--- On Tue, 11/25/08, rama yanti <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: rama yanti <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [wanita-muslimah] Fw: Ada pihak keberatan dengan wawancaraku di The Jakarta Post dan Republika To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, November 25, 2008, 7:03 AM
ini bukti salah satu arogansi komnas perempuan! bubarkan!!! cuma perpanjangan tangan pihak2 yang berkepentingan .... bubarkan komnas perempuan, deal! --- On Tue, 11/25/08, Titiana Adinda (via Multiply) <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: Titiana Adinda (via Multiply) <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: Ada pihak keberatan dengan wawancaraku di The Jakarta Post dan Republika To: [EMAIL PROTECTED] com Date: Tuesday, November 25, 2008, 4:41 AM #yiv2018832855 { color:#000;font- family:Arial, sans-serif;padding: 0;height: 100%;font- size:12px; margin:0 auto;background- color:#f4f6f8; background: none;} #yiv2018832855 a, #yiv2018832855 a:link, #yiv2018832855 a:visited { color:#0b5eb4; text-decoration: none;} #yiv2018832855 a:active, #yiv2018832855 a:focus { outline:0;} Titiana Adinda (titiana.adinda@ gmail.com) has posted a new blog entry. Ada pihak keberatan dengan wawancaraku di The Jakarta Post dan Republika Nov 25, '08 7:39 AM for everyoneAda pihak keberatan dengan wawancaraku di The Jakarta Post dan Republika Rupanya ada pihak yang keberatan dengan wawancaraku di The Jakarta Post dan Republika. Mereka tidak merasa memecatku dan merasa membayarkan pesangonku. Padahal kisah aslinya adalah aku mesti berjuang dulu selama 15 bulan baru aku diberi pesangon. Menyiksa bukan 15 bulan menunggu? Padahal ketika itu aku sedang sakit parah. Untung masih kusimpan sms-sms dan email rayuan agar aku tidak mengugat mereka. Walaupun aku akhirnya mendapatkan pesangon itu karena aku berani menguggat mereka. Itupun aku mengunakan jasa pengacara. Tak tahu bagaimana ceritanya kalau aku berjuang sendirian. Untunglah ada kawan pengacara yang berbaik hati mau menolongku. Aku benar-benar sakit parah ketika itu. Memang rasanya sakit sekali bagai teriris hati ini. Aku bahkan belum bisa melupakan peristiwa itu. Meskipun setiap hari aku berdoâa kepada Tuhan agar segera bisa melupakan peristiwa yang panjang dan melelahkan tersebut. Aku heran dengan pandangan mereka kepadaku. Sehingga perspektif kemanusiaan melihat kawannya sedang sakit keras tidak ada sedikitpun rasa kasihan. Padahal aku tidak masuk kerja karena tidak ingin menularkan sakitku yang menular ini. Tidakkah mereka mengetahuinya kalau penyakit yang aku idap ini menular? Sudahlah semua sudah masa lalu, aku ingin sekali melupakannya tetapi tidak untuk memaafkannya. Biar nanti di pengadilan Tuhan semuanya akan jelas terlihat siapa yang menjadi korban sesungguhnya. Kini aku bahagia dengan hidupku, walaupun bayang-bayang masa lalu masih menghantuiku. Tetapi aku telah terlahir menjadi orang baru. Aku sedang berusaha melupakan peristiwa paling menyakitkan dalam hidupku. Doâakan aku... audio reply video replyAdd a Comment Copyright 2008 Multiply Inc, 6001 Park of Commerce, Boca Raton, FL 33487, USA Stop e-mails, view our privacy policy, or report abuse: click here [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]