Jakarta,
Rakyat Merdeka – Bekas Ketua MPR, Amien Rais dan bekas Menko
Perekonomian Rizal Ramli tersenyum senang saat diusulkan agar
keduanya maju sebagai pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2009
mendatang.
 

Usulan
tersebut disampaikan wartawan saat sesi tanya jawab diskusi dengan
tema “4 Tahun Pemerintahan SBY-JK: Evaluasi Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Ekonomi Nasional” di Gedung Dewan Perwakilan Daerah, ruang
GBHN, Nusantara V, Senayan, Jakarta, Kamis (23/10).

Dalam
diskusi tersebut, Amien dan Rizal tampil bersama sejumlah analis
ekonomi menyampaikan analisis dan kritik tajam kepada Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono–Jusuf Kalla (SBY-JK). Pada sesi tanya
jawab, wartawan pun mengajukan pertanyaan kepada Amien dan Rizal
tentang kesiapan keduanya maju sebagai pasangan capres/cawapres
melawan SBY-JK yang santer dikabarkan akan kembali berduet pada
Pilpres 2009.

Mendapat
pertanyaan tersebut, puluhan wartawan yang memenuhi ruang  diskusi
bersorak dan bertepuk tangan tanda setuju. Amien dan Rizal pun tampak
tersenyum senang ditanya begitu.

Lalu
apa  jawab Amien? “Apakah Anda akan mendukung saya kalau saya
kembali maju sebagai capres? Kalau Anda mendukung, saya siap maju!”
jawab Amien tegas. Rizal Ramli yang duduk persis di samping Amien
tersenyum lebar dan bertepuk tangan.

Ditemui
usai diskusi, Rizal yang telah memutuskan ikut konvensi capres Partai
Bintang Reformasi menyatakan wait
and see tentang
kemungkinan pinangan dan berpasangan dengan calon-calon yang mulai
banyak bermunculan.


Ditanya
apakah dirinya siap berduet bersama Amien Rais? Rizal hanya
menegaskan, hubungannya dengan Amien Rais dan semua tokoh lain yang
telah menyatakan kesiapan maju sebagai capres pada Pilpres 2009
sangat baik, kecuali dengan SBY. 



"Sementara
ini ikut konvensi PBR, yang lain lihat nanti. Saya rasa prosesnya
masih sangat awal. Hubungan saya baik sama semua calon, kecuali
dengan SBY. Dulu sih hubungan dengan SBY baik, tapi sekarang Anda
lihat saja sendiri," kata Rizal.


Kembali
ke Amien. Dimintai komentarnya tentang survei sejumlah lembaga yang
menempatkan SBY sebagai sosok capres terpopuler, Amien menjawab hal
itu bisa terjadi karena dua kemungkinan. 



“Ada
dua kemungkinan. Pertama, survei tersebut survei pesanan untuk
kepentingan pencitraan. Kedua, masyarakat kita masih terlalu mudah
perdaya oleh SBY melalui berbagai retorika politiknya. Kemungkinan
kedua inilah yang menjadi pendapat saya,” jawab bekas Ketua Umum PP
Muhammadiyah itu.


Padahal,
nilai Amien, selama 4 tahun usia Pemerintahan SBY tidak ada prestasi
signifikan. “Ada prestasi yang harus kita akui seperti, perdamaian
Aceh, usaha menghentikan ilegal loging dan narkoba, gerak perjudian
yang semakin sempit. Tapi semua rapor biru itu menjadi tidak begitu
berarti karena banyak sekali rapor merahnya, terutama dalam
pengelolaan sumberdaya alam yang terlalu tunduk pada kepentingan
Asing, penegakan korupsi yang tebang pilih dan tidak berani menyeret
lingkungan Istana, keluarga presiden dan para konglemerat hitam yang
pernah mengeluarkan dana besar untuk Pemilu. Semua rapor merah itu
membuat rapor biru Pemerintahan SBY hilang,” kata Amien.

Meski
prestasi Pemerintah SBY dinilai buruk, lanjut Amien, tapi
Pemerintahan SBY pandai berbohong mencitrakan diri berprestasi. “Maka
tugas kaum intelektual, para elit politik dan rekan-rekan wartawan
adalah membongkar kepalsuan itu. Rakyat harus disadarkan bahwa mereka
sering dibohongi pemerintah. Memang benar bahwa all
government lies, semua
pemerintahan pasti melakukan kebohongan. Tapi SBY bohongnya agak
bodoh dan ugal-ugalan,” ketus Amien.


Terkait
hal ini, Rizal Ramli mencontohkan bahwa selama ini Pemerintahan SBY
mengklaim fondasi ekonomi Indonesia selama 4 tahun kuat. Padahal,
lanjut Rizal, jauh-jauh hari melalui laporan ekonomi ECONIT 2007
pihaknya telah mengingatkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia
rapuh. 



“Tapi
para menteri ekonomi SBY terlalu sombong dan jumawa dalam melihat
gejala krisis yang sebenarnya telah terlihat sejak awal 2008 ini.
Bahkan, Presiden SBY tidak paham dengan sejarah krisis ekonomi yang
ada di Indonesia. Presiden SBY mengatakan, enggak mungkin seperti
tahun 1998 (krisis). Kalau membandingkannya dengan tahun 1998, beliau
kurang paham tentang sejarah krisis Indonesia. Membandingkannya bukan
dengan tahun 1998 tetapi dengan posisi (perekonomian) bulan Oktober
dan November tahun 1997," ujar Rizal.

Selain
itu, lanjutnya, kebijakan pemerintah yang mengikuti saran IMF untuk
menaikkan tingkat suku bunga merupakan langkah yang tak seharusnya
diambil. Dalam catatan Rizal, Indonesia adalah satu-satunya negara
yang mengikuti saran tersebut. Seluruh negara justru menurunkan
tingkat suku bunga karena terjadi kekeringan likuiditas di dunia.
"Waktu kita krisis disuruh begini begitu. Waktu AS krisis, di
mana IMF? Yang ndableg
manut dengan
IMF hanya Indonesia dan Bank Indonesia," ujarnya.

Gejala
krisis ekonomi, kata Rizal, telah diramalkan Econit pada Januari
2007. Di antaranya, perekonomian Indonesia diramalkan akan terjadi
penggelembungan finansial. Ia menyebutnya sebagai The
Year of The Bubble.
Namun, Menko Perekonomian Boediono (saat itu) dan Menteri Keuangan
Sri Mulyani, ujar Rizal, tak menanggapi serius ramalan tersebut.

Namun,
bekas Menko Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid itu tidak
menyebutkan secara rinci apa langkah konkrit yang seharusnya
dilakukan pemerintah. Ia hanya mengatakan, ketika mulai ada
gejala-gejala penggelembungan finansial, pemerintah seharusnya
bertindak cepat untuk 'mengempeskannya'. (BUY)

 







      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke