Idul Fitri dan Menjaga Kebersamaan

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri



Atas perkenan dan pertolongan Allah, kita, Alhamdulillah, telah berhasil
menyelesaikan ujian Tuhan terhadap kita dengan merampungkan kewajiban
berpuasa sebulan suntuk di bulan Ramadan. Marilah kita rayakan dengan penuh
kesyukuran dan ketakwaan, seraya merenungi hikmahnya yang agung.


Tugas puasa yang telah kita selesaikan, sebenarnya merupakan gemblengan bagi
mencapai kemerdekaan diri yang sesungguhnya. Merdeka dari penjajahan
penjajah paling laknat yang sekaligus kekuasaannya paling membelenggu diri
kita: nafsu dan syahwat yang mendapat dukungan setan.


Dengan dukungan setan, selama ini nafsu dan syahwat telah berhasil menguasai
diri dan memperbudak banyak pribadi manusia. Sehingga acapkali bahkan
berhasil membuat pribadi-pribadi itu lupa kemanusiaannya. Mereka menjadi
kejam melebihi binatang buas, rakus melebihi hewan, memangsa siapa saja,
melalap apa saja; tak terkecuali sesama mereka. Melebihi hewan dan binatang,
karena memang mereka mempunyai kelebihan-kelebihan yang tak dimiliki hewan
dan binatang.



Sebenarnya, oleh kasihsayang Allah, manusia telah dibekali hati nurani dan
akal pikiran yang didukung oleh malaikat, bagi mendapatkan kesempuranaan
hidayah. Hati nurani dan akal pikiran itulah yang merupakan sumber dari
segala kelebihan manusia. Dengan nurani dan akal pikiran itu sebenaranya
manusia, bisa mencapai ketinggian martabat paling tinggi di atas
makhluk-makhluk Allah yang lain. Namun, seringkali nafsu dan syahwat
dipesonakan setan kepada gemerlap dan kenikmatan kehidupan duniawi sesaat,
sehingga mengaburkan mata hati manusia dan kemudian menjerumuskannya ke
jurang kerendahan paling rendah.


Di bulan suci Ramadhan kemarin, sementara setan dibelenggu, nafsu dan
syahwat kita hajar. Ruang-geraknya kita batasi. Sementara, dominasi atas
diri, kita kembalikan kepada nurani dan akal pikiran. Kita pun menjadi
manusia yang benar-benar merdeka.


Setelah merdeka dari penjajahan nafsu dan syahwat kita sendiri, melawan dan
mengusir penjajah dari luar kita kiranya akan lebih ringan. Maka,
berbahagialah mereka yang di bulan bahagia ini dan seterusnya dapat
mempertahankan kemanusiaan dan kemerdekaannya.


Agaknya, di samping tentu saja berkat taufik Allah, kemauan keras dan
terlebih-lebih kebersamaan kita telah membuat musuh dalam diri kita bersama
itu tidak dapat berbuat banyak. Puji dan syukur kepada Allah. Kalaulah kita
bertekad mempertahankan kemenangan dan kemerdekaan ini, bertekad terus
waspada melawan musuh kita itu, apakah kita akan tetap dalam kebersamaan,
ataukah kita akan sendiri-sendiri menghadapi mereka?


Dalam kebersamaan, ternyata kita menjadi jauh lebih perkasa. Bukan saja
karena keterbatasan masing-masing, kita menyatu saling mengisi menjadi
kekuatan yang tak terbatas; tapi lebih dari itu, dalam kebersamaan–tidak
seperti dalam kesendirian–rasa malu dan sungkan, terutama kepada Allah,
dapat membudaya; sesuatu yang dapat menjadi benteng ampuh menghadapi gencar
dan canggihnya godaan. Dengan kebersamaan, terbukti tugas-tugas berat pun
menjadi terasa ringan kita lakukan dan kenikmatan terasa lebih nikmat kita
enyam. Dan kebersamaan bukan lain merupakan ciri mereka yang sehati. Ciri
orang-orang mukmin. Ciri kita, seperti Firman Allah di ayat 71 surat 9. al-
Taubah,“Dan orang-orang mukmin lelaki dan orang-orang mukmin wanita,
sebagian mereka adalah kekasih sebagian yang lain; mereka menyuruh kepada
makruf dan mencegah kemungkaran, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
mentaati Allah dan Rasul-Nya. Merekalah orang-orang yang akan dirahmati
Allah. Sesungguhnya, Allah itu Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.”


Nah, dalam rangka membina kondisi dan menjaga kebersamaan itu, marilah modal
spiritual Ramadhan, kita manfaatkan sebaik-baiknya. Kita jaga agar diri-diri
kita tetap akrab dengan kemanusiaan kita dan keimanan kita. Kita jaga agar
musuh dalam diri kita tidak berdaya memperdayakan kita terutama dalam
usahanya mengurai ikatan Allah atas sesama kita. Jangan kita biarkan musuh
kita menggunakan perbedaan-perbedaan status, aspirasi dan pendapat diantara
kita, sebagai belati pengoyak persaudaraan yang telah ditetapkan Allah atas
kita.


Kiranya, masih dalam rangkaian menjaga kebersamaan itu juga, setelah kita
ber-husnuddhan kepada Allah bahwa hari ini Allah telah mengampuni dosa-dosa
kita, marilah kita saling melebur dosa-dosa di antara kita sendiri dengan
saling memaafkan, seraya bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan. Sehingga
dengan demikian, sempurnalah kesucian diri kita; bersih dari dosa kepada
Allah SWT dan bersih pula dari dosa kepada sesama. Dan kita bisa memulai
kembali hidup dan kehidupan ini dalam kesucian dan kefitrian. Semoga.



Penulis adalah pemimpin Pondok Pesantren Roudhotut Thalibin, Rembang.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke