Jawa PosSabtu, 27 Juni 2009 

Ketua Umum PWI Soal Kekerasan Terhadap Wartawan Di Papua 
Minta Maaf Oke,
Hukum Harus Jalan

Ketua Umum PWI Pusat Margiono menyambut baik permintaan maaf yang disampaikan 
juru bicara tim kampanye SBY-Boediono Rizal Mallarangeng terkait kekerasan yang 
menimpa wartawan Sinar Harapan, Odeodata Hermina Julia Vanduk. Julia ditendang 
hingga pingsan oleh seorang tim kampanye SBY-Boediono, di Jayapura, kemarin, 
saat hendak meliput kampanye Boediono.

“Kami menghargai pemintaan maaf yang disampaikan jubir cawapres Boediono. 
Namun, kalau terbukti bersalah, proses hukum harus tetap ditegakkan,” kata 
Margiono di Jakarta, kemarin.

Sesuai UU Pers No 40 Tahun 1999, jelas Margiono,  pers mempunyai hak mencari, 
mempero1eh, dan menyebarluaskan berita, gagasan dan informasi.

“Kalau ada yang menghambat atau menghalangi, bisa dikenakan pidana penjara dua 
tahun atau denda lima ratus juta rupiah. Itu sesuai amanat Undang-undang,” 
tegas Margiono.
Peristiwa penganiayaan ini berawal saat Julia dan sejumlah wartawan lainnya 
hendak meliput rentetan kampanye Boediono di Jayapura, Papua, kemarin pagi. 
Tiba-tiba Julia diserang sejumlah anggota tim kampanye Boediono. Julia 
tersungkur dan sempat pingsan setelah menerima aksi kekerasan itu.

Menurut Julia, saat itu dia hanya meminta agar tidak menghalang-halangi 
wartawan yang akan meliput Boediono.

“Saya tegur dia (pelaku), agar tidak ikut campur urusan wartawan, apalagi dia 
bukan lagi sebagai wartawan, tapi kenapa tiba-tiba dia menyerang saya dari 
belakang dengan cara menendang. Setelah ditendang, saya tidak ingat apa-apa," 
kata Julia.

Juru Bicara tim kampanye SBY-Boediono Rizal Mallarangeng, yang ikut mengawal 
kampanye Boediono di Papua, langsung meminta maaf atas insiden kekerasan 
tersebut. 
"Kami minta maaf kepada wartawan di Papua dan di seluruh Indonesia atas 
perlakukan anggota kami. Kami sangat menyesalkan insiden tersebut. Kami akan 
pecat dia bila terbukti bersalah," kata Rizal saat mendampingi wartawan 
menjalani pemeriksaan di kantor Polresta.

Rizal meminta wartawan untuk tidak melakukan aksi boikot terhadap rentetan 
kampanye Boediono selama di Jayapura, Papua. Sebelumnya, wartawan mengancam 
akan melakukan boikot. "Silakan kalian menempuh jalur hukum, tetapi tolong 
tidak perlu ada aksi boikot," pinta Rizal.
 
Harian Sinar Harapan dalam rilisnya menjelaskan,  wartawannya di Jayapura 
tersebut ditendang dari belakang oleh tim kampanye Boediono hingga tersungkur 
dan sempat pingsan.

Pemimpin Redaksi Sinar Harapan, Kristanto Hartadi mengecam aksi kekerasan yang 
menimpa wartawannya dan menyebut aksi tersebut sebagai upaya penentangan 
kebebasan pers. Dia juga meminta jajaran kepolisian Papua segera memproses 
secara hukum pelaku tindak kekerasan tersebut.

“Kami juga meminta Tim Sukses SBY-Boediono dan pimpinan Partai Demokrat agar 
menertibkan anggota tim sukses mereka supaya tidak mengulang tindak kekerasan 
dalam bentuk apa pun kepada wartawan,” kata Hartadi dalam rilisnya.

RK, yang diduga sebagai pelaku kekerasan adalah wartawan salah satu televisi 
nasional, yang, menurut Julia, sudah tidak lagi menjalani profesi itu. Polresta 
Jayapura langsung melakukan pengejaran terhadap pelaku. "Kami sudah keluarkan 
perintah untuk mengejar pelaku dan menangkapnya," kata Kasat Reskrim Polresta 
Jayapura AKP Y Takamuli.(JPNN)


Wartawan Desak Partai Demokrat Minta Maaf
                
                
                                
                        
                        
                        
                                
                                        By Republika Newsroom

                                        Sabtu, 27 Juni 2009 pukul 16:22:00      

JAKARTA -- Puluhan wartawan melakukan aksi demo di depan Kantor DPP
Partai Demokrat (PD) untuk mendesak ketua DPP PD meminta maaf atas aksi
kekerasan kader PD terhadap wartawan Sinar Harapan, Odeo Data Hermina Julia 
Vanduk ketika meliput kampanye Cawapres Boediono di Papua. 


"Atas perlakuan yang dilakukan kader PD, kami minta Ketua Dewan Pembina
Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai
Demokrat Hadi Utomo meminta maaf secara terbuka di media massa," kata
koordinator Poros Wartawan Jakarta, Wahyu Widodo di Jakarta, Sabtu.


Selain meminta agar pihak DPP PD meminta maaf, sedikitnya 60 orang
wartawan itu meminta agar pihak kepolisian segera mengusut tuntas dan
menyelesaikan secara hukum kasus kekerasan terhadap wartawan itu.Aksi
orasi wartawan itu berlangsung di Jalan Pemuda Jakarta Timur, dan
sebagian diantaranya membakar bendera PD dan kaos SBY-Boediono, juga
membentangkan spanduk yang bertuliskan "Penindasan pada wartawan adalah
awal penindasan pada rakyat", "SBY jangan diam saja", "Partai Demokrat
jangan lari dari tanjung jawab."

 Menurut Wahyu, para wartawan
sangat menyesalkan tindakan kader PD itu, karena selama ini SBY dinilai
memiliki komitmen tinggi untuk menghapuskan kriminalisasi pers, namun
kenyataannya kadernya sendiri melakukan tindakan kekerasan.Berkaitan
dengan hal tersebut, SBY selaku dewan pembina, harus mampu menunjukkan
bahwa apa yang menjadi komitmennya itu bukan hanya isapan jempol
belaka. ant/kpo


      Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Lengkap dengan segala yang Anda sukai 
tentang Messenger! http://id.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke