http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/12/07/EB/mbm.20091207.EB132136.id.html

Tenaga Kerja Indonesia
Berebut Legit Duit TKI

Bisnis jasa pengiriman uang kian diminati. Perbankan nasional menyerbu 
negara-negara kantong TKI. Pasar gemuk, keuntungan bertumpuk.
MONEY changer, tak lagi," kata Mila Rahayu, tenaga kerja Indonesia di Kuala 
Lumpur, Malaysia, dengan logat Melayu yang sangat kental. Perempuan 30 tahun 
itu kini memilih jasa perbankan untuk mengirimkan ringgit kepada keluarga di 
Langkat, Medan, Sumatera Utara. 

Alasannya, kata Mila, biaya pengiriman melalui bank jauh lebih murah ketimbang 
money changer. Selisihnya bisa dua kali lipat. Untuk pengiriman kilat-satu 
hari-Rp 1 juta, misalnya, Mila dipungut RM 20. Adapun jasa pengiriman 
biasa-lebih dari tiga hari-ditarik ongkos separuhnya. "Kalau nak lambat, bayar 
cuma RM 10." 

Dua pekan lalu, Mila ke Mandiri Remittance di daerah Pahang, Kuala Lumpur. 
Mandiri International Remittance Sdn. Bhd. adalah anak perusahaan Bank Mandiri 
yang khusus melayani pengiriman uang. Kantor ini baru saja diresmikan 
pengoperasiannya oleh Direktur Utama Mandiri Agus Martowardojo, 29 November 
lalu. 

Mila menjadi nasabah pertama yang menggunakan layanan pengiriman uang alias 
remittance Bank Mandiri. Ibu satu anak ini menyetor RM 365 untuk Rp 1 juta yang 
akan dikirimkan ke Langkat. Biayanya RM 8. "Lebih irit," kata karyawan toko 
baju bekas di kawasan Gombak, Kuala Lumpur, itu. Sudah dua tahun Mila bekerja 
di sini. Saban dua pekan ia mengirimkan sebagian gaji ke kampung untuk biaya 
sekolah anaknya, Rizki, yang baru kelas satu sekolah dasar. 

Setelah administrasi pengiriman beres, Mila buru-buru menelepon Muhammad 
Syafii, ayahnya, di Langkat. Suara di seberang memastikan uang telah masuk ke 
rekening tabungan. "Begitu dana ditransfer, langsung terkredit di rekening 
penerima," kata Agus. Tapi, bila penerima menggunakan rekening bank lain, akan 
mengikuti sistem kliring domestik. Esok harinya baru sampai. 

Bisnis pengiriman uang memang sedang seksi. Potensi pasar besar, terutama TKI 
yang berlimpah di Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Korea, hingga Arab Saudi. Duta 
Besar Indonesia di Malaysia, Dai Bachtiar, mengatakan, di negara ini saja, ada 
dua jutaan TKI, termasuk yang masuk secara ilegal. Di sektor formal, ada 
sekitar 5.000, di antaranya menjadi karyawan Petronas dan Bank Negara Malaysia. 

Kendati setahun terakhir pemerintah Indonesia menyetop pemberangkatan TKI ke 
Malaysia, selama proses perundingan, perbankan nasional tetap membanjiri negeri 
jiran. Mandiri, misalnya, setelah meresmikan tiga kantor remitansi November 
lalu, akan menambah lima lagi, bulan ini. Tahun depan, akan ditingkatkan 
menjadi 30 kantor. 

BNI lebih dulu nyemplung ke Malaysia, kendati cuma dalam bentuk remittance 
representative. Unit serupa dibikin di Riyadh, Jeddah, Dubai, Abu Dhabi, dan 
Qatar. BNI juga mendirikan anak perusahaan-BNI Remittance Limited-di Hong Kong 
dan remittance centre di Singapura. Sebuah sistem smart remittance pun 
dipasang, bekerja sama dengan 37 koresponden di sembilan negara, yakni Brunei, 
Malaysia, Taiwan, Abu Dhabi, Dubai, Qatar, Bahrain, Kuwait, dan Oman. "Pasarnya 
fantastis," kata General Manager Divisi Internasional BNI Shahyohan Johnny 
Azis. 

BCA juga tak mau ketinggalan. Bank swasta nasional terbesar ini berencana 
membuka sepuluh kantor remitansi di Malaysia tahun depan. Sekarang bank ini 
memiliki lima kantor cabang di Hong Kong. Wakil Direktur Utama BCA Jahja 
Setiaatmadja mengatakan potensi bisnis pengiriman uang kian kinclong seiring 
dengan prediksi membaiknya perdagangan dan peningkatan jumlah TKI. 

Per triwulan ketiga 2009, bisnis remitansi BCA tercatat US$ 33 juta (Rp 330 
miliar) dan sampai akhir tahun bisa US$ 43 juta. Tahun depan Jahja berharap 
bisa bertumbuh 10-12 persen. Adapun BNI menargetkan pendapatan Rp 166 miliar 
pada 2009. Tahun depan diharapkan tumbuh 20 persen. Target Bank Mandiri lebih 
pesat, tumbuh 30 persen per tahun. Pasar terbesar, Malaysia, saat ini mencapai 
Rp 7 triliun setahun. 

Pasar mereka meningkat karena memberi iming-iming biaya murah dan nilai tukar 
kompetitif. BNI mencoba memikat dengan ongkos Rp 25 ribu per transaksi. Bahkan, 
bila uang yang dikirim dalam bentuk dolar Amerika, dan diterima dalam bentuk 
rupiah, "Provisi kiriman uang gratis," kata Shahyohan. Inilah yang 
ditunggu-tunggu Mila dan rekan-rekannya. Makin subur kompetisi, mereka akan 
diuntungkan. 

Retno Sulistyowati (Kuala Lumpur) 

Bisnis Remitansi (Juta)** 

BNI 

  a.. Incoming transfer US$ 11,2 
  b.. Outgoing transfer US$ 11,6 
  c.. Pendapatan** Rp 124 
  d.. Total US$ 22,8
Bank Mandiri 

  a.. Incoming transfer US$ 18,5 
  b.. Outgoing transfer US$ 23 
  c.. Total US$ 41,5
BCA 

  a.. Total US$ 33
* Per triwulan ketiga 2009, 
** fee based (miliar)


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke