Indonesia Menggugat: Serahkan Indonesia kepada Kaum Muda
Oleh: Yohanes Widodo, Sekjen PPI Belanda Orasi disampaikan dalam Peringatan 80 tahun Hari Sumpah Pemuda Masyarakat Indonesia di Belanda, di De Schakel - Burgemeester van Bickerstraat 46A 1111 CC Diemen, 2 November 2008. Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, Merdeka !! Saya bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa pada kesempatan yang sangat baik ini, saya diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdialog secara langsung dengan saudara-saudaraku yang bermukim di negeri Belanda. Sebuah negeri yang memiliki keterkaitan historis yang cukup panjang dengan sejarah bangsa Indonesia. Atas dasar keterkaitan itu pula, maka bagi saya, kesempatan langka ini akan saya coba maknai sebagai upaya untuk mempertautkan masa lalu bangsa kita dengan masa kini. Bagi saya, masa lalu adalah turut membentuk masa kini. Saudara-saudaraku se-Bangsa dan se-Tanah Air Tahun 2008 ini merupakan tahun yang penuh dengan momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tahun ini adalah peringatan 100 tahun peristiwa Kebangkitan Nasional, 80 tahun peristiwa Sumpah Pemuda, 63 Tahun Proklamasi Kemerdekaan, dan 10 tahun Gerakan Reformasi. Peristiwa-peristiwa besar ini memiliki semangat yang berbeda pada jamannya. Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, digelar dalam semangat melawan belenggu kolonialisme melalui pengorganisiran kelas menengah terdidik. Sedangkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, muncul dalam gairah merajut persatuan nasional. Proklamasi 17 Agustus 1945, dikumandangkan sebagai upaya menegakkan kedaulatan politik. Sementara Gerakan Reformasi 1998 yang dimotori gerakan mahasiswa, menjadi pendobrak sekaligus mengakhiri kebekuan sistem otoritarianisme Soeharto-Orde Baru. Saya akan menyampaikan ceramah dan orasi saya ini dalam lima bagian. Pertama, Kaum muda dalam sejarah. Kedua, Sekilas Sumpah Pemuda. Ketiga, Refleksi Sumpah Pemuda. Keempat, Politik Kaum Muda. Kelima, Perspektif Masa Depan. Keenam, Penutup. 1. Kaum Muda dalam Sejarah Saudara-saudaraku se-Bangsa dan se-Tanah Air Sejarah telah membuktikan bahwa kaum muda selalu menjadi motor perubahan. Di berbagai belahan dunia, kaum muda muncul sebagai kekuatan pendobrak yang melahirkan perubahan. Gerakan pembebasan nasional di Turki, diawali oleh kebangkitan kaum muda yang membangkitkan nasionalisme Turki tahun 1889. Di Eropa, kondisi kehidupan pekerja yang sangat buruk di masa awal sistem kapitalisme membangkitkan aliansi pekerja muda dan mahasiswa dalam gerakan menuntut pemberlakuan 8 jam kerja sehari, dan penghilangan bentuk kekerasan terhadap pekerja. Di Eropa, Amerika Latin, Afrika, dan Asia kebangkitan perlawanan rakyat berdampingan dengan kebangkitan kembali kaum muda. Kaum muda berada di barisan terdepan dalam penolakan UU Kontrak Kerja Pertama (CPE) di Perancis, atau perlawanan terhadap rasialisme di Amerika. Semua itu adalah gejala sekaligus pembuktian bahwa sebenarnya kaum muda tidak boleh diremehkan. Dalam sejarah Indonesia sendiri, pelajar terdidik di Negeri belanda pertama kali mencetuskan konsep nasionalisme Indonesia dalam program perjuangannya. Gagasan progressif sejumlah pemuda Indonesia di negeri Belanda yang mendirikan Indische Party bergulir bagaikan air bah menyadarkan kelompok pemuda dan mahasiswa yang lain. Saat itu, organisasi kaum muda dan massa tumbuh bagaikan jamur di musim hujan, menyambut konsep gagasan nasionalisme Indonesia yang dilontarkan oleh kaum muda. Lahirnya sumpah pemuda tahun 1928 merupakan salah satu stage dari perjalanan kebangkitan kaum muda Indonesia dalam membebaskan bangsanya. Boleh dikatakan bahwa kaum mudalah sebagai sang pelopor. Bahkan karena semakin menonjol, Benedict Anderson (1972) menyimpulkan bahwa jiwa revolusi Indonesia adalah kaum muda. Posisi kaum muda ditempatkan oleh bung Karno di tempat setingi-tingginya. Bung Karno pernah mengatakan: Beri aku seribu orang, dan dengan mereka aku akan menggerakan Gunung Semeru! Tapi berilah aku sepuluh pemuda bersemangat, maka aku akan mengguncang dunia, (Pidato Ir. Soekarno dalam Kongres Pemuda Indonesia 1932 di Surabaya) Bung Karno telah memberikan gambaran bahwa betapa hebatnya pemuda. Hanya dengan modal semangat, pemuda mampu menaklukan dunia. Begitu memang yang terjadi. Dinamika negara tidak luput dari gerakan kaum muda. Jatuhnya orde lama di tahun 1966 dimotori oleh aksi mahasiswa, rezim orde baru yang sudah berkuasa selama 32 tahun pun digulingkan oleh gerakan pemuda di tahun 1998. Itu merupakan bukti dari kekuatan kaum muda. Kaum muda merupakan sosok yang penting dalam setiap perubahan, karena kaum muda bergerak atas nilai-nilai idealisme dan moralitas dalam melihat persoalan yang ada. Mereka adalah sosok yang merindukan perubahan dan sesuatu yang baru dalam hidup ini. Maka di negara manapun, sosok kaum muda selalu menjadi perhatian yang khusus oleh banyak kalangan. Sebab di tubuh kaum muda inilah segenap tumpuan masa depan bangsa dipertaruhkan. Orang bijak sering mengatakan, masa depan bangsa yang baik adalah masa depan yang memiliki kaum muda yang unggul, kompetitif dan baik pula saat sekarang. Sebagai contoh kita lihat misalnya di India, melalui tangan Manmohan Singh, menteri keuangan India, yang menyekolahkan anak-anak muda India ke luar negeri dan menyerap ilmu terbaik langsung dari sumbemya telah mengubah wajah India saat ini. Sehingga Bangalore dan Hyderabad telah menjadi semacam technopark seperti halnya Lembah Silikon di Amerika Serikat. Begitu pula yang kita saksikan dengan kebijakan Deng Xiao Peng untuk mengkapitalisasi perekonomian Cina kemudian membuka kesempatan besar bagi pemuda-pemuda Cina untuk belajar ke luar negeri, hasilnya telah mengubah wajah Cina menjadi raksasa ekonomi di awal abad 21 yang ditakuti oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Perhatian dan optimisme bangsa bersama kaum muda untuk melakukan sebuah perubahan tentu benar adanya demikian, sebab sosok kaum muda adalah sosok yang memiliki karakter yang unik. Di antara keunikannya itu adalah, bahwa kaum muda memiliki semangat baru dan senantiasa bergejolak, keberanian untuk mengambil resiko besar, serta memiliki pandangan yang jauh menembus masanya. Buktinya, melalui tangan kaum mudalah kemerdekaan Republik ini bisa direbut dari jajahan kolonial. 2. Sekilas Sumpah Pemuda Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, Perjalanan bangsa Indonesia tidak akan terlepas dari sejarah dan tentu perjuangan rakyat yang tidak kenal menyerah. Didalam kungkungan penjajahan Belanda, para pemuda kita berani melakukan pertemuan yang sangat bersejarah, yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam pertemuan tersebut tercetus satu sumpah yang sangat monumental, yang sekarang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai "Hari Sumpah Pemuda". Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar - Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Khatolieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, ketua PPI Soegondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost Java Bioscoop membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis. Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan. Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Soepratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia. Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Isi Soempah Pemoeda : PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. 3. Refleksi Sumpah Pemuda Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, Hari ini kita bersama-sama memperingati dan mencoba menjadikan Peringatan Sumpah Pemuda 1928 sebagai sentral. Peringatan Sumpah Pemuda kali ini perlu menekankan bahwa: Cita-cita Indonesia Raya bukanlah tragedi sehingga harus terus diperjuangkan. Komitmen untuk merayakan Sumpah Pemuda ini untuk melihat semangat para pemuda di masa silam, memaknai vitalnya persaudaraan Indonesia. Dengan menekankan bahasa satu, bangsa satu dan tanah air satu. Jika dulu, dengan segala keterbatasannya baik dari persoalan transportasi dan komunikasi, para pemuda mampu menemukan titik-titik simpul persaudaraan Indonesia, mengapa kini sebaliknya, dengan terbukanya akses, perkembangan alat transportasi dan komunikasi, peralihan pemerintahan dari Belanda ke Indonesia, mengapa malah sebaliknya cita-cita Indonesia kurang dipupuk kembali? Sumpah Pemuda dulu diucapkan dengan penuh keyakinan. Apakah budi luhur semacam ini masih lah merupakan semangat para pemuda Indonesia. Pertanyaan untuk pemuda saat ini, bagaimana menemukan semangat itu? Dengan segala keterbukaan (akses komunikasi dan trasnportasi, dll) mengapa usaha untuk saling menemukan titik-titik simpul Indonesia malah cenderung menjadi titik konflik. Sehingga pertanyaannya, dengan segala kompleksitas persoalan Indonesia kontemporer bagaimana Kreativitas Pemuda Indonesia menghadapi tantangan zaman ini. Rekomendasinya, Negara Indonesia bukan lah tragedi, sebab negara yang mau maju selalu belajar dari sejarah dan kesalahannya. Republik Indonesia bukan lah suatu kesalahan yang terus-menerus dikecam, tetapi sebaliknya di posisi ini Pemuda dituntut untuk keluar memberikan solusi kreatif bagaimana memimpin dialog dalam ruang-ruang yang berbeda, sehingga Indonesia bukan lah jargon tetapi semangat persaudaraan khas Nusantara. Artinya mampu berdialog dengan berbagai orang yang berbeda. Mampu melihat tantangan zaman, dan mampu memimpin dan terlibat dalam perubahan. Sejarah Sumpah Pemuda merupakan tanda mata dari para orang tua kita yang mampu melihat melampaui kondisi mereka situasi saat itu. Dengan merekomendasikan tiga simpul pemersatu. Saat ini dengan semakin terbukanya berbagai alat komunikasi, maka pertanyaannya: sejauh mana para pemuda Indonesia telah mampu merumuskan simpul-simpul Indonesia? Sumpah adalah keyakinan. Sumpah adalah pelaksanaan dari kata-kata. Indonesia adalah perjuangan sehingga berbagai tantangan di dalamnya harus diselesaikan dengan kreatif. Berbeda adalah biasa, tetapi yang luar biasa adalah bertemu dalam berbagai perbedaan. Kata kuncinya, pemuda Indonesia tetap harus kreatif dalam memberi visi memimpin bangsa Indonesia. Tak hanya memberi visi, tetapi aksi merupakan perwujudan dari visi. Pada poin ini saya ingin menekankan bahwa dengan segala kesulitan kita butuh visi, dan dengan segala keterbukaan kita tidak harus merasa takut dan pesimis terhadap masa depan Indonesia, tetapi melihat sebagai tantangan. Di sisi ini peran pemuda adalah leading untuk mengajak semua pihak berdialog. Saya meyakini bahwa kita masih punya harapan, karena sumpah adalah keyakinan. Para pemuda 1928 telah membuktikan bahwa semangat mereka kemudian berbuah pada proklamasi Indonesia tahun 1945. Tanpa keyakinan itu dan karakter visioner dari pemuda, tak ada Proklamasi. Aktualisasi dari Sumpah Pemuda adalah spirit itu tetap hadir dalam konteks kekinian yang perlu dijabarkan dalam bentuk pemihakan riil terhadap rakyat, yang waktu itu kebanyakan hanya bermodalkan percaya pada pertemuan dan persahabatan diantara para pemuda itu sendiri, banyak dari mereka belum juga pernah keliling pulau-pulau di Indonesia. Keyakinan itu nyata, lewat pengalaman pertemuan, kehadiran, perkawanan antara manusia, dan akhirnya nation itu hadir. Persahabatan dan persaudaraan para pemuda itu menjadi nyata, dan menjadi simpul Indonesia. Indonesia tidak lagi bermakna geografis. Karena, jika dilihat secara geografis, sepertinya mustahil bisa mempersatukan Indonesia. Tetapi spirit itu menjadi nyata lewat pertemuan, perkawanan. Pengalaman pertemuan, pengalaman hidup bersahabat, dan mencetuskannya dalam sumpah Pemuda. Dalam semangat itu, kita bisa melihat apa yang telah terjadi dalam batas negara Indonesia itu. Dalam konteks kekinian, spirit Sumpah Pemuda harus terus menerus digali dan dihidupi sehingga tidak menjadi sesuatu yang taken for granted. Artinya, tidak hanya menerima dan mengakui bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu. Ada persoalan yang aktual dan krusial dalam konteks kekinian yang membuat bahwa Sumpah Pemuda harus menjadi terus hidup dan dinamis. Generasi 1998 pernah melahirkan Sumpah Mahasiswa (jika bergabung dengan elemen lain, kata mahasiswa diganti menjadi rakyat) yang berbunyi: Kami mahasiswa Indonesia (rakyat Indonesia) mengaku, Bertanah Air satu, tanah air tanpa penindasan; Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan; Berbahasa satu, bahasa kebenaran. Lewat sumpah ini ingin dinyatakan bahwa Indonesia tidak hanya berhenti sebagai kesatuan entitas dan identitas, tetapi hal ini menjadi dasar bagi visi Indonesia: tanah air Indonesia yang tanpa penindasan, bangsa Indonesia yang mencintai keadilan, dan bahasa Indonesia yang menjadi bahasa kebenaran. 4. Politik Kaum Muda Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, Sangat penting melihat posisi kaum muda dalam konstelasi sejarah republik ini, sebab dari titik ini kita bisa menyimpulkan orientasi dan tindakan politiknya adalah merupakan upaya penyelesaian problem-problem pokok rakyat Indonesia. Setiap gagasan perubahan mesti memiliki orientasi dan tindakan politik yang berpihak kepada rakyat. Ketiadaan orientasi dan tindakan politik yang jelas malah mengarahkan gerakan kaum muda pada ambiguitas. Sejarah Indonesia, memperlihatkan rekaman-rekaman tindakan politik mahasiswa sangat jelas keberpihakannya. Bagi kita penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi dan tindakan politik kaum muda dalam proses dinamika sejarah Indonesia. Setidaknya untuk membuktikan, sekaligus memilah tindakan politik mana dalam patokan sejarah yang betul-betul menunjukkan bentuk perjuangan kaum muda yang genuine. Karena seperti yang di katakan oleh Bung Karno (dalam buku Di Bawah Bendera revolusi) bahwa gerakan mahasiswa dan pemuda harus lahir dari rahim ibu kandungnya sendiri: Ibu Pertiwi. Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi dan tindakan politik gerakan kaum muda adalah: Pertama, pilihan ideologi perjuangan sebagai arah/petunjuk orientasi cita-cita ideal pergerakan kaum muda. Ideologi merupakan pijakan bertindak, ibarat obor dalam kegelapan yang menuntun arah dari perjuangan kaum muda itu sendiri. Lebih jauh, pemahaman ideologis juga bermakna pemahaman teoritik dan praktek soal jalan keluar dari problem ekonomi-politik yang dialami oleh rakyat. Kedua, lingkungan sosial dan politik, kalau gerakan mahasiswa tidak memiliki pijakan ideologis yang kuat maka kesadaran mereka sangat ditentukan dengan konstelasi kehidupan sosial politik sekitarnya. Kenyataan menunjukkan kebangkitan kaum muda dan mahasiswa didorong oleh keadaan sosial-politik di sekitarnya. Awalnya hanya dalam bentuk protes-protes kecil namun ketika ditanggapi oleh penguasa dengan represif, maka dengan cepat berubah menjadi gelombang protes sosial bahkan berubah menjadi proses revolusioner. Ketiga, pengalaman gerakan kaum muda di negara lain. Kebangkitan pemuda-pemuda Indonesia di tahun 1900-an banyak di stimulasi oleh kebangkitan dan kemenangan gerakan kaum muda di negara lain. Gerakan Reformasi 1998 yang dikawal oleh para mahasiswa dinilai banyak kalangan telah gagal. Namun sebetulnya belumlah gagal total, karena beberapa aspek kemenangan menjatuhkan rejim orde baru, diantaranya: keterbukaan ruang demokrasi meskipun masih dalam pengertian yang minimum masih bertahan. Letak kesalahan kaum muda dan gerakan mahasiswa paska reformasi, kami tidak mampu memanfaatkan ruang politik yang sedikit terbuka untuk masuk kedalam politik real dengan membawa agenda demokrasi dan program kerakyatan di dalamnya. Kaum muda selalu menepi ketika terjadi kekosongan kekuasaan. Kaum muda seperti tersingkir atau menyingkirkan diri pasca jatuhnya pemerintahan. Agenda reformasi diserahkan pada golongan tua yang notabene kurang memiliki ketegasan sikap. Terbukti, dengan fenomena kekinian dengan maraknya ratifikasi agenda neoliberal dengan aneka wajah, tak bisa dihindarkan. Negara terkesan hanya boleh dikendarai oleh golongan tua. Ada memang pemuda yang duduk di jajaran birokrasi, itupun para pemuda yang berjiwa tua, mereka para pemuda yang hanya tunduk pada keadaan. Pemilu 1999, yang merupakan titik balik dari gerakan kaum muda dan mahasiswa justru di lewatkan begitu saja. Mayoritas kekuatan kaum muda masih menganggap arena pemilu sebagai arena yang tidak boleh dimanfaatkan karena terlalu politis dan malah bisa menceburkan gerakan kaum muda dalam politik kotor. Padahal esensi mengintervensi ruang pemilu sebenarnya tidak lebih untuk menggempur dominasi politisi tua yang sudah terbukti gagal, dan mengolah ruang tersebut untuk lahirnya sebuah kekuatan politik alternatif. Sebenarnya ada beberapa problem pokok gerakan kaum muda yang harus di selesaikan sebagai salah satu stage menuju konsolidasi kekuatan yang lebih kuat. Pertama, problem ideologi, yakni lemahnya pemahaman akan orientasi perjuangan ke depan. Kebanyakan organisasi mahasiswa dan pemuda yang ada sekarang masih di dominan pendekatan emosional, bukan pendekatan ideologis. Kedua, problem organisasional, sampai saat ini belum ada organisasi pemuda mahasiswa secara nasional yang bisa menyatukan semua ormas pemuda dan mahasiswa. Di Indonesia, akibat pengaruh depolitisasi dan deorganisasi jaman Orde baru selama puluhan tahun, sekarang kita menyaksikan pemilahan yang kuat antara mahasiswa, pelajar (SMU), dan pemuda (non-SMU/mahasiswa). Tentunya, ini sangat menghambat pengorganisasian, dan proses kaderisasi dan penguatan ideologi perjuangan karena variasi pengetahuan. Ketiga, fragmentasi gerakan yang masih amat kuat di kalangan kaum muda, tidak ada upaya konsolidasi nasional yang sifatnya massal dan melibatkan semua ormas pemuda/ mahasiswa. Keempat, masih sangat kaku dalam melihat momentum politik, misalnya momentum pemilu, pemilihan kepala daerah langsung (pilkada), dan lain-lain. Sehingga sangat susah untuk menemukan arena lain untuk menggusur generasi tua di luar mekanisme formal elektoral tersebut. 5. Perspektif Masa Depan Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita para pemuda yang hidup di jaman ini, meramu hikmat kebijaksanaan atas keempat peristiwa besar itu untuk membangun kejayaan bangsa dan lebih khusus lagi meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia seluas-luasnya? Sejujurnya tidak mudah menjawab tantangan itu. Satu hal terus menggelitik saya dalam merenungi keempat peristiwa besar itu adalah bagaimana pemuda jaman ini memiliki kesadaran berjuang, sebagaimana para pelaku sejarah Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan dan Gerakan Reformasi saat itu. Sebagian besar pemuda kita, hari ini berada dalam kondisi nir-idiologi dan larut dalam arus besar konsumerisme. Untuk itu ijinkan saya dalam kesempatan ini, mengajak para pemuda, khususnya yang saat ini tengah studi di negeri Belanda ini, atau yang secara kebetulan hadir dalam pertemuan ini, untuk sungguh-sungguh menyadari tugas dan tanggungjawab sejarah yang harus kita ambil untuk melakukan perubahan. Perubahan atas apa? Tentu saja perubahan atas kondisi bangsa kita yang masih sangat jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Problem paling nyata yang saat ini dihadapi bangsa kita adalah kemiskinan. Darimanakah sumber kemiskinan berasal? Apakah dari negara-negara adidaya dengan berbagai instrumen yang dimiliki melumpukan kedaulatan politik dan kedaulatan ekonomi kita? Apakah kemiskinan akibat korupsi yang merajalela di negeri kita? Apakah kemiskinan akibat lemahnya kemampuan dan kapasitas sumber daya manusia Indonesia? Semangat untuk melakukan perubahan pertama-tama membutuhkan komitmen moral untuk senantiasa siap membela kepentingan rakyat. Hal kedua adalah sikap kritis dan ketiga adalah adanya wadah perjuangan bernama organisasi pemuda. Komitmen moral kita atau dalam wilayah politik bernama idiologi, jelas berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, yakni nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi kerakyatan dan solidaritas social. Situasi politik saat ini dan problem yang dialami oleh rakyat Indonesia mengharuskan kaum muda harus tampil kedepan, dengan landasan: Pertama, rakyat sudah tidak percaya dengan formasi elit politik saat ini yang dinilai sudah gagal menciptakan perubahan. Krisis kepemimpinan ini jika tidak dimanfaatkan oleh kaum muda, malah bisa berbuntut oligarkhi politik, dimana sistem politik sekarang di monopoli kekuatan tertentu yang berkuasa bukan karena dukungan rakyat melainkan karena faktor modal dan kekuasaan. Kedua, ruang politik kedepan harus dimanfaatkan, harus diolah oleh gerakan kaum muda, dikombinasikan dengan gerakan ekstra-parlementer untuk memperoleh dukungan kuat dari rakyat. Ketiga, menyusun program-program perjuangan strategis yang merupakan solusi atau jalan keluar dari problem-problem pokok yang di alami oleh rakyat Indonesia sekarang ini. Untuk mengatasi kemiskinan, program kita adalah menghentikan proyek neoliberalisme yang saat ini sangat massif dijalankan, menggantikannya dengan program ekonomi kerakyatan. Semaksimal mungkin program-program yang diusung mencerminkan tuntutan mendesak/darurat rakyat; seperti pendidikan dan kesehatan gratis, turunkan harga-harga, dan lain-lain. 6. Penutup Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, Dari sejarah Indonesia kita tahu bahwa Republik Indonesia adalah Republik Kaum Muda. Ia ada, hadir, dan lahir dari pergulatan dan perjuangan kaum muda. Karena itu kita harus berjuang dan menggugat: Serahkan Indonesia kepada Kaum Muda, karena kaum muda adalah pelaku masa kini dan pemilik masa depan. Perhimpunan Pelajar Indonesia sebagai organisasi pergerakan pemuda mendukung keterlibatan penuh elemen-elemen kaum muda untuk berani bersikap dan terlibat dalam perjuangan untuk menyejahterakan rakyat. Karena cita-cita Sumpah Pemuda dan cita-cita Kemerdekaan Indonesia adalah kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Kaum muda tidak mungkin bisa berjalan dan berjuang sendiri. Karena itu kita harus bekerja sama dan membuka diri dengan semua pihak dan elemen bangsa dalam bentuk komunikasi yang lebih intens ke depan. PPI dengan rendah hati membuka diri untuk berdialog dengan masyarakat Indonesia (khsususnya yang berada di Belanda) dan mengembalikan fitrahnya, untuk perjuangan kebangsaan Indonesia, seperti cita-cita para pendirinya dulu: kemerdekaan nasional dari penjajahan ekonomi dan politik yang hingga kini masih berlangsung. Kita tidak boleh berhenti dengan mengeluh dan putus asa. Kita masih punya harapan, kalau kita yakin dan percaya. Marilah kita belajar memahami persoalan. Kalau sudah memahami, marilah membentuk sikap. Kalau sudah punya sikap, marilah menyatakan sikap dan bersuara. "A bell is no bell until you ring it. A song is no song until you sing it." Untuk seluruh kaum muda Indonesia, ingatlah: Kesadaran adalah matahari Kesabaran adalah bumi Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata Hidup Kaum Muda! Salam, Yohanes Widodo Sekjen PPI Belanda http://progind.net/ kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan http://herilatief.wordpress.com/ http://akarrumputliar.wordpress.com/ [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/