http://www.sinarharapan.co.id/tajuk/index.html
Sinar Harapan Kamis, 05 Maret 2009 Mewaspadai Peningkatan Tindak Kejahatan Para pengusaha, terutama yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), sudah lama mengeluhkan kelambanan pemerintah dalam menangani dampak krisis global. Pemerintah memang sudah berulang kali mengadakan pertemuan dengan kalangan pengusaha, pejabat pemerintah daerah, dan menerbitkan kebijaksanaan ini-itu. Namun, implementasinya yang menjadi masalah. Kita juga tidak melihat sinergi antara otoritas fiskal dan moneter. Bank Indonesia (BI) punya perhitungan sendiri dalam menangani inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Akibatnya, mereka sangat konservatif dalam menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate. Kelambanan dan lemahnya keterpaduan ini menyebabkan perekonomian Indonesia bakal bergerak lebih lambat dari yang diperkirakan. Pertumbuhannya mungkin tidak lebih tinggi dari yang ditargetkan 4-4,5 persen. Selain itu, kita tidak melihat kementerian lain aktif bergerak seperti yang diharapkan. Kondisi pemerintah daerah setali tiga uang dengan tidak mempunyai terobosan menangani dampak resesi global di daerahnya. Mereka sangat tergantung kepada pusat dan terlampau direpotkan dengan pilkada. Tanda-tanda pelambanan ekonomi nasional sudah terlihat, yaitu penerimaan ekspor menurun, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2008 menurun menjadi 3,6 persen, kurs rupiah terhadap dolar AS merosot. Selain itu, sejumlah perusahaan telah merumahkan atau mem-PHK karyawannya karena permintaan luar negeri atau domestik menurun. Kalau perekonomian AS, negara-negara Eropa, dan Jepang dijadikan lokomotif ekonomi dunia, diperkirakan pemulihan perekonomian nasional bakal lebih lama dari yang diharapkan, mengingat perekonomian negara-negara tersebut juga mengalami resesi yang lebih dalam dari yang diperkirakan. Sudah disepakati, dampak pemulihan di negara-negara tersebut baru akan terasa sembilan bulan kemudian di negara-negara berkembang. Sesungguhnya, kita harus bergerak cepat dan terpadu. Kondisi masyarakat sudah mulai memprihatinkan, Bila krisis umumnya hanya mengenai masyarakat perkotaan, kali ini juga merambah ke pedesaan karena pengaruh internasionalisasi barang dan jasa. Pengaruh juga terjadi karena komoditas pertanian dan perkebunan turut terpengaruh permintaan dunia yang melemah. Bila terus terjadi pelambanan dan resesi, dampak yang jelas terlihat adalah banyak yang kehilangan pekerjaan. Kemudian, tingkat kejahatan cenderung meningkat, terutama kejahatan terhadap masyarakat umum. Intensitas penodongan, perampokan, penjambretan, pemerasan, dan lainnya meningkat. Belakangan ini, intensitas crime street sudah meningkat, terutama pada daerah-daerah pinggiran. Kecenderungan ini sangat memprihatinkan karena sangat mengganggu ketenteraman rakyat yang perekonomiannya juga mulai sulit. Keadaan di atas, jika tidak ditangani secara saksama akan menimbulkan kegelisahan massal yang bisa berubah menjadi ketidakpercayaan. Dengan demikian, persoalannya menjadi semakin pelik. Apalagi kita mulai memasuki periode kampanye pemilihan calon anggota legislatif dan kemudian pemilihan presiden secara langsung. Kita percaya, pemerintah pun sudah memperkirakan situasi di atas dan akan mengambil langkah-langkah yang cermat, teliti, terukur, berdaya guna, dan berhasil guna. Suatu rangkaian yang barangkali akan bergerak lambat, tetapi tepat. Kita berharap, selain mengambil tindakan serupa di atas, pemerintah hendaknya juga mengambil langkah-langkah strategis dan berjangka panjang. Sudah saatnya menyebarluaskan kantong-kantong industri, serta memberi perhatian yang lebih besar pada sektor-sektor di mana Indonesia memiliki daya saing. Para pejabat pemerintah pusat dan daerah juga tidak melulu bergulat dengan data yang sering kali bias serta kegiatan yang protokoler, namun juga sering membuat kebijaksanaan yang membumi dan mempererat kerja sama dengan pengusaha. Mereka juga harus memahami pentingnya aspek marketing. [Non-text portions of this message have been removed]