http://www.pos-kupang.com/index.php?speak=i&content=file_detail&jenis=50&idnya=21280&detailnya=1
Indonesia Sudah Resesi! JAKARTA, PK - Indonesia sudah resesi! Judul tulisan itu dibuat Kepala Riset Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa dalam website danareksa-research yang dilansir Persda, Selasa (3/3). Lembaga milik pemerintah yang bernaung di bawah BUMN itu mengembangkan Indikator Ekonomi Dini dRi sebagai paramater penilaian kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Indikator Ekonomi Dini dRi terdiri dari dua komponen, yaitu Coincident Economic Index (CEI) dan Leading Economic Index (LEI). CEI adalah indeks yang menggambarkan keadaan ekonomi pada suatu saat. CEI disusun menggunakan data penjualan mobil, konsumsi semen, impor, suplai uang, dan indeks penjualan retail. Sedangkan LEI adalah indeks yang menggambarkan prospek ekonomi 6-12 bulan ke depan. LEI disusun dengan menggunakan data izin mendirikan bangunan, kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai tukar rupiah efektif, indeks harga saham gabungan Bursa Indonesia, ekspor, dan inflasi sektor jasa. "Coincident Economic Index sudah menunjukkan tren yang menurun sejak Juli 2008. Artinya, ekonomi sudah melambat. Prospek ke depan pun tidak terlalu cerah, karena Leading Economic Index sudah memasuki trend penurunan sejak Januari 2008. Artinya, perlambatan yang terjadi masih akan terus berlangsung," kata Yudhi. Dikatakan Metode Sequential Signaling, yang dikembangkan oleh Zarnowitz (dari Universitas Chicago) dan Moore bahkan mengindikasikan ekonomi Indonesia saat ini sudah resesi. "Metode ini memanfaatkan data CEI dan LEI untuk menentukan posisi suatu perekonomian dalam siklus bisnisnya," kata Yudhi. Menurut dia, ketika suatu perekonomian sedang ekspansi, bila terdeteksi sinyal P1 (puncak pertama), ekonomi tersebut memasuki fase perlambatan. Bila kemudian terdeteksi sinyal P2 (puncak kedua), perlambatan yang terjadi akan parah. Dan bila kemudian terdeteksi sinyal P3 (puncak ketiga), ekonomi tersebut memasuki masa resesi. "Pendeteksian P1, P2, dan P3 dilakukan dengan perhitungan teknikal-statistika yang dikembangkan dalam analisis siklus bisnis," katanya. Sayangnya, lanjut Yudhi, baik otoritas fiskal maupun moneter kala itu agak kurang memperhatikan perkembangan yang terjadi. Bank Indonesia, misalnya, terus menaikkan suku bunga sampai Oktober 2008. "Sementara itu, realisasi belanja pemerintah pun agak lambat. Padahal sebetulnya belanja pemerintah dapat mencegah ekonomi melambat lebih lanjut. Oktober 2008, ekspor kita pun mulai terpukul dengan signifikan. Akibatnya, ekonomi kita terus melambat. Pada Oktober itulah terdeteksi sinyal P2 yang menunjukkan bahwa perlambatan yang terjadi makin parah," kata Yudhi. Menurut dia, ketika itu tampaknya Bank Indonesia dan pemerintah sudah mulai menyadari perkembangan yang terjadi. Pada November, misalnya, bank sentral tidak menaikkan BI Rate lagi. Bahkan sebulan kemudian BI sudah mulai menurunkan suku bunga lagi. Pemerintah pun tampak lebih serius dalam membelanjakan anggarannya. (Persda Network/aco) [Non-text portions of this message have been removed]