebih dari 120 ribu wanita berasal dari
Eropa Timur dan beberapa negara miskin lainnya dikirim ke Eropa untuk
dipekerjakan sebagai budak seks. Lalu lebih dari 15 ribu wanita yang
mayoritas berasal dari Meksiko dijual ke Amerika untuk dipekerjakan di
komplek-komplek pelacuran.

 

Bisnis haram ini bahkan merenggut kemerdekaan anak-anak di dunia, hingga
Sidang Umum PBB pada pertemuan yang ke 54 mengeluarkan keputusan pada 25 Mei
2000 tentang hak anak. Sebuah keputusan yang mendesak agar dilakukan
pencegahan agar tak lagi terjadi jual beli anak apalagi kemudian
dipekerjakan sebagai budak seks seperti yang terdapat pada jaringan
internet.

 

Konsep perlindungan anak dalam Islam

 

Memperhatikan apa yang terjadi di Barat, seharusnya membuat kita berfikir
panjang jika ingin menempuh jalan yang telah ditempuh oleh Barat.

 

Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa
nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya. Allah hendak
memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S.
An-Nisa: 27-28)

 

Mari kita berpegang teguh pada petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Pandangan kita
atas masalah ini adalah berlandaskan pada konsep agama kita yang hanif.

 

Diharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, yang disembelih atas nama
selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan yang
disembelih untuk berhala. Dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka
barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al Maidah: 3)

 

Kita tahu bahwa wanita mendapatkan berbagai tekanan termasuk dirampasnya
hak-hak mereka yang telah diberikan oleh Islam. Namun, jika kita berbicara
mengenai problem ini, tentunya tak dapat dipisahkan dengan beberapa
problematika lain yang ada.

 

Krisis pada hal ini tak dapat dilepaskan dari krisis besar yang dihadapi
umat Islam. Sesungguhnya pemikiran akan adanya konflik antara laki-laki dan
wanita adalah sebuah hal aneh dan tak akan ditemui dalam konsep Islam. Ini
adalah produk impor dari masyarakat barat yang memang senang membuat konflik
dan pertentangan dalam berbagai hal. Mereka melakukan penentangan pada
agama, alam, juga atas segala hal.

 

Kita bahkan yakin bahwa problem yang dihadapi oleh wanita muslimah juga
merupakan dampak dari apa yang terjadi di Barat. Baratlah penyebab dari
segala hal yang terjadi di Palestina, mereka yang mendukung Israel dengan
segala dukungan; materi dan persenjataan.

 

Dalam penjara Israel terdapat lebih dari delapan ribu tawanan. Mereka
meninggalkan para istri, ibu dan anak-anak perempuan, bahkan di antara
mereka terdapat sekitar 100 tawanan wanita. Mengapa Barat diam saja atas
semua ini.

 

Di Palestina terdapat lebih dari 250 wanita yang telah menemui syahidnya,
belum lagi para wanita yang menderita luka-luka pasca intifadhah.

 

Bukankah mereka juga punya hak yang harus dibela. Mengapa media Barat diam
seribu bahasa atas hal ini, sementara mereka melakukan berbagai usaha dan
upaya pada saat satu atau dua orang wartawati mereka tertawan di Irak atau
di wilayah konflik lainnya.

 

Adapun tentang wanita di Irak, cukuplah bagi kita apa yang disampaikan oleh
organisasi dunia pada 22 Februari 2005 yang mengatakan bahwa kondisi wanita
Irak tak jauh berbeda dengan kondisi manakala mereka berada di bawah
pemerintahan Sadam Husein.

 

Hal ini menjelaskan bahwa kemerdekaan dan kebebasan wanita seperti yang di
gembar-gemborkan Amerika sama sekali tak menyentuh mereka. Bahkan kondisi
mereka di bawah penjajahan Amerika jauh lebih buruk lagi. Mereka menerima
perlakuan kasar, dianiaya, dilecehkan bahkan diperkosa.

 

Rasanya kita tak perlu lagi menceritakan apa yang dialami oleh para muslimah
di Bosnia. Bagaimana mereka diperkosa dan disiksa oleh tentara Serbia Eropa
di hadapan para tentara PBB, juga di hadapan dunia internasional.

 

Namun, meski dalam kondisi demikian, wanita muslimah akan tetap tegar.
Melalui merekalah lahir para pejuang, para syuhada, juga para mujahidin.
Wallahu A'lam.

http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/wanita-dalam-islam.htm

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke