Pertama, saya kok kesulitan mencari arti kata 'eroni' ini. Jangan-jangan yang 
dimaksudkan adalah ironi? 

Kedua, resto Indonesia ada di banyak kota besar dunia: London, Paris, 
Amsterdam, (mungkin) Brussels, San Fransico, Los Angeles, New York, Melbourne, 
Sydney, Perth, Canberra, Adelaide dan kota-kota lain yang belum pernah saya 
kunjungi. Rata-rata, restoran Indonesia di mancanegara yang pernah saya 
kunjungi termasuk resto yang (agak) mahal, termasuk Resto Indonesia yang 
dikelola oleh koperasi JJ Kusni dan alm. Sobron Aidit di Paris itu. Kemasan 
yang disajikan bertaraf dan berselera internasional dan bahkan suasana yang 
ditawarkan di resto itupun adalah suasana Indonesia (baca: Jawa). Taplak batik 
di setiap meja dan lagu-lagu Koes Plus mengiringi makan. Di siang hari, banyak 
pelanggan (wong prancis) yang makan di situ dan biasanya malah pelanggan 
Indonesia tidak ada (mungkin terlalu mahal dalam ukuran saku Indonesia yang 
selalu mengkonversikannya dalam rupiah).

Namun demikian, ketiga, saya sangat setuju dengan semangat dari Kanadianto 
bahwa bangsa Indonesia, secara umum, masih menderita 'penyakit keturunan' yang 
disebut dengan 'sindroma rendah diri'. (Seringkali) bangsa kita merasa sebagai 
warga kelas dua di manapun berada. Di negeri sendiripun, seringkali, orang 
Indonesia merasa minder saat harus berbicara/berhadapan dengan bangsa lain 
(terutama orang yang berkulit putih dan berasal dari mancanegara). 

Pengikisan budaya Indonesia memang menjadi semakin laju dewasa ini terutama 
setelah bangsa ini ingin menjadi warga dunia. Keranjingan terhadap budaya asing 
(barat) semakin menjadi-jadi. Namun demikian, gempuran budaya barat di 
Indonesia juga mendapat persaingan dari budaya Timur Tengah. Keduanya 
sebenarnya sama-sama destruktifnya terhadap kebudayaan lokal/daerah. 

Pakaian perempuan (seperti kain dan kebaya) sudah lama tergantikan oleh pakaian 
moderen seperti rok, blus, jins, t-shirt dan (dewasa ini) oleh pakaian 
non-moderen seperti pakaian Timur Tengah (baju gamis, jilbab, cadar, dsb). 

Budaya Barat versus Timur versus Timur Tengah sedang berlomba-lomba mencari 
mangsa dan bangsa kita nampaknya adalah sasaran empuk dan dapat menjadi mangsa 
yang mudah ditaklukkan baik oleh budaya Barat, Timur (Jepang, Cina, Taiwan, 
Korea), maupun oleh Timur Tengah (Arab dan sekitarnya)! 

Waspadalah, waspadalah... identitas bangsa berada di ujung tanduk...




Kirim email ke