Kalau bicara ego, cara saya memperolok hamid basyaib dan fathia syarif juga bagian dari ego yang membara itu.
Cara saya memberi komentar sinis pada lina dahlan, rizal, wawan, dan banyak kawan lain juga bagian dari nafsu ego tersebut. Belajar dari filosofi berkorbannya mbak mia, ijinkan saya meminta maaf atas ucapan dan kata kata saya yang menyakiti hati teman teman semua. salam, -----Original Message----- From: "Mia" <al...@yahoo.com> Date: Mon, 15 Dec 2008 14:59:20 To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab Saya mendiskusikan refleksi saya tentang Idul Adha kemarin dengan seorang kolega. Pada akhirnya saya menyimpulkan, jangan2 selama ini kita ummat Islam 'nggak berkorban' untuk melakukan perubahan, makanya kita tinggal dalam kejumudan selama ribuan tahun ini. Temen saya yang selalu berjilbab menambahkan, contohnya orang nggak berjilbab kok dipaksa2, bahkan yang udah berjilbab pun masih dicari2 kesalahannya, kurang panjanglah inilah itulah...gimana mau maju? Karena lagi ngomongin jilbab, maka pertanyaan saya, kalau kewajiban jilbab itu (i.e perda syariat) dianggap mengekang atau bentuk pelecehan terhadap perempuan - maka untuk mencerahkan atau membebaskan diri kita dari itu - 'pengorbanan' yang perlu dilakukan adalah: - mengeluarkan fatwa bahwa jilbab itu nggak wajib (ini bukannya mengatakan bahwa nggak berjilbab itu wajib loh!) - apa ganti dari pengorbanan itu? seperti kata Herni dan artikel 'kritik atas jilbab' gantilah dengan pakaian yang sopan. Pakaian yang sopan itu menggambarkan kepantasan (decency) yang merupakan hallmark kemanusiaan. Itulah tujuan yang lebih mulia, yang hanya bisa dicapai dengan mengorbankan yang menjadi keyakinan kita selama ini bahwa 'jilbab itu wajib'. Liberal fundies yang suka ngejek2 orang berjilbab itu kan kena penyakit sombong, nurutin hawa nafsunya sendiri. Bukan soal konsisten atau nggak , tapi nurutin nafsu egois itu loh. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" <masar...@...> wrote: > > Yup, herni benar dalam tiga poinnya. Saya ulang di sini dengan bahasa sendiri plus tambahan komen. > > - pikiran quraish shihap dan asymawi berjalan dengan runtutan logika yang sama. Karena itulah dikecam oleh anak insist karena dianggap tidak mengambil referensi dari canon islam. > > - kedua, wacana liberal adalah wacana untuk memberikan kebebasan memilih sesuatu pilihan pada sang subyek. Maka sandrina menyerang institusi metro tv karena melarangnya memilih jilbab. Menurutnya, ini membuat dirinya tidak merdeka menentukan pilihannya. Dan ia beranggapan bahwa iklim metro tv adalah liberal fundies. Mungkin kata yg lebih tepat adalah barat minded ? Atau secular minded ? > > - ketiga, kadang orang tidak bisa membawa pikiran besar dalam kenyataan hidupnya sehari hari. Ini terjadi pada ulil. Istrinya berjilbab. Dan ulil sendiri tidak berkehendak membela kaum lbgt dengan melakukan rekonstruksi pemahaman wacana agama. > > Beda dengan hamid basyaib misalnya, total football dalam berliberal ria, bareng istrinya fathia syarif menyuguhkan wine dalam acara perkawinan mereka yg bikin kagok para undangan yg petinggi organisasi islam. > > Fathia syarif, juga santai aja ikut acara wine tasting bersama yohan handoyo, dan besok ini pesta makan wagyu beef bersama komunitas jalansutra. > > *wagyu beef ini sapinya diberi minum sampanye dan tubuhnya diurut dan dimandikan, lagi lagi pakai > minuman keras > > > salam, > > > > -----Original Message----- > From: "h.s nurbayanti" <nurbaya...@...> > > Date: Mon, 15 Dec 2008 21:01:00 > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab > > > Komentar saya: > Pertama, persoalan esensi suruhannya adalah bersikap/berlaku santun dan > modesty berbanding lurus dng persoalan jilbab itu wajib/tidak gak? Maksudnya > apakah cara berpikirnya beruntun... > - jilbab tidak wajib > - esensi dari suruhan adalah santun dan modesty > kesimpulannya: gak berjilbab gpp.. yg penting, berlaku santun dan bersikap > modest lah...ini esensi "wanita-muslimah". > kalau ya, apakah pemikiran ini juga termasuk: ya kalau berjilbab ya gpp > juga.. lengkap dng segala "dilema" dan ke"ironis"annya (spt yg dibahas di > email2 sebelumnya) Ataukah, keduanya adalah dua persoalan yg berbeda...? > > Kedua, bisa aja kan, spt kata mbak lina, soal "mualaf liberal" > Yg menggunakan pengetahuan barunya ttg persoalan ketidakwajiban berjilbab > utk "menyerang" jilbab dan para jilbaber itu sendiri... > Padahal bukankah intinya liberal itu di free will? Pilihan. Yg bisa > membatasi adalah yg punya free will itu sendiri (kata temen saya yg ngaku > liberal abis.. kanan mentok, gitu :P) Aku juga gak ngerti ini maksudnya apa. > Tapi yg jelas, pilihan utk berjilbab perlu dihargai sama halnya dengan > pilihan tidak berjilbab. Gitu ya? > > Ketiga, belum tentu (laki2) yg berpendapat jilbab itu pilihan perempuan > kemudian benar2 bisa memberikan pilihan itu ke perempuan yang menjadi istri > atau anaknya. Bisa aja, laki2 yg demikian, di wilayah privat tetap memilih > perempuan yang berjilbab dan lebih senang bila istri dan anaknya tetap > berjilbab. > > Ah, pusing... maksudnya kalau udah berteori dan beradvokasi ttg agama dan > perilaku orang dalam beragama, jadi pusing hehehe.. > Tapi emang harus ada orang yg kerjanya melakukan itu sih :P Walaupun di > tataran praktek, kadang gak beda ma kyai yg ceramah ini itu tapi tidak > tercermin di kehidupan privatnya. Ada yg gitu sih, tentu dan semoga tidak > semua :-) > > > 2008/12/15 Mia <al...@...> > > > Misalnya nih, diyakinkan bahwa Pak QS pernah menyimak tulisan Asymawi > > yang duluan dari bukunya. Sebaiknya dalam edisi selanjutnya, ada > > ralat daftar bacaan/referensi. > > > > Ide itu 'menular' dan di hari gini jaman global internet, kadang kita > > dibikin terkaget-kaget dengan cara penularan itu. > > > > Misalnya lagi, saya kasih contoh langsung saja. Saya dan tim sangat > > sibuk kerja, nggak ada waktu memikirkan dampak daripada apa yang kita > > lakukan ke dunia luar. Tahu-tahu kaget dengan fakta2 yang disodorkan > > kolega lain tentang 'menularnya' konsep kita, diakui maupun nggak > > diakui, secara langsung maupun nggak langsung oleh yang 'meniru', > > secara nasional maupun internasional. > > > > Kalau saya orang pesimis, saya akan berpikir, wah konsepku dibajak. > > Kalau saya orang optimis, saya akan berpendapat, alhamdulillah ada > > hikmah ajar dan kebersamaan. > > > > Perlu diperbanyak dan direkomendasi buku QS dan JIL ini, supaya > > generasi Islam baru belajar yang bener tentang jilbab. > > > > salam > > Mia > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah% 40yahoogroups.com>, > > "Ari Condro" <masarcon@> > > wrote: > > > > > > 1. Pak quraish shihab tidak mencantumkan karya asymawi sbg > > referensi. Ada sekitar 30 hal yg mirip. Temen temen bisa cari lagi > > diskusi di milis insist ttg hal itu > > > > > > 2. Banyak yg menyayangkan pandangan pak quraish shihab dalam buku > > jilbabnya, apalagi ketika argumen dan bahasannya sangat asymawi > > sekali. > > > > > > Tapi benar kata mbak mia, bahwa kritik berawal ketika banyak yg > > tidak setuju ketika quraish shihab bilang jilbab tidak wajib. > > > > > > > > > > > > salam, > > > > > > > > > > > > -----Original Message----- > > > From: "Mia" <aldiy@> > > > > > > Date: Mon, 15 Dec 2008 12:14:57 > > > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah% 40yahoogroups.com> > > > > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab > > > > > > > > > Arcon, > > > Maksudnya 'mencontek argumen asymawi secara mentah-mentah' Pak > > > Quraish Shihab nggak memasukkan buku Asymawi sebagai referensi atau > > > daftar bacaan, gitu? > > > > > > Emangnya DDII Insist memprotes pendapat QS karena > > dianggap 'mencontek > > > mentah-mentah' argumen asymawi? > > > > > > salam > > > Mia > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah% 40yahoogroups.com>, > > "Ari Condro" <masarcon@> > > > wrote: > > > > > > > > nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang > > > dipasang pun > > > > merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan > > diterbitkan > > > ulang > > > > oleh JIL. > > > > FYI : > > > > > > > > 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad > > > Quraish Shihab > > > > juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena > > banyak > > > yang > > > > mencontek argumen asymawi secara mentah mentah. > > > > 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang HAM. > > > Di mesir > > > > sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin > > > karena > > > > banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum sekuler. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > 2008/12/15 werkuwer <mnug2502@> > > > > > > > > > setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat memahami > > > makna > > > > > kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga > > > sedikitnya > > > > > dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya miliki > > > > > menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk > > > menerapkan > > > > > segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui > > > modelnya. > > > > > seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang > > baru > > > > > bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga > > > > > tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu > > sendiri. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > -- > > > > salam, > > > > Ari > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > [Non-text portions of this message have been removed]