Yg disayangkan adalah kuliner indonesia itu tidak standar.
Rasanya, bumbunya nggak tepat. hari kemarin enak beberapa hari lagi nggak enak. 
Katanya koki yg biasa lagi off.
Kalo disuruh bikin resep pasti nggak bisa soalnya masaknya pake perasaan nggak 
pake takaran :-)

Coba rasaken saja sate mak syukur yg katanya asli di Jakarta dengan yg asli di 
Padang Panjang
tentu beda jauuuuh.

Itulah mungkin knapa masakan indonesia tidak bisa mendunia.

Salam, 
l.meilany
  ----- Original Message ----- 
  From: Ari Condro 
  To: Milis wm 
  Sent: Monday, March 23, 2009 4:32 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Sebuah Eroni Kebangsaan oleh Kanadianto


  Kelamaan di belanda, dan belum pernah makan bebek goreng dan sate mak syukur 
sepertinya. 


  salam, 



  -----Original Message----- 
  From: "L.Meilany" <wpamu...@centrin.net.id> 

  Date: Mon, 23 Mar 2009 15:02:14 
  To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> 
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Sebuah Eroni Kebangsaan oleh Kanadianto 


  Nggak sepenuhnya benar. 
  Justru resto masakan tradisional sangat berkelas. 
  Sekarang lihat saja di mal2 banyak orang yg mengunjungi resto2 masakan 
tradisional, bahkan kaum muda. 
  Di Jakarta tentunya banyak resto masakan Indonesia yg cukup representatif 
kalo niatnya cuma mau kliatan modern 

  Salam, 
  l.meilany 


  ----- Original Message ----- 
  From: Mira Wijaya Kusuma 
  To: sastra pembebasan ; Kana Dianto ; H.Sayono ; Aktivis Bicara ; 
herilat...@yahoo.com ; Faiz Mansyur ; Wahana Moderator ; Wahana News ; Suar 
Suroso 
  Cc: Eddy Djunaedy ; Setiwan 2007 ; Burhan ; BDG Kusumo ; Ronggo ; 
n...@lacemi.cu ; Toton ; rak_arab ; K. Prawira ; I.Soedjono Chello ; 
Publishers: John Oei 
  Sent: Saturday, March 21, 2009 4:39 PM 
  Subject: [wanita-muslimah] Sebuah Eroni Kebangsaan oleh Kanadianto 


  Sebuah Eroni Kebangsaan 

  Sebuah Eroni Kebangsaan 

  Penghancuran karakter bangsa melalui selubung investasi dan pertukaran budaya 

  ”Wah aku denger anak jeng pinter masak ya”, kata seorang ibu dengan 
  anting besar menggelayut di kupingnya dan bau parfum yang menyenggat 
  hidung. 

  ”Iya jeng, alhamdullilah anakku bisa masak. Dia suka masak masakan 
  jenis pasta atau roasted”, ”kalo masakan Indonesia mereka ngak suka, 
  karena rempah dan bumbunya ribet, kata anakku”, saut temen arisannya, 
  yang tak kalah menornya. 

  ”bener jeng, masakan Indonesia aneh, kebanyakan bumbu rempahnya, ribet. Aku 
juga ngak suka”, kata si ibu lainnya. 

  ”Wah jangankan untuk masak, makan aja aku kurang minat, ngak menarik”, saut 
ibu yang lainnya lagi. 

  ....... dan pembicaraan seputar masakan Indonesia yang tak menarik 
  dibandingkan masakan luar negeri terus saja berlangsung ............ 

  ....... sementara disela istirahat makan siang di sebuah tempat makan 
  di kawasan perkantoran, para bapak ternyata juga ngerumpi soal anak 
  mereka ..................... 

  ”Anakku malam minggu kemaren manggung lho..... main band di panggung 
  X”, kata seorang bapak dan menambahkan ” menggantikan drummer yang 
  keluar”. 

  ”Hebat sekali, anak perempuanku bulan depan mau ke luar negeri. Mau 
  pertandingan tari ballet”, saut bapak yang duduk di ujung meja panjang. 

  ”wah, anakku baru saja pulang dari negeri seberang, belajar tari salsa dari 
negeri asalnya”, saut bapak disebrangnya. 

  .......... sementara itu di berita televisi malam harinya, seorang 
  pembaca berita mengatakan bahwa serombongan orang asing dari negeri 
  seberang datang untuk belajar menari dan memainkan gamelan, sementara 
  dilayar kaca terlihat tayangan pertunjukan wayang kulit dengan dalang 
  orang bule, sinden dan pemain gamelannya juga orang bule. Mereka 
  belajar dan memainkan dengan kebanggan yang tercermin di wajahnya. 

  ........... sementara itu bangsa kita merasa malu bahkan mungkin jijik 
  dengan kebudayaan sendiri, masakan sendiri. Malu untuk belajar dan 
  memainkan seni budaya dan seni musik tradisonil kita sendiri. Malu 
  untuk masak dan makan makanan asli kita sendiri. 

  ............ eronis, inikah hasil sebuah pembangunan? Dimana 
  pembangunan mentalitas kebangsaan dan nasionalisme di pembangunan 
  pendidikan negeri kita. Tak jelas tapi pasti sudah semakin 
  tersingkirkan. Pembangunan pendidkanpun telah termakan arus kapitalis, 
  terlihat jelas dalam kebijakan pendidikan yang tak mendidik sama 
  sekali. Setiap tahun buku pegangan siswa berganti, tak dicontohkan 
  bagaimana kita harus efisien dan hemat. Hanya demi sistem kapitalis 
  dalam dunia pendidikan. 

  ........... eronis memang, budaya sendiri diabaikan tetapi budaya arab, 
  timur tengah dan barat diterima bahkan kadang terasa dipaksakan dengan 
  berlindung dibalik jubah keagamaan, misi pertukaran budaya dan 
  misi-misi lain yang tak berpihak sama sekali kepada pertahanan 
  kebudayaan dan rasa kebangsaan Indonesia. 

  .......... eronis sekali. Kita punya kerudung dan selendang, tetapi 
  kenapa harus jilbab yang budaya arab. Kita punya baju Bodo dan kebaya 
  yang mampu menutup sampai mata kaki, tetapi kenapa harus bergaya arab 
  pula. Jika hanya untuk penutup aurat. Sebuah alasan yang terlalu 
  mengada-ada hanya untuk menghilangkan budaya bangsa dalam usahanya 
  mengganti dengan budaya arab. 

  .......... eronis sekali. Kita belajar bahasa asing tetapi tak ada 
  usaha sedikitpun usaha untuk mengusahakan bahasa kita bagi tenaga asing 
  di Indonesia. Kemana pembelaan kepada bahasa kita, bahasa persatuan 
  bangsa Indonesia. Kitapun merasa malu kalau harus berbahasa daerah, 
  katanya kampungan. Kitapun malu jika bahasa Indonesia kita tak beraksen 
  asing padahal lama tinggal di negeri sebrang. 

  .......... eronis memang. Kita merasa malu jika tidak bisa tari salsa, 
  tanggo dan berdugem ria dengan musik cadas yang merusak gendang 
  telingga. Merasa malui jika harus belajar tari kecak, tari serampang 
  dua belas dan tarian tradisional lainnya. Merasa malu untuk kumpul dan 
  ngopi di warung atau pos jaga bersama-sama mendengarkan lagu dangdut 
  atau lagu-lagu daerah. Kampungan katanya. Padahal banyak nasehat 
  tersirat didalamnya. 

  .......... eronis memang. Segala sesuatu diukur dengan nilai rupiah 
  atau materi, tiada lagi terbersit kebersamaan dan kegotong-royongan, 
  meski tetap ada yang mempertahankan adat gotong royong tetapi menjadi 
  hal yang aneh, lucu dan sekaligus eronis. 

  ......... eronsi sekali. Kita lebih bangga makan ayam goreng made in 
  luar daripada makan ayam goreng negeri sendiri. Lebih bangga jika makan 
  ice cream italy daripada eskirm medan. Lebih bangga makan teriyaki 
  daripada makan daging suwir negri sendiri. Lebih bangga makan ala barat 
  daripada makan ngariung dengan lalapan dan sambal dan ikan jambal. 
  Lebih bangga berjas dan dasi daripada berbatik. 

  ........ oooooo sedih dan pilu hati ini, siapa pula yang akan 
  mempertahankan kebudayaan bangsa ini dimasa depan. Haruskah kita 
  menjadi bangga menggunakan kebudayaan dan tradisi kita setelah semuanya 
  dirampok bangsa asing, yang sekarang sedang berbondong-bondong belajar 
  budaya dan tradisi kita. Mengapa kita harus bangga menjadi bangsa 
  pengemis yang seolah-olah bangsa kita bangsa nomor dua di dunia. 
  Mentalitas yang ditebarkan oleh imperialis, kolonialis dan kapitalis 
  tetapi dengan bangga kita menjadi bagian dari program penghancuran 
  budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri oleh pihak asing yang 
  berusaha menguasai Indonesia. Melalui penghancuran budaya dan 
  memberikan bantuan yang berbuntut menciptakan ketergantungan pada 
  bangsa asing........ 

  ........ oooooh mengapa kita harus kembali terjajah disaat kita sudah 
  dimerdekakan dengan mengorbankan darah dan nyawa pejuang kemerdekaan. 
  Kaum sinyo memang sudah hengkang tetapi melalui tangan dan kaki sinyo2 
  hitam mereka tetap berusaha mencengkeram bangsa kita. 

  Karena bumi kita adalah surga, dimana batupun bisa menjadi permata, 
  laut dan ladangpun bak harta karun yang tak ternilai. Disinilah letak 
  surga dunia, maka tak heran kalau bangsa arab mencari surga ke 
  Indonesia dan berusaha menjadikan bahagian negerinya melalui budayanya. 
  Tak heran jika bangsa baratpun berusaha kemari karena potensi kandungan 
  alam dan hasil bumi yang melimpah ruah, yang dikuasai melalui jalur 
  investasi katanya. Kita hanya melonggo menikmati sampah dan sisa tak 
  bernilai, kekayaan digotong ke negeri asing. 

  Bangkitlah rakyatku, sadarlah kalian sedang dalam proses penghancuran 
  diri oleh kaum imperialis baru, neo-kapitalis. Bangkitkan kembali 
  semangat sosio-nasionalis kalian, rakyat Indonesia, bangkitlah 
  Nasionalisme Pancasila. 

  Hilangkan dan usir bangsa asing dari bumi nusantara ini termasuk 
  antek-antek sinyo hitam yang lebih berpihak kepada bangsa asing 
  daripada bangsa sendiri. 

  Bangkitlah. 

  Bangun dan sadarlah. 

  Bahwa kalian, rakyat Indonesia sedang di hancurkan oleh kekuatan asing. 

  Bersatulah, merebut kembali kemerdekaan yang menjadi hak bangsa Indonesia. 

  Bersatulah dalam satu kebudaya dan tradisi, bersatulah dalam satu bahasa, 
satu bangsa dan satu tanah air, Indonesia. 

  Hai, rakyat Indonesia kembalilah kepada kaidah kehidupan budaya dan tradisi 
bangsa sendiri, bangsa Indonesia. 

  Kita bangsa yang makmur, tanahnya, bumi dan airnya menyimpan berjuta harta 
karun yang tak terkira. 

  Jangan berikan kepada bangsa lain. Jangan kayakan mereka sementara kita tetap 
miskin dan mengemis pada mereka. 

  Bangkitlah...... rakyatku 

  Merdeka!!! 

  Kanadianto--- 

  Jakarta, 18 Maret 2009 

  * Kanadianto - Caleg DPRD-PDIP 2009 - 2014 kab. Tangerang, no 8, dapil 
ciputat, ciputat timur & pamulang. 

  Sumber: 
http://www.facebook.com/note.php?note_id=71024683576&ref=mf#/notes.php?id=1586922030
 
  Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ 
  http://sastrapembebasan.wordpress.com/ 


  [Non-text portions of this message have been removed] 





  [Non-text portions of this message have been removed] 



  [Non-text portions of this message have been removed]



  

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke