Nggak tuhhh...hehehe...kecele deh situ.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, izzuddin al qassam 
<wanitaacehtang...@...> wrote:
>
> hahahahahah
> apa Volly pante termasuk eyang?
> hehehehe
> 
> Jadi, kalau kita serius mau melindungi anak-anak dan perempuan dari bom
> media ini, dirikanlah negara SI seperti di negri Aceh itu. Pasti
> produknya adalah generasi yang bersih.
> 
> :putri: jd kalo mau serus melindungi generasi masa depan, kembali aja ke Al 
> Qur'an dan sunnah Nabi. sepakat?
> 
> 
> --- On Thu, 3/12/09, eyang_mbelgedes <eyang_mbelge...@...> wrote:
> 
> From: eyang_mbelgedes <eyang_mbelge...@...>
> Subject: [wanita-muslimah] Re: "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Date: Thursday, March 12, 2009, 6:57 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>     
>             Hehehe... homeschooling dan warnet-schooling nampaknya akan 
> semangkin populer. Tapi, selain itu, mutu tayangan-tayangan tivi dan film 
> yang menampilkan berbagai cerita tahayul dan alam kubur nampaknya juga 
> berperan di dalam mengkonstruksi pikiran bangsa. 
> 
> 
> 
> Jadi, kalau kita serius mau melindungi anak-anak dan perempuan dari bom media 
> ini, dirikanlah negara SI seperti di negri Aceh itu. Pasti produknya adalah 
> generasi yang bersih.
> 
> 
> 
> Hehehe: jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyaaaang...  
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, "Ari Condro" <masarcon@ .> wrote:
> 
> >
> 
> > Bukannya ini salah satu bentuk homeschooling.  Belajar secara mandiri untuk 
> > masalah masalah seksual.
> 
> > 
> 
> > Secara kalo nanya langsung ke orang lain, malu maluin hehehe :))
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > salam,
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > -----Original Message-----
> 
> > From: Aldo Desatura â„¢ <hanjakal@ .>
> 
> > 
> 
> > Date: Thu, 12 Mar 2009 11:38:09 
> 
> > To: BAOT<ba_oot@ ...>
> 
> > Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > Bom Dahsyat Narkoba Mata
> 
> > Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan
> 
> > radiologis.
> 
> > 
> 
> > Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat.
> 
> > Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya) , pun bergegas ke kamar. Tak lama,
> 
> > ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya.
> 
> > Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid.
> 
> > Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang
> 
> > mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana.
> 
> > Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film
> 
> > biru dari dunia maya.
> 
> > 
> 
> > Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang
> 
> > mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap
> 
> > pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat
> 
> > akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh
> 
> > itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana
> 
> > Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk
> 
> > "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan
> 
> > Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen
> 
> > Kesehatan beberapa waktu lalu.
> 
> > 
> 
> > Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era
> 
> > digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang
> 
> > dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah
> 
> > informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya
> 
> > sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu
> 
> > adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen
> 
> > Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi
> 
> > pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali
> 
> > banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan
> 
> > terkontaminasi. "
> 
> > 
> 
> > Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
> 
> > Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak
> 
> > adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah
> 
> > depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli
> 
> > bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton
> 
> > Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan
> 
> > sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil,
> 
> > sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata
> 
> > Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat
> 
> > neurotransmitter- -pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu.
> 
> > 
> 
> > Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi
> 
> > eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam
> 
> > belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia
> 
> > menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang
> 
> > pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan
> 
> > informasi yang diserapnya.
> 
> > 
> 
> > Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan
> 
> > tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini
> 
> > memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya
> 
> > ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan.
> 
> > 
> 
> > Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara
> 
> > fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak.
> 
> > "Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack
> 
> > cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis
> 
> > dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi
> 
> > kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang
> 
> > itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat.
> 
> > 
> 
> > Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly
> 
> > sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangkan
> 
> > hasil studi Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625
> 
> > siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66
> 
> > persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media.
> 
> > Rinciannya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game,
> 
> > 16 persen situs porno, 14 persen film, 10 persen DVD dan VCD, 8 persen
> 
> > telepon genggam, serta 4-6 persen majalah dan koran.
> 
> > 
> 
> > Adapun alasan mereka melihat pornografi, sebanyak 27 persen, sekadar
> 
> > iseng. Lantas 14 persennya terbawa teman dan takut dibilang kurang
> 
> > pergaulan (kuper). Ironisnya, banyak dari mereka yang mengakses tontonan
> 
> > dewasa itu di rumah sendiri, yaitu 36 persen. Lalu warung Internet
> 
> > mencapai 18 persen dan di rumah teman sekitar 12 persen. Artinya, jika
> 
> > dirasio, satu dari dua anak belia itu melihat adegan vulgar di kamarnya
> 
> > sendiri.
> 
> > 
> 
> > Lebih yahud lagi hasil survei Komisi Nasional Perlindungan Anak terhadap
> 
> > 4.500 remaja di 12 kota besar di Indonesia pada 2007. Terungkap, sebanyak
> 
> > 97 persen remaja pernah mengakses adegan syur. Lalu 93,7 persen pernah
> 
> > melakukan ciuman, petting, dan oral seks. Yang mengagetkan, 62,7 persen
> 
> > remaja usia sekolah menengah pertama didapati sudah tidak perawan dan 21,2
> 
> > persen siswi sekolah menengah umum pernah aborsi.
> 
> > 
> 
> > Berdasarkan data itu, lalu ke mana fungsi kontrol keluarga, khususnya
> 
> > orang tua? Malahan dari pertemuan yayasan pimpinan Elly dengan puluhan
> 
> > ribu orang tua di 28 provinsi, ditemukan cuma 10 persen yang mafhum
> 
> > teknologi informasi yang dipakai anak mereka. Artinya, benar apa yang
> 
> > dikatakan Elly, tidak butuh bom untuk menghancurkan bangsa ini. HERU
> 
> > TRIYONO
> 
> > 
> 
> > http://www.korantem po.com/korantemp o/koran/2009/ 03/11/Gaya_ Hidup/krn. 
> > 20090311. 159140.id. html
> 
> > 
> 
> > -- 
> 
> > Aldo Desatura ® & ©
> 
> > ============ ====
> 
> > Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi
> 
> > Keberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan Adalah pelaksanaan kata kata
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> >
> 
> 
> 
> 
>  
> 
>       
> 
>     
>     
>       
>        
>       
>       
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       
> 
> 
>       
>       
> 
> 
>       
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke