Refleksi : Makin besar Golkar makin besar pula bencana dialami rakyat, lihat 
saja apa yang terjadi selama 32 tahun dibawah kekuasaan Soeharto dengan Golkar 
sebagai  partai pemerintah. Soeharto kaya raya, hasil korupsi disembnyikan 
diberbagai pelosok dunia yang menurut badan PBB  StAR jumlah harta haram tsb 
adalah US$ 50,-- milyar. Jumlah ini kurang lebih sama dengan cadangan devisa 
NKRI. Pertamina  rugi US$ 10,-- Milyar dibawah kekuasaan Golkar. Akibatn 
kekuasaan 32 tahun  sekarang  42 juta rakyat menjadi miskin melarat menjadi 
pengemis pada hari-hari raya agama. 


http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50742:golkar-berada-di-dalam-pemerintahan-bukan-jaminan&catid=15:sumut&Itemid=28


            Tuesday, 08 September 2009 12:34           
     
      Golkar: Berada di dalam pemerintahan bukan jaminan  
     
      WASPADA ONLINE
       
      MEDAN - Ketua DPP Partai Golkar, Burhanuddin Napitupulu, mengatakan 
posisi sebagai bagian dari pemerintahan ternyata tidak menjadi jaminan Partai 
Golkar bisa semakin besar dan semakin kuat serta menjadi pemenang pada pemilu 
legislatif dan juga pemilihan presiden.

      "Berada di dalam pemerintahan ternyata bukan jaminan kita bisa menang dan 
berjaya pada pemilu berikutnya. Buktinya, pada pemilu 2009 kita justru bisa 
dikatakan gagal," katanya di Medan , tadi pagi.

      Ia mengatakan, Partai Golkar sesungguhnya memiliki modal yang cukup besar 
untuk berbuat banyak sekaligus membangun kekuatan guna menghadapi pemilu.

      Selain posisi Wakil Presiden yang ditempati ketua umum DPP Partai Golkar 
HM Jusuf Kalla, partai berlambang pohon beringin itu juga menempatkan kader 
terbaik di posisi ketua DPR RI serta empat kader lainnya sebagai menteri.

      "Hasilnya apa? Sekali lagi semua itu hanya membuktikan, berada di 
pemerintahan tidak menjamin kita bisa menang," ujarnya.

      Tentang kemungkinan menjadi oposan dari pemerintahan mendatang, 
Burhanuddin Naputupulu yang juga koordinator Wilayah I Partai Golkar NAD-Sumut 
itu juga menilai hal itu tidak serta merta menjadi jaminan partai itu akan 
dipilih rakyat pada pemilu berikutnya.

      "Oposisi juga belum tentu yang terbaik. Buktinya juga sudah cukup nyata, 
dimana PDI Perjuangan juga tidak mudah untuk mendapatkan dukungan rakyat," 
katanya.

      Menurut dia, partai politik dewasa ini dihadapkan pada pilihan-pilihan. 
Khusus bagi Partai Golkar, pilihan-pilihan yang ada justru tidak dihadapi 
dengan kebersamaan. Kini kita seolah-olah tidak ada lagi kebersamaan. "Meski 
sama-sama baju kuning, kini kita sulit untuk bersatu," ujarnya.

      Burhanuddin juga mengatakan Partai Golkar kini berada pada posisi yang 
cukup mengkhawatirkan. Ia bahkan mengibaratkan Partai Golkar tengah berdiri di 
tepi jurang dan setiap saat bisa jatuh dan kemudian tinggal sejarah.

      "Itu kondisi kita saat ini. Karenanya kita harus bisa segera bangkit dan 
kembali membangun kekuatan kita sebagai partai besar. Kita juga harus bisa 
mementahkan ramalan banyak orang, bahwa Partai Golkar pada Pemilu 2014 tinggal 
mendapat dukungan dibawah 10 persen suara rakyat Indonesia," katanya.

      Terkait suksesi kepemimpinan di tubuh Partai Golkar pada Musyawarah 
Nasional (Munas) VIII yang rencananya akan digelar di Pekanbaru, Riau, awal 
bulan depan, Burhanuddin mengatakan setiap kader berhak memimpin partai itu.

      Namun demikian ia mengingatkan jangan sampai ada yang mengambil 
kepemimpinan secara paksa, karena hal itu hanya akan membuat rakyat semakin 
muak dan para kader akan semakin meninggalkan partai itu.

      "Jangan juga karena berbeda dukungan kita kemudian terpecah-belah, 
padahal kita sama-sama Partai

      Golkar. Mari sama-sama kita hormati dan selamatkan partai yang besar ini. 
Mari kita bangkit dan berjuang untuk mengembalikan kejayaan Partai Golkar," 
ujarnya. 


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to