http://www.antaranews.com/view/?i=1244193013&c=ART&s=SPK

Manohara dan Eksploitasi Tubuh
Jumat, 5 Juni 2009 16:10 WIB |
A.A. Ariwibowo

(ANTARA/Erwin)Jakarta,(ANTARA News) - Bermaksud meniti jejaring hidup dengan 
meluapkan asa agar menjadi princess, seorang model berparas ayu membentangkan 
layar kemudian melajukan bahteranya ke negeri seberang.

Di sana, ia bertemu dan berucap janji setia di pelaminan bersama seorang 
pangeran Kerajaan Kelantan Malaysia. Ujung-ujungnya, bahtera asa kandas di 
batukarang duka.

Manohara Odelia Pinot (17), keturunan dari perempuan bangsawan Bugis, Sulawesi 
Selatan, dengan pria berkebangsaan Perancis, melarikan diri dari kehidupan di 
istana Kerajaan Kelantan, dan pulang ke Indonesia. Riak gelombang ceria di 
samudera pernikahan bersama Pangeran Kelantan Tengku Fakhry, berubah jadi amuk 
membara karena tubuh tercederai amuk purba kekerasan.

Ada jejak dari stempel kekerasan dalam rumah tangga, menurut pengakuan anak 
kedua dari pasangan Daisy Fajarina dengan Reiner Pinot Noack itu. Manohara 
mengaku menyesal telah menikah dengan Fakhry.

"Pada awalnya saya tidak tahu akan begini. Namun, dengan adanya seperti ini 
saya merasa jadi harus hati-hati dalam berteman," kata Mano, setelah kembali ke 
Indonesia, Minggu (31/5), seperti dikutip dari laman Kompas.

"Yah sekarang saya menyesal dan sudah tidak cinta lagi. Saya tidak akan kembali 
ke Malaysia, dengan alasan apa pun. Saya kenal Tengku sejak tiga tahun lalu, 
dan awalnya dia begitu sopan baik," katanya.

"Sekarang ternyata semuanya beda dan saya sudah tersiksa karenanya," imbuhnya. 
Cinta tidak lagi bertuah, karena sesah hati kini dialami perempuan belia. 

Drama Manohara menyeret bara membara dari peliput berita. Jutaan mata publik 
coba dipuaskan jejaring berita, dari media cetak sampai elektronik. Mereka 
saling mendermakan hasil liputannya di kotak "infotainment".

Gemerincing berbagai topik ditebar, beragam fakta disusun, agar pintu surga 
terbuka untuk menebus kealpaan insan akan mutiara bijak dari filsuf klasik 
Cicero, "tidak pernah seorang itu sibuk, ketika ia tidak melakukan apa-apa".

Setelah pernikahannya pada tanggal 26 Agustus 2008 dengan Tengku Muhammad 
Fakhry, Manohara diwartakan hanya sejenak mencicipi bulan madu bersama 
suaminya. Menurut cerita Manohara, Fakhry kerapkali melakukan kekerasan 
terhadap dirinya. Kekerasan seakan memberangus kontrol atas masa depan, karena 
janji yang meletak di atas ingatan, tiba-tiba berbuah "lupa untuk mengingat".

Yang membara dari kasus Manohara, tarikan napas akan satu rangkuman nalar 
kehidupan bahwa, "engkau melihat dulu, baru engkau tahu." Yang kian membara, 
mengapa orang terhela oleh penjelasan bahwa mata publik kian melahap warta 
seputar tubuh?

Untuk tubuh perempuan molek, meluncur ungkapan, "bohay nan mengundang". Untuk 
tubuh pria ganteng, melesat ungkapan, "dandy nan mencemaskan." Dua jawaban bagi 
pertanyaan seputar "proyek ketubuhan". 

Manohara mengaku ada bekas luka di bagian tubuhnya akibat siksaan suaminya 
masih ada. Pihaknya akan memproses secara hukum atas kekerasan yang dilakukan 
suaminya kepada dirinya. Pengakuan tindak kekerasan yang dialaminya diwartakan 
berbagai media massa di Indonesia. 

Drama dari proyek tubuh kian memesona media massa. Dalam wawancara eksklusif 
yang dilansir stasiun televisi antv, Minggu pagi, Manohara menceritakan 
bagaimana ia bisa lolos dari ?cengkeraman? keluarga Kerajaan Kelantan.

"Saat itu saya dari lantai 13 hotel itu, saya turun mau ke lantai 1. Tapi di 
lantai tiga lift itu ditahan karena di lantai itu ada kamar Raja (Kelantan). 
Saya di lift duduk sambil teriak-teriak dan menekan tombol emergency. Jadi 
kalau saya diambil lagi oleh mereka, banyak saksi yang melihat," kata Manohara, 
yang dalam wawancara tersebut didampingi sang ibunda, Daisy Fajarina.

Dalam kesempatan itu, Mano mengungkapkan bahwa selama menjadi istri pangeran 
Kelantan, dirinya kerap mendapat siksaan. "Saya dianggap seperti barang saja, 
seperti anak kecil dengan mainan mobil-mobilannya. Saya dipaksa melakukan 
segala hal dan diawasi. Saya benar-benar tersiksa," ucapnya.

Sehari setelah tiba di Indonesia, Manohara mendadak sibuk dengan seabrek 
kegiatan, utamanya meladeni wawancara dengan berbagai stasiun televisi 
nasional. Bahkan, seorang pengusaha layar lebar mengakui kemolekan tubuh 
Manohara. Dunia selebriti siap menyambut bunga pendatang baru itu. "Semua 
tawaran itu belum kami setujui, " kata ibunda Manohara dalam sebuah wawancara 
dengan televisi nasional.

Manohara terus tampil sebagai tubuh yang tiada henti dieksploitasi untuk 
dikonsumsi. Oleh siapa? Dan mengapa?

Kasus Manohara mewakili corak dari masyarakat yang berorientasi konsumsi. 
"Konsumsilah sebanyak mungkin, agar engkau diakui sebagai warga dunia global." 
Ini label yang melekat di kubu mereka yang mengusung modal sebagai sembahan.

Meminjam istilah filsuf Pierre Bourdieu, tubuh "dikomodifikasikan" agar 
terlihat bernilai. Kapitalisme tubuh berselimutkan gunjang-ganjing Manohara. 
Dan kapitalisme tubuh mewakili kisah serigala berbulu domba. 

Kalau tubuh dikebiri hanya sebagai komoditi, maka dia hanyalah sebatas kapital. 
Yang ada, sejumlah ungkapan, "Model rambutmu seperti model rambut Manohara. Dia 
kelihatan pas dan tampak molek mengenakan kebaya gaya Manohara." Bukankah, 
dunia pernah dilanda demam rambut gaya Lady Di?

Kepada siapa modal diabdi? Bagi kepentingan sebuah kelas masyarakat yang 
memiliki "habitus" tertentu. Selimut kapitalisme tubuh menjanjikan kehangatan 
bagi mereka yang merindukan dunia serba gemerlap.

Ada ujaran populer, "yang penting tampil ngejreng." Lampu kamera media menyiram 
sekujur tubuh agar meluncur kata-kata, "Ini saya banget lho." Logat Jakartanya, 
"Ini gue banget lho."

Dengan menoleh kepada kasus Manohara, publik pemirsa seakan digiring ke meja 
makan yang disesaki hidangan bermerk superfisial, karena yang autentik dilumuri 
oleh kosmetik, yang asali ditutup aneka topeng.

Orang takut tampil apa adanya. Tabu bernalar dan berkata, bahwa semakin 
seseorang superfisial, semakin ia mudah menyerah kepada kedurjanaan. Selera 
publik adalah mata uang baru dunia pergaulan.

Di gelanggang politik, orang cepat menelan petuah selebriti moral, sehingga 
dengan mudahnya menerima kaidah baru tanpa bertanya, "apa artinya bagi 
kehidupan banyak orang? Di manakah aku ketika berpikir?"

Apakah Manohara bertanya mengenai perilaku Tengku terhadapnya? Pernah. Jawaban 
yang diperoleh Manohara dari Fakhry, "Because you are my property," katanya 
dengan seraut wajah sendu dari sang princess.(*)
COPYRIGHT © 2009

Baca Juga
  a.. KBRI Kuala Lumpur Ungkapkan Upaya Tangani Manohara 
  b.. Peran KBRI Singapura Saat Memulangkan Manohara 
  c.. KBRI Kuala Lumpur Akan Somasi Tuduhan Manohara 
  d.. Polri Pernah Panggil Ibu Manohara Dua Kali 
  e.. Presiden: Saya Peduli Kasus Manohara


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke