Salam...

Pikiran merupakan juru kunci didalam berlogika, sebenarnya apakah yang disebut 
dengan pikiran itu? Apakah semua orang sudah menyadari bahwa pikiran bisa 
bekerja sendiri secara otomatis dan juga bisa bekerja dengan tuntunan si 
pemilik pikiran?
Mari kita lihat...
Sebagaimana telah kita ketahui sebelumnya bahwa ilmu logika pada dasarnya 
adalah untuk mempelajari hukum-hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus 
berpikir.  Sekarang yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah semua  pemikiran 
yang sering kita kemukakan dan pemikiran seseorang yang disampaikan kepada kita 
bisa dinilai logis atau tidak?
Membicarakan hal serupa ini serasa gampang-gampang susah, gampang karena bagi 
kebanyakan kita yang disebut berpikir ya berpikir aja. Tinggal ngikuti naluri 
saja, apa yang kita rasakan, apa yang kita yakini, bagaimana pikiran kelompok 
kita, bagaimana kecenderungan pribadi kita, bagaimana kepribadian dan 
sugesti-sugesti apa yang kita dapatkan, maka itulah yang akan kita sampaikan 
sebagai buah pikiran.
Namun demikian, diluar itu masih ada juga dari sebagian kita  yang mengemukakan 
buah pikirannya dengan mengikuti luapan emosi seperti caci maki, kata pujian 
atau pernyataan keheranan dan kekaguman. Model seperti ini sering ditemui di 
milist-milist yahoogroups.com :)
Membicarakan pikiran juga bisa menjadi susah jika kita harus menilai hasil buah 
pikiran yang disampaikan itu, apakah sudah benar atau salah? Sudah bertujuan 
"baik" atau "jahat" , bertujuan mengatakan fakta apa adanya atau hanya sekedar 
ingin memutar balikkan fakta, bertujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi dan 
kelompok atau untuk tujuan kebenaran dan lain-lain.
Bagaimana cara kita untuk mengetahui apa yang disampaikan seseorang dalam buah 
pikirannya adalah merupakan tugas ilmu logika untuk mengukurnya. Ilmu Logika 
akan menyelediki, menyaring dan menilai buah pikiran seseorang dengan cara 
serius dan terpelajar serta bertujuan mendapakan kebenaran terlepas dari segala 
kepentingan perorangan dan kelompok. Logika akan merumuskan, menetapkan 
patokan-patokan dan memberikan hukum-hukum yang harus ditaati agar manusia bisa 
berpikir benar, efisien dan teratur.
Sekarang yang menjadi perhatian kita adalah, bagaimana caranya ilmu logika 
melakukan hal serupa diatas?
Logika melakukan hal serupa diatas bisa dengan dua cara, pertama dengan 
meneliti logika formalnya, yaitu  melakukan penelitian terhadap kaidah 
logikanya, hukum-hukum logikanya dan patokan-patokan yang digunakan, apakah 
sudah benar atau masih salah dalam menarik kesimpulan atau konklusinya.
Kedua dengan melakukan penelitian terhadap logika materialnya, apakah sudah ada 
persesuaian antara pikiran yang diutarakan dengan kenyataan. Sampai disini ada 
perbedaan sedikit, apa yang bisa dilakukan oleh ilmu logika material dengan apa 
yang bisa dilakukan oleh ilmu spiritual semacam tawasuf dan irfan. Bagi ilmu 
logika material, mengukur kebenaran buah pikiran itu tidak lebih dari meneliti 
kesatuan (non kontradiksi) antara apa yang diucapkan berdasarkan buah pikiran 
dengan apa yang bisa dilihat sebagai fakta. Apakah buah pikiran sesuai dengan 
kenyataan atau tidak.
Bagi logika, ucapan adalah buah pikiran. Pikiran hanya bisa berbuah jika dia 
diucapkan melalui suara, ucapan, tulisan atau isyarat. Isyarat adalah perkataan 
yang dipadatkan, karena itu ia adalah perkataan juga. Jadi pikiran dan 
perkataan adalah identik, tidak berbeda satu sama lain dan yang satu bukan 
tambahan bagi yang lainnya. Dan bagi logika, susunan kata-kata yang keluar 
melalui ucapan, isyarat dan  tulisan seseorang adalah 'data' dan data itu 
disebut sebagai premis-premis. Apakah premisnya sudah sesuai dengan kenyataan 
yang ada atau tidak.



Salam,



Iman K.
www.parapemikir.com 
 


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke