sumber :http://www.tempointeraktif.com/khusus/selusur/memburu.noor.din/3a.php

PADA mulanya adalah sebuah pertanyaan, "Apakah kamu bersedia menjadi istri 
saya?" Yang bertanya adalah seorang lelaki yang mengaku bernama Abdurrachman. 
Yang ditanya, perempuan lugu bercadar bernama Munfiatun, menjawab bahwa ia 
butuh waktu satu pekan untuk berkonsultasi dengan keluarga. 

Keduanya baru berjumpa satu jam di rumah Hasan, perantara pertemuan, di 
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasan adalah suami Yati, teman Munfiatun.Dalam 
pertemuan itu, Abdurrachman yang putih, rambut ikal seleher, dengan tinggi 
badan sekitar 170 sentimeter, mengaku sebagai mujahid, pejuang di jalan Tuhan. 
Ia sempat mendekatkan wajahnya agar tampak lebih jelas oleh calon istrinya. 
"Wajah saya sama dengan yang di koran-koran ya?" kata lelaki berlogat Melayu 
ini. Kepada calon suaminya, Munfiatun mengatakan tak percaya kepada koran. 
Sumber Tempo bercerita, guru taman kanak-kanak kelahiran Jepara itu mengaku 
bahwa media dan polisi bisa saja keliru.

Singkat cerita, Munfiatun dan Abdurrachman menikah di Surabaya pada 22 Juni 
2004. Bertindak sebagai penghulu Ustad Adung, yang kini ditahan polisi karena 
menjadi bagian dari gerakan Jamaah Islamiyah. Dari pihak Munfiatun hadir sang 
ibu, Harojum, 56 tahun, serta Yati dan Hasan. 

Sehari menikah, Abdurrachman mengajak sang istri ke Kabupaten Pasuruan, Jawa 
Timur, menggunakan mobil Kijang tua milik Hasan. Keduanya lalu menginap di 
sebuah penginapan di daerah Tretes. Saat inilah Abdurrachman membuka kedok 
bahwa dirinya sudah menikah dengan Rahma dan memiliki tiga anak di Johor, 
Malaysia. Tiga hari kemudian, Noor Din menghilang dan menitipkan istri keduanya 
di rumah seorang teman. Sebelumnya, ia membelikan sang istri telepon genggam 
Nokia 3310.
Keduanya kembali bertemu sebulan kemudian untuk berangkat ke Cikampek, Jawa 
Barat. Di sana mereka menginap di rumah seseorang. Tak berapa lama, 
Abdurrachman kembali menghilang. Saat suaminya raib, Munfiatun sempat berkirim 
pesan singkat menyatakan ingin menelepon. Abdurrachman menjawab, "Boleh tapi 
teleponnya dibuka jam 13.00 sampai 17.00." 
Dua hari kemudian, Munfiatun mendapat kiriman surat plus uang Rp 400 ribu. 
Dalam surat itu, sang suami mengatakan kondisi belum memungkinkan mereka 
bertemu. Di akhir surat Abdurrachman menulis namanya Abu Hafs al-Muhajir alias 
Noor Din M. Top. Keduanya sempat berkirim surat dua kali lagi sebelum polisi 
menahan Munfiatun pada 22 September 2004. Ia didakwa memberikan bantuan 
terhadap teroris dan divonis pengadilan tiga tahun penjara. Saat itulah 
Munfiatun memutuskan cerai dari Abdurrachman.

Kini Munfiatun tinggal di rumah ibunya, Harojum, di Desa Pecangaan Kulon, 
Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Sehari-hari ia memberikan 
les mata pelajaran sekolah kepada anak-anak tetangga. Ia juga belajar menjahit 
bordir. Kepada Bandelan Amarudin dari Tempo, yang mengunjunginya pekan lalu, 
Munfiatun mengaku tidak trauma dengan masa lalunya. Namun ia enggan 
menceritakan kisah asmaranya dengan Abdurrachman. "Maaf, Mas, biarlah itu 
menjadi bagian dari pengalaman hidup kami."

***

ARINA Rahma, 26 tahun, berhenti sekolah bahasa Arab di Ma'had Ali, Yogyakarta, 
ketika ayahnya memintanya pulang ke Cilacap. Padahal saat itu, pertengahan 
2005, kuliahnya hampir rampung, tinggal menyusun skripsi.
Sang ayah, Bahrudin Latif, 60 tahun, tengah menyiapkan rencana lain: 
mengawinkan putrinya dengan Ade Abdul Halim, lelaki Makassar yang mengaku 
bekerja sebagai staf hubungan masyarakat di sebuah pesantren.

Warga desa mengetahui pernikahan keduanya dari pengumuman Bahrudin di masjid 
desa seusai Jumatan. "Hari ini ada syukuran pernikahan anak saya," kata Mahfud, 
Direktur Pondok Pesantren Al Muaddib, menirukan ucapan Bahrudin. Di pesantren 
itu, Bahrudin tercatat sebagai ketua yayasan. Warga desa sempat menanyakan asal 
Ade. Bahrudin menjawab pendek: dari Sulawesi.

Satu yang meresahkan Arina adalah suaminya kerap pergi dalam waktu lama. Suatu 
ketika, ia meminta pertimbangan orang tuanya ikut Ade bepergian. "Orang tuanya 
menyerahkan keputusannya kepada Arina karena sudah menikah," kata Achmad 
Michdan, pengacara dari Tim Pembela Muslim. Arina juga telah berkali-kali 
meminta suaminya agar dikenalkan dengan mertuanya di Makassar. Tapi permintaan 
itu tak dituruti. Menikah dengan Ade, Arina dikaruniai dua anak.

Dua pekan lalu, polisi menggerebek rumah Bahrudin. Ia tak ada. Sang menantu, 
Ade Abdul Halim, yang diyakini polisi sebagai Noor Din, telah raib sejak lima 
bulan sebelumnya. Menghilang, kawin, dan beranak memang keahlian Noor Din.



Kirim email ke