Semalam, waktu pulang kerja anakku yang terkecil memberi kejutan 
besar dengan memberi kado Hari Ibu. Selama ini aku gak pernah peduli 
dengan Hari Ibu. Setelah nyantai, anakku bertanya,"ma...sebenarnya 
apa sih Hari Ibu itu dan gimana asal muasalnya?"...alamak! "swear 
deh, mama juga gak tau...tapi ntar mama cari tau..ya?"

He..he..jadilah pagi ini aku ngoprek2 internet tuk cari tau. Maluuu 
deh. I love mom all over the world: Be a good and tough mom!

Robbighfirlii, waa liwalidayya, warwahmhumaa kamaa robbayani 
shoghiirah.

wassalam,

********
Forward:
Sejarah Hari Ibu
Rabu, 22 Desember 2004M
09 Dzulqaidah 1425H

Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada tanggal 22 Desember dan 
ditetapkan sebagai perayaan nasional. Berbeda dengan di Amerika dan 
Kanada yang merayakan Hari Ibu atau Mother's Day pada hari Minggu di 
minggu kedua bulan Mei.

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan 
mengadakan Kongres Perempuan di tahun yang sama dengan Sumpah 
Pemuda. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912, 
diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. 
Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda 
Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan 
lain-lain. 

Pada tanggal 22 Desember 1928 organisasi-organisasi perempuan 
mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta dan membentuk Kongres 
Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia 
(Kowani), kongres berikutnya diadakan di Jakarta dan Bandung.

Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 
1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara 
nasional, hingga kini.

Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya 
wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum 
kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan 
internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 
Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). 
ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap 
Perserikatan Bangsa-bangsa.

Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan dibuat sebuah monumen, 
setahun berikutnya diletakkan batu pertama oleh Ibu Sukanto (ketua 
kongres pertama) untuk pembangunan Balai Srikandi dan diresmikan 
oleh menteri Maria Ulfah tahun 1956. Akhirnya pada tahun 1983 
Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen menjadi 
Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Yogyakarta. 

Popularity: 26% [?]



Kirim email ke