menyedihkan!

parah banget mentalitas budak para pejabat kesenian (yg digaji oleh uang 
rakyat).
si marco itu lagu2annya kayak yg ngebayarin kenduri aja.

ayo bikin persatuan buat ngebongkar kecurangan.
jangan biarkan praktik sok premanisme dari para seniman busuk.

kata wiji thukul: hanya satu kata, lawan! 

heri latief

        
http://progind.net/
kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan
http://herilatief.wordpress.com/
http://akarrumputliar.wordpress.com/


--- On Thu, 1/8/09, Satrio Arismunandar <satrioarismunan...@yahoo.com> wrote:

Subject: Marco Ketua Dewan Kesenian Jakarta Mengusir Saut Situmorang dkk
Date: Thursday, January 8, 2009, 10:53 PM





Jumat 19 Desember 2008 kira-kira jam 2 siang lebih. Saya Saut Situmorang, Wowok 
Hesti Prabowo dan Viddy A Daery masuk ke sebuah ruangan tempat diadakannya 
"mukernas" dewan kesenian se-Indonesia di hotel Sheraton Media Jakarta. Saya 
mendapat info bahwa mukernas tersebut akan membahas soal "dewan kesenian 
Indonesia" yang beberapa waktu dulu ide pembentukannya mendapat tentangan keras 
dari banyak seniman. Ide awal pembentukan dewan kesenian Indonesia tersebut, 
kata orang, berasal dari Ratna Sarumpaet dan dia hari itu akan memberikan 
pidato tanggapan atas idenya yang mungkin dia rasa dicuri orang itu. Sebuah 
acara menarik untuk ditonton, bukan? Di pintu masuk ruangan mukernas itu saya 
sempat disapa oleh seorang cewek yang bekerja untuk Dewan Kesenian Jakarta 
alias DKJ, yang merupakan tuan rumah mukernas. Di pintu masuk saya tidak 
melihat ada pengumuman "YANG TIDAK DIUNDANG DILARANG MASUK!".

Setelah
 berada di dalam ruangan saya dipanggil oleh Iyut Fitrah kawan penyair dari 
Payakumbuh, Sumatera Barat. Dia minta saya duduk dekatnya. Saya pun pergi ke 
arahnya dan duduk di sebuah kursi di dekatnya. Begitu pula Wowok dan Viddy. 
Sambil ngomong-ngomong, saya bagikan jurnal keren "boemipoetra" yang segera 
saja beredar ke meja-meja para peserta mukernas. Saya juga melihat bekas adik 
kelas saya di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dulu, Jabatin, duduk 
di meja dekat saya itu dan saya pun menyapanya. Wowok kemudian berdiri dan 
mulai membagikan "boemipoetra" ke meja-meja di sudut lain ruangan. Saat itu 
Ratna Sarumpaet sudah berdiri di podium setelah
 diundang untuk memberikan pidatonya.

Pada waktu itulah tiba-tiba saja terdengar suara seseorang berteriak membentak, 
"Wowok, keluar!!! Anda tidak diundang, keluar!!!" Begitulah kira-kira bunyi 
teriakan tersebut yang ternyata berasal dari mulut seseorang bernama Marco yang 
adalah ketua Dewan Kesenian Jakarta. Wowok merespon dengan mengatakan bahwa dia 
"diundang" oleh Ratna Sarumpaet. Ratna membenarkan waktu Sang Marco 
mengkonfirmasikanny a ke dia. Tentu saja peristiwa itu menciptakan suasana 
tegang. Para peserta pun nampak kaget heran kebingungan penasaran. What the 
fuck is going on? Saya yakin begitulah yang mereka gumamkan dalam gumaman 
mereka. Lalu tiba-tiba lagi suara tadi berteriak membentak lagi, "Saut, 
keluar!!! Saya tidak mengundang Anda, keluar!!!" Saya nyaris gemetaran 
mendengar bentakan yang kayaknya dikeluarkan pakek sinkang ala ilmu Auman Singa 
Kim-mo Say-ong Cia Sun dari kitab "Ie Thian To Liong" karya Chin Yung itu! 
Kemudian Sang Pangcu DKJ itu melambai-lambaikan jurnal
"boemipoetra" ke udara sambil berkata sesuatu seperti "Dilarang membagikan 
'boemipoetra' di sini. Ini cuma berisi fitnah!". Untunglah berkat latihan 
Kiuyang Sinkang yang saya pelajari dari Bu Kie saya cepat memperolah ketenangan 
saya kembali dan segera menjawab Sang Pangcu DKJ itu, "Kalau benar jurnal 
'boemipoetra' adalah fitnah, silahkan bawa kami ke pengadilan!" Di 
tengah-tengah keributan itu saya mendengar Ratna Sarumpaet berkata sesuatu 
seperti kenapa acara kesenian bisa jadi sekaku ini, atau yang mirip-mirip itu 
maksudnya. Lalu, entah dari mana nongolnya, seorang laki-laki bertampang sangar 
kayak "bouncer bar" di Selandia Baru sana mulai juga berteriak-teriak sambil 
berpidato di tengah ruangan bahwa dia akan membubarkan acara tersebut! Pokoknya 
penuh otoritas macam itulah. Saya gak kenal makhluk
 aneh ini tapi Wowok kemudian di taxi mengatakan dia itu orang DKJ juga. Karena 
bosan mendengar retorika kekuasaannya itu saya berdiri dan mengajak Wowok dan 
Viddy untuk keluar saja dari hiruk-pikuk drama kekuasaan Dewan Kesenian Jakarta 
tersebut. Banyak juga ternyata peserta dari dewan kesenian se-Indonesia di situ 
yang keluar ruangan. Waktu saya mulai beranjak dari tempat duduk saya itulah 
Sang Marco, sambil tetap teriak-teriak, mendatangai saya dan tiba-tiba saja 
memegang lengan kiri saya. Tentu saja secara spontan ilmu Kiankun Taylo-ie 
Sinkang dari Bengkaw yang juga saya warisi dari suhu Bu Kie bereaksi cepat dan 
saya tampar tangan jahat yang penuh racun itu! Dia nampak kaget jugak rupanya, 
hahaha... Tapi dia tidak melakukan apa-apa lagi dan kami bertiga pun keluar 
dari ruangan pibu itu dengan penuh kemenangan.

Di luar, seorang kawan dari Jawa
 Tengah yang juga salah seorang peserta mukernas tersebut menghampiri dan 
menyalami kami. Oiya, di luar itu saya juga tidak melihat ada pengumuman, 
"DILARANG MEMBAGIKAN 'BOEMIPOETRA' DI DALAM RUANGAN!" 

Bagaimana ya seandainya yang kami bagikan itu adalah majalah "Kalam" milik 
Teater Utan Kayu? Apa kami akan mendapat perlakuan yang sangat premanis, 
ketimbang Pramis, begitu? Siapa sebenarnya yang direpresentasikan Marco dan 
Dewan Kesenian Jakarta-nya di acara dewan kesenian se-Indonesia tersebut? 
Lucunya lagi, waktu dia membuat kericuhan di acara dewan kesenian se-Indonesia 
itu, tidak pernah sekalipun dia menanyakan pendapat para peserta mukernas soal 
"kehadiran" kami, apa mereka keberatan atau tidak! Menurut SMS seorang kawan 
yang juga peserta "diundang" acara, setelah kami bertiga keluar ruangan, para 
peserta dipaksa untuk "mengembalikan" kepada DKJ jurnal "boemipoetra" yang 
sedang dibaca
 para peserta tersebut! Banyak juga, kata kawan tersebut, yang tidak bersedia 
"mengembalikan" jurnal keren kami itu, hahaha... 

Oiya, ada yang bilang (saya tidak tahu benar atau salah karena saya sendiri 
tidak diundang juga, hehehe...) ada yang bilang bahwa para peserta mukernas 
dewan kesenian se-Indonesia itu dibawa Marco dan DKJ-nya makan malam di 
Salihara, hahaha...

Saut Situmorang

http://www.facebook .com/profile. php?id=554828232 &ref=name
http://sautsitumora ng.multiply. com/

-During times of universal deceit, 
telling the truth becomes a revolutionary act 
(George Orwell)




     






      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke