Pak Dwi,
kalau menanyakan hal itu saya jadi ingat salah satu "ilmuwan" muslim
terkenal yang karyanya berusaha meruntuhkan teori evolusi darwin. jadi
jangankan soal rekayasa genetika, induk pengetahuannya pun mau
disingkirkan. jadi ilmuwan muslim cukup percaya bahwa Tuhan adalah
pencipta segalanya, gak usah diutak-atik karena itu bakalan melanggar
fitrah penciptaan.

salam,
--
wikan

On Fri, Jul 10, 2009 at 7:08 PM, Dwi Soegardi<soega...@gmail.com> wrote:
>
>
> Awal tahun ini saya sempat jumpa orang asal Iran. Setelah tanya-tanya
> asal muasal, dia tanya agama saya apa? (Well, very un-American :)
> Sebaliknya, setelah tahu namanya, Parwiz, dan asalnya Iran, saya
> tebak, "Anda muslim juga kan?"
> Ternyata salah.
> Dia seorang Zoroastrian. Pertama kalinya saya ketemu seorang penganut
> agama Zoroaster. (A nice old guy :)
> Agak rancu dengan "Pervez (Musharraf)"nya Pakistan :)
>
> Kembali ke riset sperma.
> Dulu sekali seorang mahasiswa S2 Indonesia di Jepang melakukan riset
> genetika, bioteknologi. Dia mengeluh tema penelitiannya, yang antara
> lain kawin silang berbagai spesies ikan dia anggap melawan fitrah.
> Itu baru "bibit"nya, lha gimana Islam memandang kloning, sperma,
> telur, rahim buatan?
> Seberapa partisipasi peneliti muslim di bidang ini? Ataukah trendnya
> berbalik: menjauhi teori evolusi, bioteknologi, rekayasa genetika,
> dll?

Kirim email ke