Sesungguhnya Maksiat Dapat Mengurangi Umur

Semoga posting kali ini bisa menjadi nasehat bagi kami dan bagi yang membaca 
tulisan ini.
Betapa banyak orang yang bergelimang dalam maksiat. Ingin dagangannya laris, 
dia rela mengadu pada dukun atau melakukan pesugihan-pesugihan di tempat 
keramat. Atau ada juga yang menggantung jimat-jimat tertentu yang tidak jelas 
maksudnya, kadang berupa huruf hijaiyah yang tidak jelas apa maksud tulisan 
tersebut. Inilah manusia, hanya ingin meraih keuntungan dunia dan rela 
mengorbankan agamanya dengan berbuat syirik pada Allah. Ada pula yang ingin 
meraih keuntungan dalam usahanya dengan rela makan dari hasil riba, atau undian 
berhadiah yang maksudnya adalah judi, atau bentuk maksiat lainnya. Begitu pula 
tidak bosan-bosannya para pemuda berdua-duan (alias kholwat) yang ingin memadu 
kasih tanpa ada status nikah sama sekali. Itulah manusia tidak bosan-bosannya 
berbuat maksiat dan dosa. Padahal dosa dan maksiat memiliki dampak yang sangat 
besar sekali, di antaranya adalah pada umur. Berikut penjelasan dari Ibnul 
Qoyyim. Semoga bermanfaat. 
Ketahuilah bahwa maksiat dapat mengurangi umur dan pasti dapat pula mengurangi 
keberkahannya, sebagaimana pula amalan kebaikan dapat menambah umur. Itulah 
perbuatan dosa dapat mengurangi umur.
Perlu diketahui bahwa para ulama sebenarnya berselisih pendapat dalam masalah 
ini. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan berkurangnya umur adalah 
hilangnya keberkahan umur. Ini memang benar dan inilah di antara dampak berbuat 
maksiat.
Ulama lainnya mengatakan bahwa berkurangnya umur adalah berkurangnya umur 
secara hakiki artinya umurnya betul-betul berkurang, sebagaimana rizki juga 
bisa berkurang.
Allah Ta’ala telah menjadikan berkah pada rizki karena berbagai sebab yang bisa 
menambah rizki tadi. Begitu pula keberkahan umur datang karena berbagai sebab 
yang bisa menambah keberkahan umur.
Para ulama mengatakan bahwa bertambah umur itu pasti terjadi karena sebab, 
begitu pula berkurangnya umur. Begitu pula rizki, ajal, kebahagiaan, 
kesengsaraan, sehat, sakit, kaya, miskin, walaupun itu semua terjadi dengan 
ketetapan Allah, tetapi pasti ketetapan Allah ini juga terjadi dengan adanya 
sebab.
Hakekat Kehidupan adalah Hidupnya Hati
Para ulama lain mengatakan bahwa dampak maksiat dapat menghilangkan keberkahan 
umur karena hakekat kehidupan adalah hidupnya hati. Oleh karena itu, Allah 
Ta’ala menyebut orang kafir dengan sebutan mayit karena memang mereka adalah 
orang yang mati hatinya. Sebagaimana hal ini terdapat pada firman Allah (yang 
artinya), “Mereka (orang kafir) bukanlah orang yang hidup.” (QS. An Nahl: 21)
Jadi ingatlah bahwa kehidupan yang hakiki adalah kehidupan hati. Dan ingatlah 
bahwa umur manusia adalah lama hidupnya. Namun, umur yang hakiki adalah waktu 
yang dia digunakan dalam ketaatan kepada Allah. 

Waktu yang digunakan dalam ketaatan inilah umur sebenarnya. Oleh karena itu, 
kebaikan dan ketaatan akan menambah umurnya yang sebenarnya dan selain itu 
tidaklah menambah umurnya.
Oleh karena itu, jika seorang hamba berpaling dari Allah dan gemar melakukan 
maksiat, maka dia berarti telah menyia-nyiakan hakikat umur yang sebenarnya.
Jadi inti permasalahan ini semua: umur seseorang adalah lama kehidupannya. Dan 
tidak ada kehidupan yang hakiki kecuali dengan mentaati Allah, nikmat dalam 
mencintai dan berdzikir pada-Nya, dan selalu mengutamakan untuk mencari 
ridho-Nya.
Inilah faedah dari Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Ad Daa’ wad Dawa’ (Al Jawabul 
Kafi liman Sa’ala ‘aniddawa’i Asy Syafiy), hal. 65-66, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah
 
Semoga Allah memberikan hakikat kehidupan yang hakiki bagi kita semua dengan 
selalu mentaati-Nya.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke