http://sorot. vivanews. com/news/ read/42540- mimpi_besar_
prabowonomics

Mimpi Prabowonomics



Konsep ekonomi Prabowo mengundang kontroversi. Ekonom berhaluan liberal
meragukannya.



Jum'at, 20 Maret 2009, 16:31 WIB

Heri Susanto, Elly Setyo Rini, Nur Farida Ahniar, Umi Kalsum



VIVAnews - GAYANYA di panggung mirip-mirip Soekarno. Tangannya mengepal dan
diangkat-angkat. Orasinya tegas dan lugas. Sindirannya pun tajam. Meski suara
serak, calon presiden Prabowo Subianto tetap berusaha berteriak lantang,
meledak-ledak.



“Saudara-saudara, elit di Jakarta
lupa. Negara kita punya kekayaan alam. Kaya, kaya. Tetapi rakyat tidak
mengalami perbaikan nasib. Sistem ekonomi kapitalis saat ini hanya dinikmati
oleh segelintir orang saja. Sebagian besar tidak merasakannya. Orang tak punya
uang tidak boleh hidup negeri ini.



Saya tahu isi hatimu. Kau inginkan pekerjaan yang baik dan halal. Kau ingin
beri makan istri dan anakmu. Betul? Ingin sekolahkan anakmu. Betul? Apa Saudara
mau jadi kacung terus? Mau jadi bangsa miskin terus? Mau anak-anak tak sekolah?



Saudara-saudara, mari buat perubahan besar. Perubahan untuk masa depan
anak-anakmu. Beri kesempatan pemimpin baru. Yang tak mampu minggir saja.
Kembali ke rumah, ajak saudara-saudara, teman-teman, semua, untuk perubahan.”



Peluh membasahi baju mantan Komandan Pasukan Khusus yang tengah berkampanye di
Kota Padang tersebut. Di depan panggung, di bawah terik matahari, massa 
berteriak, “Hidup
Gerindra. Prabowo presiden!” Ribuan orang berseragam merah putih tumpek blek di
lapangan Cimpago yang berada di bibir pantai.



***



Perubahan sistem ekonomi adalah misi besar yang digadang-gadang sang Ketua
Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Prabowo beralasan
kapitalisme- liberal adalah sistem ekonomi yang salah sehingga harus dirombak.
“Resesi ekonomi global adalah bukti kegagalan pasar bebas tanpa kendali, sistem
kapitalisme tanpa kendali,” katanya di seminar yang digelar Himpunan Pengusaha
Pribumi Indonesia,
pada Rabu, 11 Maret 2009. 



Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu sedang berada di atas angin.
Krisis keuangan dan resesi ekonomi global telah menimbulkan sorotan tajam
terhadap sistem kapitalis. Yang pedas dikritik bukan cuma kejatuhan bursa saham
Wall Street, simbol kapitalisme dunia. Di dalam negeri, kelompok penentang
kapitalisme- liberal semakin mendapat panggung.



Saat Prabowo meluncurkan buku “Membangun Kembali Indonesia Raya” pada Kamis
lalu, 12 Maret, suasana Hotel Dharmawangsa terasa marak. Sejumlah rektor,
profesor, elit partai dan wakil asosiasi binaan Prabowo hadir di ball- room
hotel yang disulap penuh nuansa merah itu. “Saya ingin mengubah vonis bahwa
negeri ini akan terus miskin,” kata Prabowo.



Tepuk tangan membahana. Jenderal Prabowo yang dulu pernah dijauhi setelah
dinyatakan terlibat penculikan sejumlah aktivis pro-demokrasi, kini menjadi
magnet yang menyedot perhatian sementara kalangan.



Enam hari kemudian, 18 Maret, giliran kelompok Indonesia Bangkit meluncurkan
buku "Ekonomi Konstitusi" di Hotel Four Seasons, Jakarta. Di sini sejumlah 
ekonom juga
berkumpul. Terlihat ada Iman Sugema, Hendri Saparini, Revrisond Baswir,
Ichsanuddin Noorsy dan lainnya. “Indonesia jangan pakai tim ekonomi
“teh botol” (teknokrat bodoh dan tolol),” ujar Iman mengejek ekonom yang
berhaluan neoliberal—mereka yang pro pasar bebas, rezim perdagangan tanpa sekat
negara, serta peran pemerintah yang minimal dalam sistem ekonomi.



Para ekonom ini dikenal menganut paham yang
cenderung sosialis, nasionalistis, dan menginginkan peran negara yang lebih
besar sebagai lokomotif perekonomian nasional.



Endang S Thohari dari Institute Garuda Nusantara—kelompok-pemikir yang
didirikan Prabowo—turut hadir di sana.
Menurut Endang, mereka tengah bahu membahu menggusur paham neoliberal.
“Berjuang bisa di mana saja, yang penting tujuannya sama.” Dibekingi Prabowo,
upaya kelompok ini terus bergulir.



Prabowo menyatakan tak main-main dengan gagasan besarnya. Ia mengisahkan,
tekadnya menggebu setelah dia dipensiun paksa pada 1998. Saat itu ia banting
setir jadi pengusaha membantu adiknya, Hashim Djojohadikusumo, yang berkibar
sebagai pengusaha minyak di Kazakhstan.



Saat tinggal di Amman, Yordania, dia terperangah membaca sebuah laporan Van
Zorge, konsultan politik dan bisnis di Jakarta mengenai kekayaan Indonesia yang
menguap dari Bumi Pertiwi. Menurut taksirannya, dalam tempo 10 tahun sejak
1997, tak kurang dari US$ 250 miliar devisa ekspor telah terbang ke luar
negeri. 



Prabowo seperti mendapat amunisi kembali. Sejak 2003, dia sibuk berkeliling
mengkampanyekan dampak buruk sistem kapitalisme- liberal. Setahun kemudian dia
menulis buku berjudul “Kembalikan Indonesia” yang mengecam
habis-habisan sistem ekonomi liberal.



Putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo itu terus merangsek. Dia lalu
menghimpun para ekonom, ahli pertanian, pengusaha dan pakar industri. Selama
belasan bulan sejak 2007, Prabowo terlibat dalam berbagai diskusi intensif
dengan kalangan ini. Dia kerap mengundang Kwik Kian Gie, Sri Edi Swasono,
Bungaran Saragih (mantan menteri pertanian), Prasetyantoko (ekonom Atmajaya),
Hendri Saparini, dan lainnya.



Kwik dan Prasetyantoko mengaku memang sering diundang Prabowo. “Saya beberapa
kali datang ke rumahnya untuk diskusi dan memberi masukan,” ujar Kwik kepada
VIVAnews, “Apa yang diiklankan Prabowo itu sama dengan pemikiran saya.”



Untuk menerjemahkan pandangannya, Prabowo dibantu Hashim, Rachmat Pambudy
(ekonom IPB), Endang S Thohari (doktor Prancis ahli pedesaan), Widya Purnama
(mantan Direktur Utama Pertamina), dan Rauf Purnama (mantan Direktur Utama PT
Asean Aceh Fertilizer). Mereka semua tergabung dalam Institut Garuda Nusantara.



***



Konsep ekonomi ala Prabowo ini—kini populer disebut Prabowonomics— kemudian
dituangkan dalam buku “Membangun Kembali Indonesia Raya” setebal 209 halaman.
Isinya mengelu-elukan konsep pembangunan ekonomi berbasis ketahanan pangan,
kedaulatan energi, serta industri nasional yang bernilai tambah. Prabowo
memimpikan perekonomian yang berlandaskan sumber daya domestik—seperti sumber
alam, sumber daya manusia, dan sumber dana—serta pasar domestik yang besar, 230
juta penduduk Indonesia.



Di atas itu, Prabowo menjanjikan sejumlah program maha ambisius. Di bidang
pangan, dia berikrar akan membuka sawah dan kebun jagung masing-masing sejuta
hektare, membangun pabrik pupuk urea, menambah pasokan bahan bakar gas, serta
membangun infrastruktur desa.



Di bidang energi, dia berpromosi bakal mengganti bahan bakar minyak fosil
dengan sumber energi nabati. Belum habis, dia juga berjanji akan membuka 4,4
juta ha kebun aren untuk bahan baku produksi
bioetanol, membangun pabrik bio-etanol berbahan baku singkong, serta mendirikan 
pembangkit
tenaga panas bumi. 



Untuk sektor industri, dia bilang bakal menggeber industri makanan, tekstil,
sepatu, agroindustri, serta sumber alam yang bernilai tambah, seperti migas,
tambang, energi dan komoditas. “Kita jangan cuma ekspor buah coklat dan biji
sawit mentah-mentah, tetapi sudah dibuat pabrik bernilai tambah di sini,” kata
Endang. 



Tim Prabowo percaya sektor-sektor itu mampu menggenjot pertumbuhan. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik 2008, sektor pertanian menyumbang 14,68 persen
produk domestik bruto (PDB). Ini masih kalah dari sektor industri pengolahan.
Namun, jika agroindustri digabung, maka sektor pertanian akan menjadi
penyumbang terbesar kue ekonomi nasional.



Supaya program itu berjalan, Prabowo mengajukan sejumlah resep. Di antaranya
adalah mengerahkan BUMN sebagai lokomotif pembangunan di sektor-sektor yang 
menyerap
banyak tenaga kerja. Kebijakan fiskal dan moneter akan dipusatkan ke sana. 
Pembayaran hutang
luar negeri dijadwal ulang untuk menambah persediaan dana untuk melumasi
berbagai program raksasa itu. Selain itu, ini dia, lahan kritis akan
dibagi-bagikan ke petani.



“Pemerintah jangan cuma jadi wasit, tetapi harus turun tangan jadi lokomotif
ekonomi,” kata Prabowo. Dia memberi contoh pemimpin China Deng Xiaoping yang
menjadikan lembaga pemerintah dan BUMN sebagai motor penggerak, sehingga
ekonomi mereka bertumbuh di atas 10 persen.



Dengan berbagai konsep ini, tim Prabowo hakulyakin pada 2011 ekonomi nasional
bakal tumbuh 8-9 persen. Tak cuma itu, dua tahun kemudian mereka bermimpi angka
pertumbuhan akan melesat ke level di atas 10 persen. Jika itu terjadi, begitu
mereka bermimpi, saat Republik berulang tahun ke-100 pada 2045, pendapatan per
kapita Indonesia akan mencapai, jangan kaget, US$ 60 ribu atau Rp 720 juta per
tahun.



***



Bagi kubu ekonom pro-Prabowo, ambisi itu mereka nilai realistis. Hendri 
Saparini,
Iman Sugema, Dradjad Wibowo, Kwik Kian Gie, dan Revrisond Baswir, menilai
Prabowonomics bisa dilaksanakan asal ada perubahan paradigma ekonomi.



“Argentina
yang penduduknya lebih sedikit bisa tumbuh 8 persen,” kata Dradjad. Meski juga
mengaku bersepakat, Revrisond toh buru-buru mengingatkan, “Yang penting, jangan
cuma jadi jargon kampanye saja.”



Tanggapan berbeda datang dari kubu ekonom neo-liberal. Mereka mengritik program
Prabowo bak mimpi di siang bolong. Para ekonom jebolan Universitas Indonesia,
seperti Muhammad Ikhsan, Chatib Basri, Adrian Panggabean, serta Purbaya Yudhi
Sadewa dari Danareksa, meragukan target pertumbuhan ekonomi 10 persen itu.
“Terlalu ambisius,” kata Ikhsan. Adrian
dan Chatib mempertanyakan bagaimana angka itu dihitung.



Yudhi juga mewanti-wanti rencana Prabowo merestrukturisasi utang luar negeri.
Jika dilakukan, menurutnya itu akan jadi pertaruhan besar bagi Indonesia.
“Resikonya besar. Pasar modal, obligasi dan kurs rupiah akan hancur,” kata
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute ini. “Jadi, kalau tak bayar utang,
ekonomi Indonesia
akan hancur.”



Untuk sementara ini, Prabowonomics masihlah sebatas mimpi—yang dianggap
menjanjikan oleh sementara kalangan, dan dikecam sebagai ilusi oleh sejumlah
pihak yang lain. Buktinya masih harus ditunggu. Itu pun jika purnawirawan
jenderal berbintang tiga ini berhasil menang pemilu. Maka tak ada yang lebih
tepat ketika Prabowo, masih dengan suara serak, merayu para pemilih di Kota 
Padang,
“Agar konsep ini jalan, perlu kehendak politik. Karena itu, saya minta mandat
dari rakyat.”

• VIVAnews




      Yahoo! Toolbar kini dilengkapi Anti-Virus dan Anti-Adware gratis.
Download Yahoo! Toolbar sekarang.
http://id.toolbar.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke