*Kolom IBRAHIM ISA*

*Jum'at, 02 Oktober 2009*

*-------------------------------*


*Sukses Besar Tiongkok Adalah Berkat 'SOSIALISME Dengan Ciri TIONGKOK'*


*<Menyambut Ultah Ke-60 Republik Rakyat Tiongkok>*


Dari jauh, -- -- -- Melalui media TV, radio dan internet seluruh dunia 
ikut menyaksikan kemegahan PERAYAAN 1 OKTOBER 2009 di Tiongkok. Perayaan 
itu adalah yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah RRT. Yang 
dimulai dengan 60 tembakan meriam salvo. Frederic J. Brown, wartawan AFP 
yang turut hadir dan tampak ikut-ikut juga terpesona, dengan judul 
PERAYAAN 60TH KOMUNIS TIONGKOK MEGAH, menulis a.l:


'Pasukan wanita milisia Tiongkok turut ambil bagian dalam parade 
peringatan 60^th berkuasanya Partai Komunis di Lapangan Tiananmen pada 
parade hari nasional di Beijing. Barangsiapa peduli dengan sejarah 
modern Tiongkok, khususnya mengenai perang dalam negeri antara KMT dan 
PKT, tidak heran dengan turut sertanya milisia wanita dalam parade 
militer itu. Karena tau bahwa di P. Hainan, ketika berlangsung perang 
gerilya yang memimpin revolusi agraria di situ, kekuatan bersenjatanya 
a.l terdiri dari pasukan gerilya yang dikenal dengan nama Detasemen 
Wanita Merah. Mao Tsetung pernah mengatakan bahwa WANITA ADALAH 
PENYANGGA SEPARUH LANGIT. Epik perjuangan bersenjata Detasemen Wanita 
Merah di P Hainan tsb diangkat menjadi sebuah film cerita dan seni tari 
balet. Dengan demikian hendak menunjukkan penghargaan dan perhatian 
terhadap peranan wanita dalam revolusi. Film Detasemen Wanita Merah tsb 
pada tahun 1950-an pernah dipertunjukkan di bioskop-bioskop Jakarta. 
Kebetulan aku pernah melihatnya!


Tulis Brown lagi: Parade militer dan pawai megah dan kolosal ditampilkan 
untuk melambangkan kemajuan dan kebangkitan raksasa Asia ini. Parade 
melibatkan 500 tank dan berbagai peralatan baru militer produksi dalam 
negeri, termasuk 150 pesawat yang bermanuver di udara. Komentar orang: 
Sungguh suatu SPEKTAKEL!


Dua hal yang ditonjolkan dalam liputan AFP tsb. Bahwa peringatan itu 
megah! Dan bahwa peringatan itu adalah peringatan TIONGKOK KOMUNIS. 
Meskipun peringatan itu adalah peringatan nasional dan dirayakan oleh 
seluruh bangsa, namun Wartawan Brown tidak salah. Kemegahan 1 Oktober 
tsb adalah prestasi kaum Komunis Tiongkok. Adalah kemegahan Komunis 
Tiongkok.


Menyaksikan perayaan Ultah ke-60^ RRT dan mengikuti pemberitaan mengenai 
kemajuan yang dicapai Tiongkok, 'kita-kita' ini merasa turut gembira, 
ikut bangga. Tiongkok adalah satu-satunya negeri di Dunia Ketiga yang 
sekarang ini berhasil menduduki tempat SEJAJAR dengan kekuatan-kekuatan 
ekonomi dan militer di dunia, khususnya Amerika Serikat. Suatu kekuatan 
raksasa di arena internasional yang ikut menentukan haridepan Asia dan 
dunia. Ini merupakan perkembangan dan kemajuan Tiongkok yang luar bisa. 
Dengan membandingkan situasi Tiongkok lebih 60 th yang lalu, selagi 
Tiongkok di bawah KMT. Tiongkok ketika itu merupakan negeri yang 
terbelakang, lemah, kacau, miskin dan tergantung pada luar. Sedangkan di 
dalam negeri tak henti-hentinya berkecamuk perang dalam negeri yang 
berkepanjangan.


* * *


Sekarang, seperti termanifestasi dalam Perayaan di Lapangan Tianmen 
Tiongkok adalah sebuah negeri yang makmur, maju, kokoh dan stabil, 
bersatu dan hamornis.

Betapapun orang punya 'pendapat begini' atau 'begitu' terhadap 
perkembangan di Tiongkok dewasa ini, terpaksa mengakui bahwa MEREKA 
BERHASIL. Sosialisme Tiongkok sukses!


Antusiasme 'kita-kita' ini, orangAsia, yang sama-sama dari Dunia Ketiga, 
tercermin juga a.l dari tulisan Dahlan Iskan, pemimpim s.k. Jawa Pos, 
yang hadir di situ (rupanya) atas undangan fihak Tiongkok. <Baca saja 
artikelnya di Jawa Pos, hari ini 02 Oktober, 2009, berjudul SHO ZHANG 
HAO! Artinya: Baik Komandan! <Tolong cek Bung Chan CT apa sudah benar 
terjemahan itu, I.I>.


* * *


Tahun 2008, dunia menyaksikan keunggulan dan kemegahan Republik Rakyat 
Tiongkok dalam mengorganisasi pesta olah-raga Olympiade Beijing. 
Olympiade Beijing mendemonstrasikan kebolehan dan keunggulan banyak 
olahragawan Tiongkok. Pesta olahraga internasional itu diakhiri megah 
dan indah dengan Tiongkok menggondol medali emas dan jumlah total medali 
paling atas. Negeri-negeri Dunia Ketiga, ikut bergembira dan bangga atas 
sukses yang dicapai Tiongkok.


Memasuki Ultah Ke-60, Republik Rakyat Tiongkok tampil sebagai 
satu-satunya, dan mungkin dalam skala dunia keseluruhan , sebagai negeri 
dunia ketiga yang paling berhasil melampaui dengan 'selamat' krisis 
finansial global yang melanda ekonomi dunia belakangan ini. Sehubungan 
dengan ini, *Orville Schell*, Direktur Centre Hubungan AS-Tiongkok di 
Asian Society, menulis al sbb: Adalah menggoncangkan secara intelektual 
dan politik menyaksikan bahwa, --- bila Barat tidak bisa cepat 
membereskan sistim pemerintahannya, ---- hanyalah negara-negara yang 
secara politik belum-direformasi, negara-negara seperti Tiongkok, yang 
akan mampu mengambil keputusan yang diperlukan suatu nasion, untuk bisa 
survive dalam dunia yang semakin terglobalisasi dalam kecepatan tinggi 
dan teknik tinggi.


Apa yang dinyatakan Schell, bahwa Tiongkok merupakan negeri yang secara 
politik 'belum-direformasi', itu adalah tafsiran pribadinya sendiri. 
Kenyatannya ialah, selama 60 tahun sejak berdirinya RRT, Tiongkok Baru 
sudah bekali-kali mengalami reformasi. Teramsuk reformasi politik. 
Masalahnya ialah bahwa REFORMASI yang berlangsung di Tiongkok itu, tidak 
seperti reformasi politik yang diharapkan Barat. Mengikuti sistim 
politik Barat.


Kemajuan luar biasa yang dicapai Tiongkok, dalam pembangunan ekonominya, 
khususnya dalam 20-30 tahun belakangan ini, adalah berkat reformasi atau 
PERUBAHAN dan KETERBUKAAN terhadap dunia luar khususnya. Halmana 
merupakan kelanjutan wajar dari penyimpulan yang mereka lakukan sendiri 
mengenai pengalaman hampir sepuluh tahun 'Revolusi Kebudayaan'.


Reformasi: Keterbukaan dan Perubahan yang berlangsung di Tiongkok, 
dihidupkannya peranan pasar secara besar-besaran, dan serentetean 
kebijakan di bidang ekonomi yang memanfaatkan teknologi, manejemen dan 
modal asing, merupakan pelaksanaan apa yang dinyatakan oleh Tiongkok 
sebagai SOSIALISME TIONGKOK. Sebagai kebijakan SATU NEGERI DUA SISTIM. 
Yang mereka nyatakan sebagai p*entrapan Sosialisme* pada kondisi 
kongkrit Tiongkok.



Perkembangan ini menunjukkan bahwa: P_*ertama*_, Sosialisme berhasils 
survive di Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok merupakan inti pimpinan 
negeri dan negara. Menjadi tenaga penggerak kemajuan negeri dan bangsa. 
_*Kedua*_*,* survival Sosialisme Tiongkok menjadi mungkin, karena, 
pimpinan politik negeri itu menempuh kebijakan 'keterbukaan dan 
perubahan'. Di Uni Sovjet dan negeri-negeri Eropah Timur lainnya, sistim 
politik dan ekonomi sosialisme yang mereka bangun puluhan tahun lamanya, 
mengalami kemacetan dan akhirnya kehancuran. Kegagalan sistim sosialis 
yang dipraktekkan, pertama-tama disebabkan oleh faktor intern 
masing-masing negeri dan kekuatan politik yang memimpinnya.


Mengenai KETERBUKAAN dan PERUBAHAN, yang diprakarsai dan dimotori oleh 
pemimpin utama Den Xiaoping, sampai menjadi garis umum partai dan negara 
RRT, berlangsung di Tiongkok, hal itu terjadi melalui perjuangan intern 
di dalam Partai Komunis Tiongkok yang amat sengit.


Kebijakaan garis 'Keterbukaan dan Perubahan' di Tiongkok, yang secara 
populer disebut sebagai 'Sosialisme Dengan Ciri Tiongkok', terdapat 
tanggapan maupun kritik. Ada yang membenarkannya, ada yang mengambil 
sikap 'wait and see', maupun tegas-tegas menyalahkannya sebagai jalan 
kapitalis. Terhadap kritik-kritik tsb aku ingat tanggapan salah seorang 
pimpinan Tiongkok yang mengatakan, a.l.: Orang lain, negeri lain, boleh 
saja memaklumkan yang dinamakan Sosialisme itu yang seperti apa. Kami, 
bangsa Tionghoa, juga punya hak untuk memaklumkan apa Sosialisme itu. 
Kami nyatakan, 'Sosialisme Dengan Ciri Tiongkok' adalah jalan sosialis 
yang cocok bagi rakyat dan negeri Tiongkok. Itu hak kami menentukannuya.

Dalam salah satu percakapanku dengan seorang dari pimpinan Tiongkok, ia 
menandaskan bahwa URUSAN TERBESAR KAMI ADALAH BAGAIMANA MEMBERI MAKAN 
CUKUP DAN KEHIDUPAN YANG LAYAK BAGI LEBIH DARI SATU MILYAR RAKYAT 
TIONGKOK. Jalan yang kami tempuh ini adalah jalan untuk memenuhi tugas 
besar tsb. Jalan ini dirintias atas dasar penyimpulan pengalaman lampau. 
Dalam arti tertentu ia juga merupakan suatu eksperimen! Kata-kata itu 
kudengar hampir sepuluh tahun yang lalu.


Pada peringatan 60 tahun RRT, Perdana Menteri RRT Wen Jiabao menyatakan:
"Dalam 40 tahun lagi, pada peringatan ke-100 tahun, kebangkitan negara 
kita akan menjadi kenyataan. Pada saat itu, China akan menjadi negara 
yang makmur, kuat, demokratik, beradab, harmoni dan menjadi negara 
sosialis yang maju di belahan bumi Timur,"


* * *


Baik juga kiranya menutup tulisan ini dengan sedikit menyimak bagaimana 
sikap generasi muda Tiongkok terhadap situasi Tiongkok sekarang dan 
haridepan bagi Tiongkok. Ini a.l dapat diikuti dari wawancara sejumlah 
anggota Liga Pemuda Komunis Tiongkok dan anggota PKT, dengan wartawan 
CNN di Beijing, Emily Chang (Disiarkan oleh HKSIS, 2 Okt 2009). Emily 
berdialog dengan tiga mahasiswa berpakaian kasual, berjins, yang berusia 
18 dan 23 tahun. Demikian antara lain tulis Emily Chang:


"Saya pikir komunisme merupakan sebuah kondisi masyarakat ideal yang 
dikejar setiap orang," kata Natalie Chen, mahasiswa tingkat pertama 
berusia 18 tahun yang mengambil jurusan keuangan di Guanghua School of 
Management Universitas Peking.

"Dalam masyarakat komunis, segala sesuatunya berlaku adil di bidang 
ekonomi, politik, dan pendidikan. Setiap orang punya kesempatan yang 
sama dan itu merupakan masyarakat yang hebat," tambahnya.
 
"Apakah menurutmu semua hal telah berjalan adil di China?" tanya Emily 
kepada Natalie. "Untuk saat ini saya harus katakan tidak. Namun kami, 
bagaimanapun, membuat kemajuan ke arah sana," jawab Natalie.

Mahasiswa muda seperti Chen adalah masa depan Partai Komunis China, yang 
sekarang merupakan partai politik terbesar di dunia dengan 75 juta 
anggota. Partai itu telah melewati jalan yang panjang


"Kami mendiskusikan sains, mendikusikan pemikiran, mendiskusikan segala 
sesuatu," tambah Lin De-yuan (23), mahasiswa tingkat pertama studi 
Marxis di Chinese Youth University of Political Sciences. Dia 
menyarankan Emily (CNN) untuk membaca buku karya Karl Marx dan Frederick 
Engels, Communist Manifesto.

Generasi muda China dikecam terlalu mementingkan pekerjaan yang 
menjanjikan ketimbang mendalami masalah politik. Saat ini, sudah lumrah 
bahwa orang muda bergabung dengan partai bukan karena mereka tertarik 
gagasan komunisme, melainkan lebih karena mereka melihat bergabung 
dengan partai komunis bagus untuk (/resume/) riwayat hidup mereka.

Chen, Zhang, dan Lin menyangkal mereka bergabung dengan partai itu demi 
keuntungan pribadi. Chen berencana menjadi seorang bankir atau politisi. 
Zhang bercita-cita menjadi guru dan Lin bermimpi menjadi wasit NBA. 
Namun, mereka mengakui, bergabung dengan partai itu mungkin punya 
sejumlah keuntungan dan sejumlah orang secara aktif menggunakan 
keanggotaannya di partai untuk mencapai tujuan tertentu.

"Memang, beberapa orang bergabung dengan partai dengan tujuan pribadi 
mereka untuk mendapat pekerjaan yang baik atau mendapat promosi," kata 
Chen. "Namun, karena itulah kami masih berjuang keras melawan korupsi di 
partai." Demikianlah wawancaa wartawan CNN Emily dengan tiga orang 
anggota Liga Pemuda Komunis Tiongkok dan anggota PKT.


* * *


Menyaksikan Tiongkok Baru maju menyongsong hari depan negeri dan 
rakyatnya dengan derap langkah-langkah yang mantap, sungguh menggembirakan.


Rakyat Indonesia pasti menyambut berderapnya Tiongkok Baru menghadapi 
perkembangan masa kini dan masa depan, dengan rasa gembira, persahabatan 
dan saling menghormati.


* * *










[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke