Refleksi : Kalau ada serangan musuh pasti SBY lari tunggang langgang, karena 
baru demo rakyat saja melenggang ke Bali.  

    

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=803fce03a8d1123afbbdbbbad0c4377d&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a&PHPSESSID=646ada6d3e15894ab2a1a4570a2ec4a7


Jakarta Tegang, SBY Melenggang 
Rabu, 9 Desember 2009 | 13:05 WIB 
 


JAKARTA - Unjuk rasa besar-besaran memperingati Hari Antikorupsi Sedunia di 
Jakarta dan kota-kota lain di tanah air, Rabu (9/12), berjalan damai meski 
dalam suasana tegang. Aksi jauh dari kesan berupaya menggulingkan Pemerintah 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

SBY sendiri terbang ke Bali menghadiri  Bali Democracy Forum yang juga dihadiri 
PM Jepang Yukio Hatoyama. Setelah menyampaikan pidato menyambut Hari 
Antikorupsi Sedunia di Istana Jakarta, tadi malam, dan berpesan agar demo tak 
ditunggangi, SBY pukul 09.00 rapat dengan sejumlah menteri di Istana. 

Pasukan keamanan bersenjata tampak berjaga di depan pagar Istana yang 
dikelilingi kawat berduri. SBY terbang ke Bali sebelum massa bergerak menuju 
Istana pukul 11.30. Jubir Kepresidenan Julian Aldrin Pasha membantah SBY 
menghindar, namun acara ke Bali itu sudah dijadwalkan sejak lama.

Namun sampai pukul 12.00 tadi, pesawat SBY yang sedianya take off pukul 11.30 
di Bandara Halim Perdanakusumah tertahan akibat cuaca buruk. Presiden bertahan 
di ruang tunggu VVIP, sementara sebagian rombongan sudah berada di dalam 
pesawat khusus kepresidenan Boeing 737-500.

Sementara pihak demonstran berduka karena Andy Farali, orator unjuk rasa di 
Hotel Indonesia tiba-tiba pingsan dan meninggal dalam perjalanan ke rumah 
sakit. Andy diduga kecapaian karena memimpin rapat-rapat rencana Gerakan 
Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) Pemalang, Jabar. 

Ketakutan pengusaha akan terjadi kerusuhan seperti 1998 juga tak terbukti. 
Sampai pukul 12.00, hanya terjadi bentrokan kecil antara demonstran dan polisi 
di Makasar karena massa ingin menurunkan bendera merah putih menjadi setengah 
tiang. Di Surabaya, Blitar, Sumenep, dan Pamekasan, demonstran hanya terlibat 
aksi saling dorong dengan aparat keamanan. Sementara demo di Jakarta, malah 
sempat kocar-kacir akibat hujan. 

Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersengat sedikit. Dalam 
pembukaan perdagangan pagi tadi, IHSG di Bursa Efek Indonesia menjauhi angka 
batas psikologis 2.500 poin menjadi 2.478,933 atau turun 4,958 (0,14 persen). 
Namun, memasuki sesi siang pukuk 11.00, indeks bergerak positif  ke level 
2.484,52  atau naik 0,03% dibanding penutupan, Selasa kemarin. 

Hal sama juga terjadi pada transaksi rupiah yang diperdagangkan di level  
Rp9.465-Rp9.475 per dollar  atau turun 17 poin dibanding penutupan hari 
sebelumnya Rp9.445-Rp9.455.

Analis PT Sinarmas Sekuritas Alfiansyah mengatakan, aktivitas perdagangan agak 
lesu karena pelaku pasar menahan diri untuk aktif bermain di pasar.  Mereka 
khawatir karena adanya demo besar-besaran. Pelaku cenderung melepas sahamnya 
sehingga indeks BEI melemah 0,14 persen. 

Bila aksi demo itu yang ditopang oleh provokasi yang menimbulkan korban jiwa, 
kata pengamat pasar uang Edwin Sinaga, dikhawatirkan pasar akan negatif dan 
pergerakan rupiah juga akan terus melemah.

Antisipasi pemerintah terhadap demo akbar hari ini memang sangat serius. 
Sebanyak 14.000 personel keamanan sudah diterjunkan sejak tadi malam. Itu belum 
termasuk 555 personel Brimob Mabes Polri yang disiagakan sebagai cadangan.

Di Jakarta massa mulai tampak bergerak sekitar pukul 10.00 menuju bundaran HI. 
Aliansi Rakyat untuk SBY (ARUS), Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK), 
dan Aliansi Kepedulian Rakyat untuk Kemapanan Bangsa (Akrab) sudah tampak di 
lokasi. Disusul massa KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).

Koalisi Masyarakat Anti Korupsi (Kompak),  Gerakan Indonesia Bersih (GIB), 
Gerakan Bersama Antikorupsi (GEBRAK), Gerakan Peduli Bangsa, dan Badan 
Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) juga sudah tampak di sana.  
Mereka memakai jaket almamater masing-masing.

Aktivis Kompak, Effendi Ghazali, mengatakan 45 elemen yang turun ke jalan 
dengan jumlah massa tidak kurang dari 27.600 orang. 

Ketika hujan turun deras sekitar pukul 09.45, mereka berlarian kembali menuju 
bus masing-masing. Beberapa polisi yang bertugas di Bundaran HI, banyak yang 
meninggalkan lokasi. Ada juga yang hanya mengambil jas hujan dan tetap 
bertugas. Sementara massa dari KAMMI masih bertahan. "Kami akan tetap 
melanjutkan aksi," ujar salah satu pendemo.

Pada saat itu dua aktivis Kaum Muda Indonesia (KMI) masuk ke Gedung DPR/MPR 
yang dijaga satu panser, untuk melancarkan aksi mogok makan menuntut Wapres 
Boediono dan Menkeu Sri Mulyani bertanggung jawab atas skandal Century. Mereka 
sempat dihadang personel pengamanan dalam karena belum izin kepada humas. 

Mereka akhirnya diizinkan masuk dan duduk duduk di dalam gedung Nusantara II 
sambil menutup mulut mereka dengan lakban.

Sekitar pukul 11.30, beberapa menit sebelum massa bergerak dari Bundaran HI  ke 
tugu Monumen Nasional, Presiden SBY dikabarkan terbang ke Bali dari Bandara 
Halim Perdana Kusuma. Sementara itu Wakil Presiden Boediono berada di kantor 
lamanya Bank Indonesia Jakarta, menghadiri acara Forum Dialog Bersama Otoritas 
dan Pelaku Ekonomi. Boediono tampil seperti biasa meski dia mengaku tidak 
terbiasa dengan tekanan massa seperti ini.

Dalam forum ini, Boediono fokus pada tema yang dibicarakan dalam forum dan 
tidak menyinggung aksi massa yang sedang berlangsung di luar gedung BI. Sasaran 
aksi massa ini hanya sempat mengingatkan, ''Jangan lupa hari ini adalah hari 
pemberantasan korupsi nasional (bukan dunia), kita harus dukung karena ini 
merupakan bagian dari soft infrastructure.'' 

Memberikan keynote speech dalam forum ''Meneropong Ekonomi Indonesia Ke Depan: 
Peluang dan Tantangan Selanjutnya'', Boediono yakni ke depan Indonesia bisa 
sejajar dengan India, China, Brazil, dan Rusia. Boediono mengatakan hal itu 
mengutip media asing The Economist terbitan 10 September 2009 silam.

Aksi Di Jatim

Di Jawa Timur peringatan dilakukan dalam bentuk apel di halaman Gedung Negara 
Grahadi di Jl Gubernur Suryo, Surabaya pada pukul 07.30 yang diselenggarakan 
bersama oleh Tiga Pilar dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. Pada acara 
ini dikeluarkan deklarasi Antikorupsi.

Namun, pukul 11.00 di tempat yang sama, tiga elemen masyarakat berkumpul tepat 
di taman patung Gubernur Suryo, yakni Peduli Bangsa, Banteng Merah Putih, BEM 
Ubhara Surya. Diawali dengan aksi Gayatri, korban Bank Century yang mengenakan 
kalung dari ayam utuh yang telah dikuliti serta memakai topi yang terbuat dari 
tutup ember dan digantungi oleh lebih dari 10 mainan ular plastik.

Dengan begitu bersemangat, Gayatri berorasi. Perempuan ini meneriakkan agar 
segera ditangkapnya para perampok uang rakyat. Baginya, menteri keuangan dan 
pejabat yang terkait, saat ini sudah gagal menjalankan tugasnya. "Oleh karena 
itu ibu-ibu, mereka harus turun," teriaknya.

Peduli Bangsa, yang merupakan kelompok para petani dan nelayan gabungan dari 
Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, dan Gresik dengan kostum putih beraksen merah 
mengusung tema membangun kehidupan bangsa yang lebih baik.

Hartono, Ketua Umum Peduli Bangsa mengatakan bahwa aksi yang mereka gelar 
tersebut merupakan wujud dari rasa prihatin mereka terhadap keadaan bangsa ini, 
khususnya kehidupan para petani dan nelayan yang semakin tidak terurus.

Tidak lama, hampir secara bersamaan setelah itu datang dua kelompok lain, yakni 
BEM Ubhara dan Banteng Merah Putih. BEM Ubhara Surya yang meleburkan diri 
menjadi Aliansi Lembaga Kedaulatan Mahasiswa Ubhara Surya. 

Di Kantor Pos Kebonrojo, dekat Tugu Pahlawan, sekitar 100 anggota Angkatan Muda 
Muhammadiyah ikut menggelar aksi menulis surat ke Presiden SBY berisikan 9 
petisi antikorupsi. Mereka juga beorasi di Gedung DPRD Jatim Jl Indrapura, 
Surabaya, tak jauh dari Kantor Pos Besar. Salah satunya tentang pengusutan 
kasus Bank Century dan mendesak Boediono dan Menkeu Sri Mulyani mundur.

Di Sumenep, empat gelombang aksi menggebrak.  Yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam 
Indonesia (PMII) dan BEM se-Sumenep bergerak mendatangi kejaksaan negeri, 
pengadilan, Polres, dan Pemkab. Sedangkan massa elemen masyarakat yang 
tergabung dari Gerakan Bersama Masyarakat (GEBRAK) mendatangi Kantor DPRD 
Sumenep.

Sempat terjadi aksi dorong-mendorong antara massa PMII dengan aparat kepolisian 
di kejaksaan. Mereka memaksa masuk menemui Kepala Kejaksaan Sumenep Abd Azis. 
Aksi ini mereda setelah Kajari keluar menemui para demonstran.  Kasus dugaan 
korupsi yang belum diusut tuntas di Sumenep di antaranya kasus P2SEM. 

Di Blitar, aksi saling dorong terjadi antara massa dari Komite Rakyat 
Pembrantas Korupsi (KRPK) dengan petugas di depan Kantor DPRD Kota Blitar. 
Sekitar 50 orang yang mengusung keranda mayat dilarang masuk gedung dewan. 
Mereka juga menerikkan yel-yel turunkan SBY-Boediono. 

Suasana panas yang nyaris saling pukul, berhasil diredam setelah anggota dewan 
dari Partai Demokrat dan Partai Golkar bersedia menemui massa. Massa berhasil 
memaksa anggota dewan menandatangani pernyataan komitmen membrantas korupsi. 
''Saya siap berada di barisan depan," ujar anggota dewan Heru Suhariyanto. 

Sentral Masalah
Skandal dana talangan Bank Century menjadi sentral masalah pada Peringatan Hari 
Antikorupsi di Indonesia 2009. Rapat hari pertama aktifnya kembali Bibit Samad 
Riyanto dan Chandra Matra Hamzah sebagai pimpinan KPK, menyimpulkan ada korupsi 
pada penyaluran dana talangan Bank Century.

Chandra mengatakan, saat menjadi tersangka, posisi pemeriksaan Century baru 
pada tahap dimintakan bantuan dari Badan Pemeriksa Keuangan. "Saat ini 
pemeriksaan yang dilakukan oleh KPK masih bersifat "tertutup", tapi karena 
kesulitan memeriksa aliran dana, KPK melakukan pemeriksaan "terbuka" dengan 
minta bantuan kepada BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)," kata Chandra, Rabu (9/12).
"Ketika saya kembali lagi setelah tiga bulan, posisi BPK dalam laporannya di 
antaranya menyebutkan mengalami kesulitan mendapat informasi dari beberapa 
orang," tambah Chandra.

Chandra menolak menyebutkan "orang" yang sulit dimintai informasi oleh BPK itu. 
"Mereka ini tentu pihak-pihak yang terkait dengan penyaluran dana talangan 
kepada Bank Century itu," kata Chandra. "Hambatan yang dihadapi BPK dari 
kewenangan."
Masih gelapnya pengungkapan misteri penyaluran dana talangan kepada Bank 
Century senilai Rp6,7 triliun menjelang pelaksanaan Pemilu 2009, dan konflik 
"Cicak-Buaya" yang diduga juga bersumber dari perebutan "kewenangan" 
pemeriksaan atas kasus Bank Century, melatar-belakangi peringatan Hari 
Antikorupsi 9 Desember 2009.

Pemerintah yang cenderung defensive menghadapi masalah ini menciptakan suasana 
kecurigaan bahwa ada dana talangan yang mengalir ke kas partai politik tertentu 
menjelang Pemilu 2009. Ditambah lagi oleh sikap presiden yang dinilai lamban 
menyikapi tudingan bahwa Wapres Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani 
terlibat dalam skandal ini.

Pemerintah baru menyelesaikan konflik kepentingan antara KPK dan Polri dengan 
menghentikan kasus Bibit-Chandra dan mencopot Komjen Pol Susno Duaji dari 
jabatan Kabareskrim Mabes Polri. Susno merupakan pemicu konflik dengan 
pernyataannya yang menggambarkan kekuatan (peralatan) KPK sebagai cicak dan 
kekuatan Polri sebagai buaya.

Sementara tokoh lainnya yang diduga terlibat dalam rekayasa kriminalisasi 
pimpinan KPK seperti Anggodo masih belum tersentuh secara intensif-masih sama 
gelapnya dengan skandal Century itu sendiri. sit, mer, rif, wid, fiq, dik, iir

      Berita Terkait 
      . Masyarakat Belajar Melawan 
      . Kejaksaan Gelar Penyuluhan Hukum 
      . Pengusaha Ketakutan 
      . Perlunya Perda Wanita Kerja Malam Hari 
      . Kutukan 365 Hari 

  








[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke