http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=10223

2009-09-04 
Memalukan, Kelaparan Terjadi Lagi di Yahukimo



[JAYAPURA] Terulangnya kelaparan di Yahukimo, Papua, disesalkan banyak pihak. 
Bencana terjadi pada era otonomi khusus (otsus) dimana dana triliunan rupiah 
sudah dikucurkan ke Papua untuk meningkatkan kesejahteraan hidup orang asli 
Papua.

"Saya sangat malu dengan adanya bencana kelaparan di Yahukimo. Bencana terulang 
di tempat yang sama. Padahal, saat kelaparan tahun 2005, Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono menurunkan tim untuk melakukan pembangunan. Apa yang dibuat 
pemerintah di sana sehingga terjadi kelaparan," kata Kepala Pemerintahan Adat 
Papua Fadal Al Hamid kepada SP, di Jayapura, Kamis (3/9).

Kelaparan ini menandakan pemerintah sama sekali tidak memihak kepada 
kepentingan rakyat. Pemerintah tidak memiliki program pembangunan yang 
menyentuh langsung kehidupan rakyat. Penyebab kelaparan akibat gagal panen yang 
disebabkan cuaca buruk, bukan hal baru karena cuaca buruk selalu terjadi setiap 
tahun.

"Seharusnya, pemerintah memikirkan cara untuk mengantisipasi saat datangnya 
cuaca buruk, bukan kalah dengan alam. Fenomena alam harus dipelajari untuk 
mengantisipasi kejadian buruk yang akan terjadi. Ini bukti bahwa pemerintah 
tidak berpihak pada rakyat. Masalah utama rakyat di sana cuaca, kenapa tidak 
diantisipasi," katanya.

Sekretaris Daerah Yahukimo Robby Longkotoy mengaku sudah mengunjungi tiga 
distrik, Geredala, Walma, dan Pronggoli untuk menyampaikan bantuan. Memang 
banyak dari warga yang menderita sakit. Namun, dia belum bisa memastikan apa 
penyakit yang diderita warga.


Tak Masuk Akal

Sekretaris Jenderal Aliansi Mahasiswa Pegunungan Tengah Indonesia (AMPTI) 
Markus Haluk menilai, ini sungguh tidak masuk akal. Uang di Papua ini sangat 
banyak, ada dana otsus, royalti PT Freeport, dana APBN, APBD, tetapi kenapa 
tidak ada satu pun program pembangunan yang dilakukan untuk mencegah kelaparan 
di wilayah pegunungan. "Saya malu, orang Papua mati karena kelaparan," ujarnya

Pemerintah daerah selalu memaparkan jumlah kemiskinan di Papua untuk 
mendapatkan dana bantuan, tetapi kematian akibat kelaparan terus berlangsung. 
Yang mengakibatkan panen gagal adalah fenomena alam yang sudah berlangsung 
sejak bumi ini ada, kenapa tidak ada satu pun orang yang memikirkan bagaimana 
cara menghadapinya. 

Markus menilai, Pemerintah Kabupaten Yahukimo dan Pemerintah Provinsi Papua 
hanya menggembor-gemborkan keberhasilan pembangunan yang dilakukan melalui 
media, ternyata yang terjadi di lapangan adalah sebaliknya.

"Adanya kematian ini juga merupakan teguran dari Tuhan untuk menyadarkan 
pemimpin di Tanah Papua untuk mengoreksi diri. Jangan hanya bicara di atas 
awang-awang, tetapi harus membuat program pembangunan yang membumi," ujarnya.

Ketua DPRD Papua Barat Jimmy Idjie mengaku malu dan kecewa atas bencana 
kelaparan. Ini menjadi koreksi bagi semua pihak bahwa apa yang sudah dilakukan 
selama ini keliru karena kebutuhan mendasar rakyat Papua diabaikan, akibatnya 
banyak yang mati karena kelaparan.

Dari catatan SP pada tahun 2005, Kabupaten Yahukimo dilanda kelaparan. Dalam 
jangka waktu dua bulan, November-Desember 2005 yang meninggal dunia 55 orang. 
Presiden SBY memerintahkan Menko Kesra yang menurunkan tim interdepartemen 
membangun di berbagai sektor selama enam bulan. 

Hasil kerja tim yang menghabiskan uang Rp 40 miliar itu diresmikan SBY pada 28 
Juli 2006 dengan melakukan panen raya umbi-umbian di Pasema. Umbi-umbian yang 
dipanen merupakan varietas unggul yang diberi nama Solossa Wamena, Pattipi 
Wamena, Cangkuang, dan Halaleke. [154]



--------------------------------------------------------------------------------


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke