Kalo saya jadi moderator WM sih dengan alasan perkataan dibawah ini, 
yang mengajak untuk "meninggikan kemampuan perang saudara sesama 
muslim", masarcon ini sudah harus di beri peringatan.

Dah gak lucu lagi! 

Sebelumnya saya selalu membayangkan masarcon ini sebagai penggembira 
di milis ini yang kalo dipakein Bra dan Rok Rumbai-rumbai, menjadi 
tambah meriah.

wassalam,

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
 
> Seharusnya kita meninggikan kemampuan perang saudara saudara kita 
sesama muslim, bukannya melecehkan kemampuan mereka.
> 
> Mari kita mikul dhuwur, mendhem jero.
> 
> 
> -----Original Message-----
> From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Tue, 18 Nov 2008 07:16:39 
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Memahami Amrozi
> 
> 
> Jadi, jelas kan posisi Indonesia kalau diantara Amerika dan 
Amrozi? 
> Kalau benar 'dalang' or 'otak'nya or 'the biggest fish'nya 
Amerika, 
> apa bisa ditangkap oleh Kapolri or BIN?
> 
> Kan Kapolri perlu buat skenario lanjutan biar kasus Bom Bali 
> selesai. Memang perlu susun strategi lagi.
> 
> Buat saya juga Amrozi cuma korban dari teroris yang sesungguhnya. 
> kalau kemudian dia 'rela' mati demi menyelamatkan muka Indonesia 
> (dari sapa?), ya...pantas dia tersenyum.
> 
> wassalam,
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "agussyafii" 
> <agussyafii@> wrote:
> >
> > Memahami Amrozi
> > 
> > By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA
> > 
> > Sumber,http://mubarok-institute.blogspot.com/2008/11/memahami-
> amrozi.html
> > 
> > Amrozi dan dua temannya sudah dieksekusi dan sudah berada di alam
> > sana. Apakah ia diterima Alloh SWT sebagai pembunuh atau pejuang 
> tidak
> > ada yang bisa mengkomfirmasi. Tetapi perdebatan tentang Amrozi 
> sejak
> > ia menerima vonis hukuman mati dengan tersenyum hingga 
pelaksanaan
> > eksekusi mati yang terkesan tertunda-tunda, bahkan pada bagaimana
> > ekpressi masyarakat mengantar ke liang kubur masih meninggalkan 
> kesan
> > kontroversi, sesungguhnya Amrozi dan kawan-kawannya itu pelaku
> > terorisme atau korban konspirasi global Negara Barat khususnya 
> Amerika
> > (dan Israel) berkaitan dengan politik hegemoni sumber energi. 
> Hingga
> > kini, yang belum terjawab tuntas dari fakta lapangan adalah , 
> benarkah
> > bom Bali yang sangat dahsyat dan "bernuklir" itu produk rakitan 
> Amrozi
> > ? Jika iya,maka betapa luar biasanya kepandaian Amrozi yang 
> menyamai
> > Amerika, Jerman, dan Israel, yang sudah barang tentu menjadi 
lebih
> > hebat dibanding Pindad. Sampai hari ini belum ada yang bisa
> > menjelaskan hal ini dengan argument yang logis. Jika bom dahsyat 
> itu
> > bukan produk Amrozi,lalu siapa yang naroh disitu,numpang dua bom
> > rakitan Amrozi ?
> > 
> > Bagi orang yang sudah biasa menggunakan logika spionase, mudah 
saja
> > menjawab pertanyaan itu, karena infiltrasi dalam aksi spionase
> > merupakan hal yang lumrah dan bahkan wajib. Jejak teror dalam 
> perang
> > spionase selalu dicitrakan sebagai perbuatan musuhnya, yang 
> hasilnya
> > akan digunakan sebagai pembenaran atas aksi balasan terbuka dalam
> > skala besar.
> > 
> > Baiklah, Amrozi sudah almarhum, tapi mari kita coba untuk 
memahami,
> > siapa sesunguhnya Amrozi dan mengapa ia menjadikan Bali sebagai
> > sasaran tembakan aksinya. Ketika saya dikukuhkan sebagai guru 
besar
> > Psikologi Islam di Fakultas Psikologi UIN , kebetulan saya 
menulis
> > pidato dengan judul, Pencegahan Terorisme dengan Pendekatan 
> Indigenous
> > Psychology. Tak disangka, pasca pidato pengukuhan saya banyak 
> sekali
> > dihubungi orang berkaitan dengan terorisme. Saya jadi kenal pak 
> Arsyad
> > Mbay dari desk terorisme menko Polkam. Radio Suara Amerika bahkan
> > empat kali melakukan wawancara dengan saya setiap kali ada issue
> > terorisme. Saya bahkan dihubungi oleh "orang" yang menurut
> > pengakuannya disuruh oleh Dr.Azhari, dimana ia katanya ingin 
> berjumpa
> > dengan saya dengan maksud ingin menyampaikan pesan kepada Bapak
> > Presiden SBY bahwa Dr Azhari tidak sedang memusuhi Indonesia, 
> tetapi
> > memusuhi Amerika. Lebih dari 30 kali SMS saya terima dari "Dr.
> > Azhari", tetapi tak pernah bisa di konfirmasi. Kenapa harus 
> menyebut
> > Dr.Azhari ?,karena untuk bisa memahami Amrozi, sosok Dr.Azhari 
bisa
> > menjad ibandingan.
> > 
> > Amrozi pemuda lembut dari Trenggulun, tetapi jiwanya sudah 
menyatu
> > dengan mujahidin Afgan ketika ia berada di Malaysia. Malaysia 
> memang
> > simpang lalulintas "mujahidin",baik mujahidin ke Afgan,Moro, 
> Thailan
> > Selatan, Bosnia, Chehnya maupun GAM. Ketika Uni Sovyet menduduki
> > Afganistan, datanglah mujahidin dari banyak negeri Islam 
termasuk 
> dari
> > Indonesia ke Afganistan dengan missi jihad mengusir tentara 
kafir 
> dari
> > negeri Islam. Amerika yang musuhnya Uni Sofyet memandang 
kedatangan
> > mujahidin dari seluruh negeri Islam sebagai partner. Maka di 
> Peshawar
> > Pakistan, dengan instruktur dari CIA (Amerika) dibantu M 16 
> (Ingris),
> > ISI (pakistan) dan didanai oleh Arab Saudi, didirikanlah pusat
> > pelatihan mujahidin Afgan dan non Afgan. Lebih dari 100 ribu 
> mujahidin
> > digembleng disitu dan dilatih menggunakan senjata-senjata 
canggih.
> > Peshawar bukan hanya pusat latihan mujahidin, tetapi juga 
menjelma
> > menjadi semacam kampus fundamentalisme.Di situ berkumpul para 
> pejuang
> > dari berbagai negeri Islam yang siap mati demi kejayaan Islam
> > universal.. Mereka berkumpul tidaklagi menggunakan identitas 
> negeri,
> > tetapi sudah denganidentitas Islam mujahidin.
> > 
> > Ketika tentara Uni Sovyet berhasil diusir dari Afganistan, para
> > mujahidin merasa merekalah yang mengusirnya, tetapi Amerika yang
> > melatih merasa Amerikalah yang berhasil mengalahkan Uni Sovyet.
> > Perasaan berhasil dalam diri mujahidin membuat mereka memiliki 
> konsep
> > diri positip, yaitu bahwa dengan jihad, negara superpower 
seperti 
> Uni
> > Sovyetpun dapat dikalahkan. Oleh karena itu seusai Afganistan,
> > gelombang mujahidin merasa terpanggil untuk berjihad dimanapun 
> orang
> > Islam teraniaya. Mereka ada yang pergi ke Bosnia, keChehnya, ke
> > Philipina Selatan (Moro). Mujahidin asal Indonesia juga sigap-ke 
> Ambon
> > dan Poso ketika masyarakat muslim dipojokkan disana.
> > 
> > Ketika Amerika melakukan politik standar ganda dan memborbardir 
> banyak
> > negeri Islam, alumni mujahidin Afgan termasuk Imam Samudera 
> berbalik
> > arah melawan Amerika yang semula menjadi pelatihnya di Peshawar.
> > Ketika Presiden Bush mengancam akan mengejar teroris dimanapun ia
> > berada, maka mujahidin juga menjawab sebanding, mereka akan 
> mengganggu
> > kepentingan Amerika di negeri manapun. Di Malaysia, kelompok 
> Mujahidin
> > memang menemukan lahan yang menarik,karena dari sana mereka juga 
> lebih
> > mudah pergi ke Libya, dan ketika itu Muammar Gadafi memang musuh
> > kentalnya Amerika. Amrozi meski tidak ikut ke Afganistan, tetapi 
ia
> > sudah larut dalam psikologi mujahidin karena diMalaysia mereka 
> berada
> > dalam satu komunitas..
> > 
> > Perang antara Amerika dan Mujahidin akhirnya menjadi perang 
global.
> > Amrozi dan Imam Samudera tidak lagi merasa menjadi orang 
Indonesia,
> > tetapi sebagai bagian dari muslimdunia yang sedang berhadapan 
> dengan
> > super power Amerika. Psikologi perang itu berbeda dengan 
psikologi
> > damai. Di Basrah Irak, pesawat super modern Amerika langsung 
> menembak
> > sebuah mobil bak yang sedang membawa tiang listrik , karena dalam
> > pandangan mata pilot yang sedang perang, tiang listrik itu adalah
> > moncong meriam tank, padahal teknologi sudah sangat modern.
> > 
> > Begitupun Amrozi cs, pertama ia berperang dengan orang Amerika,
> > berikutnya, semua orang kulit putih dipersepsi sebagai Amerika,'.
> > Karena di Amerika kebanyakan orang penganut Keristen, makaorang
> > Kristen Indonesia juga dipersepsi sebagai kaki kaki tangan msuh.
> > Begitulah psikologi orang perang, hingga mereka tidakbisa 
> membedakan
> > antara orang Amerika dengan orang Australia.
> > 
> > Sesungguhnya perang antara Amerika dengan mujahidin adalah perang
> > antara dua terors,yang satu teroris besar yang dijalankan oleh 
> negara,
> > melawan teroris terpojok dengan senjata apaadanya.
> > 
> > Pertemuan team asistensi PBB di Jakarta yang ditugasi membuat 
> definisi
> > terorisme akhirnya gagal mendefinisikan,karena setelah disebut 
ciri
> > teroris ada tiga; 
> > 
> > Pertama mereka menyebarkan rasa takut kepada publik, 
> > 
> > Kedua menghancurkan infrastruktur publik,seperti gedung dan 
> jembatan, 
> > 
> > Ketiga menimbulkan korban tak berdosa dalam jumlah yang sangat 
> besar. 
> > 
> > Dari tiga ciri itu ternyata teroris yang paling besar adalah 
> Amerika
> > Serikat. Jadi siapa Amrozi ?silahkan di renung sendiri.
> > 
> > Wassalam,
> > agussyafii
> >
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Reply via email to