http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/05/28/12191669/perang.67.pensiunan.jenderal.dimulai



Perang 67 Pensiunan Jenderal Dimulai
Kamis, 28 Mei 2009 | 12:19 WIB
Laporan wartawan PERSDA PersdaNetwork / Dayat


 
JAKARTA, KOMPAS.com - Inilah perang bintang sesungguhnya. Setidaknya 67 orang 
mantan petinggi TNI-Polri terjun ke panggung politik pada pemilu presdien yang 
akan digelar pada 8 Juli. Kubu SBY-Boediono didukung 18 orang purnawirawan 
jenderal yang dipimpin mantan Panglima TNI Marsekal (Purn) Djoko Suyanto, 
JK-Wiranto disokong 23 jenderal, sedangkan 25 jenderal menopang Mega-Prabowo.

Selain Wiranto yang mantan Panglima ABRI, di belakang JK-Wiranto ada sederet 
mantan petinggi TNI-Polri, seperti mantan KSAD Jenderal Subagyo HS, mantan 
Wakil Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, mantan KSAL Laksamana TNI 
(Purn) Bernard Kent Sondakh, mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Chaeruddin 
Ismail, dan mantan Wakil KSAD yang saat ini menjabat Sekjen Golkar Letjen 
(Purn) Sumarsono.

Di belakang Mega-Prabowo, selain mantan Danjen Kopassus/Pangkostrad Prabowo 
Subianto, terdapat mantan Kepala BIN/Mantan Menteri Transmigrasi Jenderal 
(Purn) AM Hendropriyono, mantan Kepala BAIS Letjen TNI (Purn) Farid Zainudin, 
mantan think-tank atau tim sukses SBY tahun 2004 yang saat ini Ketua Umum 
Partai Pakar Pangan Letjen (Purn) M Yasin, mantan Pangdam Udayana/anggota DPR 
Mayjen (Purn) Theo Syafei, kemudian mantan Denjen Kopassus Mayjen (Purn) Muchdi 
Pr.

Sederet mantan jenderal juga merapat ke SBY-Boediono, misalnya mantan Kapolri 
Jenderal Polisi (Purn) Sutanto, mantan Panglima TNI Marsekal (Purn) Djoko 
Suyanto, mantan KSAU Marsekal (Purn) Herman Prayitno, dan Jenderal (Purn) 
Susilo Bambang Yudhoyono sendiri.

Selanjutnya, Letjen TNI (Purn) Suyono (mantan Kasum TNI), Letjen TNI (Purn) 
Agus Widjojo (mantan Kaster TNI), Mayjen (Purn) Sudi Silalahi (mantan Pangdam 
V-Brawijaya/Sekretaris Kabinet), Letjen (Purn) TB Silalahi (mantan 
Menpan/Anggota Wantimpres), Mayjen (Purn) Sardan Marbun (Staf Khusus Presiden), 
dan Brigjen (TNI aktif) Kurdi Mustofa (sekretaris pribadi Presiden dan aktif 
melobi koalisi).

Pengamat militer, MT Arifin, mengatakan, banyak mantan jenderal yang makin 
berani bersikap dan memiliki pilihan-pilihan berbeda terhadap kandidat 
capres-cawapres pada awalnya didasari jaringan pertemanan.

Namun, belakangan, motifnya menjadi beragam, tergantung calon presiden mana 
yang didekati. "Yang jelas, mereka (mantan jenderal) yang merapat ke SBY hanya 
mencari kekuasaan. Sementara yang merapat ke kubu JK-Wiranto dan 
Megawati-Prabowo kecewa kepada SBY karena merasa TNI menjadi korban 
neoliberalisme," kata MT Arifin, Rabu (27/5).

Kekecewaan lainnya, misalnya, terhadap kebijakan pemerintah yang terkait soal 
keputusan politik di dalam ataupun luar negeri. Dan yang lebih khusus lagi, 
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan militer. Penilaian-penilaian itu sudah 
dilakukan mereka sejak tahun 2006.

Para purnawirawan jenderal ini merasa soal kepentingan nasional tergadaikan. 
"Soal sikap nasionalisme dan hubungan pemerintah terhadap yang dianggap 
pro-pihak Barat. Sikap ini menjadi sangat mencuat bagi mereka dan menganggap 
Indonesia malah banyak dirugikan oleh kepentingan Barat atau asing," kata MT 
Arifin. (amb/yat)


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke