Saya kira  kalau apa yang dikatakan sang profesor itu dituruti, berarti 
gubernur itu harus sesuai dengan selera pemerintah pusat dalam hal ini 
presiden, jadi bukan selera rakyat.  Contohnya  seperti ratu Belanda mengangkat 
gubernur untuk Hindia Belanda dulu atau sekarang ratu Elisabeth di Inggris 
mengangkat guber untuk Australia. 

Di Indonesia  sekarang juga tidak beda jauh dengan kedua contoh tsb, sekalipun 
dicalonkan di daerah, tetapi harus  harus disetujui oleh pusat. Pemilihan 
gubernur di Maluku Utara beberapa waktu silam adalah contoh jelas antara wakil 
rakyat yang disetujui rakyat dan wakil yang tidak disetujui rakyat tetapi 
didukung pusat. Sekalipun wakil rakyat yang menang, tetapi macam-macam gugatan 
akhirnya yang direstu pusat yang menang.

Jadi kalau Anda mau mencalonkan diri untuk gubernur daerah harus punya banyak 
kenalan di pusat kekuasaan, sebab kalau tidak ada kenalan, berarti tidak ada 
restu. 

  ----- Original Message ----- 
  From: Wikan Danar Sunindyo 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, December 05, 2008 5:14 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Ryaas Rasyid: Gubernur tak Perlu Dipilih Rakyat


  kalau gubernurnya beda partai atau oposan dari pemerintah pusat terus
  gimana dong?
  ini yang bikin masalah saat ini di indonesia.
  presidennya pengin A, gubernurnya karena oposannya pemerintah pusat
  dan lebih mengikuti ketua partainya akhirnya menolak kebijakan
  presiden dan bikin kebijakan B. Kalau seperti ini terus pembangunan
  gak bisa jalan sampai ke daerah deh, karena selalu diboikot di tingkat
  daerah.

  salam,
  --
  wikan

  2008/12/6 Sunny <[EMAIL PROTECTED]>:
  > Refleksi: Bagus sistem sang profesor? Apa pendapat Anda?
  >
  > Harian Komentar
  > 05 Desember 2008
  >
  > Ryaas Rasyid: Gubernur tak Perlu Dipilih Rakyat


   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke