http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009061605464816

      Selasa, 16 Juni 2009 
     
      BURAS 
     
     
     
Derita TKW Makin Parah Saja! 

       
      H. Bambang Eka Wijaya



      "SETELAH tubuh Nirmala Bonet disetrika majikan setiap sang bos kesal, 
menyusul tubuh Siti Hajar disiram majikannya dengan air panas sampai melepuh 
setiap melakukan kesalahan!" ujar Umar. "Itu pun belum cukup! Mayat Nurul 
Widayanti tergantung di rumah orang tua majikannya! (Kompas, 15-6) Semua itu 
tenaga kerja wanita (TKW) kita di Malaysia yang deritanya justru makin parah 
saja!"

      "Sekilas saja mendengar perlakuan amat buruk terhadap TKW itu darah kita 
langsung mendidih dibakar amarah pada majikan mereka yang biadab!" sambut Amir. 
"Tapi kenapa kita selama ini cuma menyalahkan majikan TKW, tanpa cari tahu 
kenapa para majikan itu bisa berubah jadi seperti bukan manusia lagi? Lalu apa 
benar orang-orang kita sendiri tak punya kesalahan, apalagi sebagai prima causa 
dari penderitaan TKW?"

      "Sikap menganggap orang kita paling suci hingga lupa introspeksi mencari 
kemungkinan kesalahan kita sendiri yang mengambil korban para TKW seperti 
Nirmala, Siti, dan Nurul, justru menjadi penyebab derita TKW kita makin parah 
dari waktu ke waktu!" tegas Umar. "Misalnya, kenapa para majikan bisa marah 
besar ketika babu TKW melakukan kesalahan? Bukan rahasia umum lagi karena para 
majikan itu telah membayar ribuan ringgit kepada penyalur tenaga kerja dengan 
standar TKW mampu menangani semua pekerjaan rumah tangga! Nyatanya, TKW malang 
bingung menangani perangkat rumah model apartemen--yang belum dikenal di 
kampungnya! Untuk marah pada penyalur TKW mungkin berhitung kalah kuat, para 
majikan itu melampiaskannya ke TKW!"

      "Bisa jadi itu akibat penyalur mengejar omzet tinggi hingga tak sempat 
memberi latihan cukup untuk semua tugas TKW! Jadi, para penyalur TKW kitalah 
yang harus introspeksi dalam hal ini!" timpal Amir. "Meski demikian, seyogianya 
TKW bisa cepat belajar sambil bekerja! Tapi ternyata mereka sukar belajar, 
mungkin karena konsentrasi pikirannya yang tak bisa fokus--karena selama 
berbulan-bulan atau bahkan bertahun mereka tak pernah menerima gaji! Gajinya 
diambil penyalur sebagai pengganti biaya penempatannya!"

      "Bukankah semua biaya mendatangkan TKW ditanggung majikan lewat membayar 
mahal untuk mendapatkan babu--saking mahalnya ada majikan sampai beranggapan 
telah membeli budak?" tukas Umar.

      "Persepsi majikan seperti itulah pangkal bencana pada TKW, apalagi kalau 
oleh penyalur uang pemberian majikan itu dianggap persenan atau imbalan jasa 
atas susah payah mendatangkan TKW buat si majikan! Sehingga, semua biaya untuk 
itu oleh penyalur dibebankan pada TKW!" tegas Amir. "Bukan soal persepsi siapa 
yang benar, melainkan pasti, semua itu berakibat derita TKW makin parah saja!" 
**
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke