Tambahan
Pendapat Margaret Marcus, seorang Yahudi, ttg zionisme:(terjemahkan Samsul 
Bachri)

Ketika saya berumur sepuluh tahun, saya bersekolah di sekolah Jewish Sunday 
yang diperbaharui. Segera saya terpesona dengan sejarah Yahudi yang tragis. 
Saya tertarik kepada cerita Ibrahim dan kedua anaknya Ismail dan Ishak. Ishak 
dianggap sebagai bapak orang Yahudi dan Ismail bapak orang Arab. Tidak saja 
orang Arab dan Yahudi bersamaan asal, tetapi sejarahnya pun saling berkaitan 
pada beberapa perioda. Telah saya pelajari bahwa di bawah pemerintahan Islam, 
khususnya di Spanyol, orang Yahudi mengalami masa keemasan dengan kebudayaan 
Ibraninya. Karena ketidaktahuan, tentunya terhadap sifat jahat Zionisme, secara 
naif saya mengira bahwa orang Yahudi Eropa kembali ke Palestina untuk menjadi 
orang semit lagi dan hidup seperti orang Arab. Sungguh saya sangat tergairahkan 
oleh prospek kerja sama antara orang-orang Arab dan Yahudi untuk menciptakan 
zaman keemasan baru seperti pernah terjadi di Spanyol.

Selama masa remaja, saya mengalami keterasingan sosial di sekolah karena saya 
senang menggunakan sebagian besar waktu saya untuk membaca buku-buku di 
perpustakaan dan tidak tertarik, kepada lain jenis, pesta-pesta, dansa, film, 
pakaian, perhiasan atau pun kosmetika. Saya beranggapan bahwa merokok adalah 
kebiasaan vulgar dan kemubaziran. Meskipun kenyataan di masyarakat mengharuskan 
seseorang untuk minum-minum di dalam pesta dengan tujuan agar dapat diterima 
secara sosial, dan kedua orangtua saya berpendapat bahwa pengumbaran diri 
sekedarnya dengan anggur tak dapat dipisahkan dari "kenikmatan hidup", namun 
saya belum pernah menyentuh minuman keras. Saya hampir tidak mempunyai teman 
selama delapan tahun di sekolah lanjutan pertama dan atas, karena saya hanya 
berbagi sedikit kegetiran dengan anak-anak laki-laki dan perempuan sebaya saya.

Pada tahun kedua di Universitas New York, saya bertemu dengan seorang gadis 
remaja dari keluarga Yahudi. Dia dan saya sama-sama mengikuti pelajaran dalam 
kelas yang diajar oleh Rabbi Yahudi berjudul Yudaisme dalam Islam.

Rabbi itu mencoba untuk memberikan bukti-bukti kepada para siswanya, dibalik 
kedok "perbandingan agama", bahwa segala yang baik dalam Islam itu dipinjam 
langsung dari perjanjian lama, Talmud dan Midrash. Buku teks kami, yang disusun 
oleh Rabbi ini juga (Judaism in Islam, Abraham I Katsh, Washington Square 
Press, New York 1954), menuliskan surat kedua dan ketiga dari Al-Qur'an ayat 
demi ayat, untuk melacak asal-usulnya dari sumber-sumber Yahudi. Kuliah ini 
diselingi juga dengan pemutaran film berwarna dan slide propaganda Zionis untuk 
mengagungkan negara Yahudi. Tetapi ironisnya, kuliah ini bukannya mampu 
meyakinkan saya akan keunggulan Yahudi atas agama Islam, tapi malah mengalihkan 
saya kepada pandangan yang sebaliknya.

Walaupun kenyataannya di dalam kitab Perjanjian Lama terdapat konsep-konsep 
universal tentang Tuhan dan cita moral luhur seperti yang diajarkan oleh para 
nabi, tetapi agama Yahudi selalu mempertahankan karakter kesukuan dan 
kebangsaan. Dan meskipun di dalamnya terdapat idealisme luhur, narnun kitab 
suci agama Yahudi itu bagaikan buku sejarah orang Yahudi saja layaknya sejarah 
ketuhanan dan kebangsaannya.

Parokialisme berpandangan sempit telah mendapatkan ungkapan modernnya dalam 
Zionisme (walaupun dalam bentuk yang sepenuhnya sekular). Perdana Menteri 
Israel, David ben Gurion, tidak beriman kepada Tuhan yang bersifat pribadi dan 
supranatural, tidak pernah mendatangi sinagoge dan tidak menaati hukum Yahudi, 
adat-adat maupun upacara-upacara, namun.ia dipandang sebagai orang Yahudi 
terbesar masa kini, bahkan juga oleh orang-orang yang taat dan ortodoks.

Sebagian besar pemimpin Yahudi memandang Tuhan sebagai super agen real estate 
yang membagi-bagikan lahan untuk keuntungan mereka sendiri. Zionisnie telah 
menjadikan aspek-aspek yang sangat jelek dari nasionalisme materialistik Barat 
modern sebagai milik mereka sendiri. Hanya filsafat utilitarian dan 
opportunisme seperti itu yang dapat membenarkan di dalam pikiran-pikiran, 
hal-hal seperti: kampanye zalim untuk mengusir mayoritas orang Arab dan 
menginjak-injak minoritas yang mengibakan yang masih tinggal di "Israel", 
kemudian memasang gaya pembawa "kemajuan" dan "pencerahan" bagi bangsa Arab 
"yang jahil".

Betapapun unggulnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi "Israel", namun 
saya yakin kemajuan material yang dikombinasikan dengan moralitas kesukuan 
bangsa "terpilih" ini adalah suatu ancaman yang amat besar bagi perdamaian 
dunia. Pernah saya dengar Golda Meir berpidato di depan Sidang Umum PBB: "Saya 
akan menentang siapa saja yang hendah mempersoalkan hak keamanan Israel dengan 
menahan daerah Arab yang dikuasai lewat penaklukan. Satu-satunya etika yang 
penting bagi kami adalah bertahan hidupnya bangsaYahudi di negeri Yahudi" (Tak 
apa, Nyonya Golda Meir, tentang bertahan hidup itu, bangsa-bangsa lain pun akan 
mempertahankan hidupnya pula).

Waktu itu pula saya ketahui babwa para ulama Yahudi memendam rasa permusuhan 
yang lebih besar terhadap Nabi Muhammad saw daripada orang-orang Kristen. 
Kemunafikan agama Yahudi yang diperbaharui sama juga tak bisa diterima. 
Sehingga, walaupun seorang keturunan Yahudi, saya tetap tidak bisa 
mengidentifikasikan pemikiran-pemikiran dan aspirasi-aspirasi saya dengan 
bangsa Yahudi.

Karena kedua orangtua saya bukanlah Yahudi yang taat dan keduanya sangat yakin 
akan perlunya orang Yahudi Amerika untuk berpikir, berpandangan dan berperilaku 
seperti orang Amerika lain, maka setelah dua tahun belajar di sekolah agama 
Yahudi, saya didaftarkan pada sistem pendidikan Pergerakan Kebudayaan Etika 
yang didirikan oleh mendiang Dr. Felix Adler pada dekade-dekade terakhir abad 
sembilan belasan.

Dalam buku Al Mawdudi Pandangan Islam tentang Etika, ia merujuk kepada 
pergerakan humanis agnostik yang menolak landasan supranatural nilai-nilai 
etika dan menganggapnya sebagai relatif dan buatan manusia. Saya hadiri 
pengajaran di sekolah kebudayaan Etika itu seminggu sekali selama empat tahun 
sampai saya tamat pada usia lima belas tahun.

Sejak itu hingga saya masuk sekolah Rabbi Katsh di Universitas New York tahun 
1954, saya menjadi seorang ateis tulen dan meremehkan semua organisasi 
keagamaan ortodoks sebagai ketahayulan. Suatu hari di kelas, Rabbi Katsh 
memberikan kuliah di hadapan para mahasiswa, ia kemukakan alasan-alasan mengapa 
seluruh nilai-nilai etika yang tumbuh sebagai hak bawaan universal setiap 
manusia bersifat mutlak dan merupakan pemberian Tuhan, bukan ciptaan manusia 
dan tidak pula relatif sebagaimana telah diajarkan kepada saya sebelumnya.

Saya lupa argumentasi khasnya, tetapi saya hanya ingat bahwa alasan-alasan 
tersebut begitu masuk akal dan meyakinkan saya, sehingga hal ini menandai suatu 
titik balik dalam kehidupan saya. Setelah saya pelajari Al-Qur'an lebih dalam 
lagi, saya mulai sadar mengapa Islam dan hanya agama Islam telah mampu membuat 
bangsa Arab menjadi bangsa besar. Tanpa Al-Qur'an saat ini bahasa Arab mungkin 
telah punah. Paling-paling, tanpa Al-Qur'an bahasa Arab akan menjadi kurang 
berarti dan tidak dikenal seperti dulu. Keberadaan seluruh kesusasteraan dan 
kebudayaan Arab berhutang banyak kepada Al-Qur'an. Karenanya, kebudayaan Arab 
dan Islam tidak bisa dipisahkan. Tanpa Islam, kebudayaan Arab tidak akan 
berarti penting dalam dunia internasional.

Walaupun kedua orangtua saya tidak dapat memahami penentangan saya terhadap 
kebudayaan yang membesarkan saya, khususnya rasa permusuhan saya terhadap 
Zionisme, mereka tetap memberikan kebebasan untuk mencari dan mendapatkan 
pegangan hidup. Mulanya mereka mencoba melemahkan semangat saya dengan 
mengatakan bahwa keterlibatan saya akan menjauhkan saya dari mereka dan seluruh 
keluarga. Tetapi saat ini, setelah mereka lihat saya begitu tetap hati, mereka 
yakinkan saya bahwa mereka tidak akan menghalangi saya berpindah agama atau 
menjalani kehidupan yang membuat saya bahagia. Walaupun tetap meyakini 
pandangan-pandangan yang berlawanan dengan saya hampir dalam segala hal, mereka 
tetap toleran dan lapang dada. Betapapun tidak setuju, mereka tak pernah 
mengancam untuk tidak mengakui saya sebagai anaknya. Alangkah bedanya dengan 
orangtua Yahudi ortodoks, yang menganggap anaknya yang memeluk agama lain 
sebagai telah mati.

Margaret Marcus


----- Original Message ----- 
From: "Dwi Soegardi" <soega...@gmail.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Monday, December 21, 2009 02:12
Subject: Re: [wanita-muslimah] apakah nabi Isa dan Muhammad saw adalah Tuhan?

tapi Noam Chomsky kan seorang Zionis?
#######################################################################################################################
HMNA:
Tidak semua Yahudi itu mesti Zionis. Tidak ada dalam biographynya ia seorang 
Zionist

Noam Chomsky Biography (1928 - Present)

    Noam Avram Chomsky was born on December 7, 1928 in Philadelphia, 
Pennsylvania. His parents were William Chomsky, a Hebrew scholar and Elsie 
Simonofsky Chomsky. His parents first language, Yiddish, was forbidden in their 
home and Noam grew up reading Hebrew and later taught Hebrew classes. He first 
attended Oak Lane Country Day School and then later went to Central High School 
in Philadelphia. He entered the University of Pennsylvania in 1945, where he 
studied linguistics, mathematics, and philosophy, and in 1955, he earned his 
Ph. D. He spent four years as a Harvard Junior Fellow, doing doctoral research 
at Harvard University.
    Massachusetts Institute of Technology offered him a position in 1955 and he 
became a full professor in the Department of Modern Languages and Linguistics 
in 1961. He was appointed Institute Professor in 1976 and has taught for over 
50 years at MIT.
    Not only has Chomsky made major contributions to the study of linguistics, 
but his linguistics work has influenced the teaching of computer languages and 
mathematics.  Some of the historical principles of linguistics that he learned 
early on from his father set the groundwork for his later theories. The modern 
spoken Hebrew language was the basis of his research on his Masters. Among his 
many accomplishments, his greatest contribution is considered to be his work on 
generative grammar, which developed from his interest in modern logic and 
mathematical foundations. He believed that children were born with certain 
fixed and innate grammatical principles that assisted in the understanding of 
language.
    Chomsky has been awarded an amazing number of Honorary Doctorate degrees by 
universities around the world, which include the University of London and the 
University of Chicago. He delivered the Beckman Lectures at the University of 
California at Berkeley in 1967 and in 1969 presented the John Locke Lectures at 
the University of Oxford and Sherman Memorial Lectures at the University of 
London. Noam Chomsky is currently the Institute Professor Emeritus of 
Linguistics at the Massachusetts Institute of Technology.
    Noam Chomsky may be most widely known for his work in the field of 
linguistics but he is also known for his activism and outspoken criticism of 
United States policies, especially it's foreign policy. Chomsky is also said to 
be "the most often cited living author" and "one of the most respected and 
influential intellectuals in the world". 
References:
Lyons, John. Modern Masters: Noam Chomsky. New York: The Viking Press, 1970. 
Rai, Milan. Chomsky's Politics. London: Verso, 1995. 
Leiber, Justin. Noam Chomsky: A Philosophic Overview. Boston: G.K. Hall and 
Co., 1975. 
http://www.chomsky.info/bios/2002----.htm
http://www.discoverthenetworks.org/individualProfile.asp?indid=1232
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/114218/Noam-Chomsky
http://www.nndb.com/people/590/000022524/
  
Written by: Lillian Dolentz, 2009
http://www.mnsu.edu/emuseum/information/biography/abcde/chomsky_noam.html

#######################################################################################################################

On 12/20/09, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id> wrote:
> ----- Original Message -----
> From: "Wikan Danar Sunindyo" <wikan.da...@gmail.com>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Sent: Sunday, December 20, 2009 23:02
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: apakah nabi Isa dan Muhammad saw adalah
> Tuhan?
>
> pokoknya kalau menurut pak abdul
> amerika is the best lah
> #####################################################################################################################
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 546. Amerika Menurut Seorang Amerika
>
> -- WADzA  QYL  LHM  LA  TFSDWA  FY  ALARDh  QALWA  ANMA  NhN  MShLhWN  (S.
> ALBAQRt, 11),  dibaca:  wa idza- qi-la lahum la- tufsidu- fil ardhi qa-lu-
> innama- nahnu mushlihu-n (s. albaqarah), artinya:
> -- Apabila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu berbuat bencana di muka
> bumi, mereka berkata, sesungguhnya kami berbuat kebajikan (2:11).
>
>  Seorang Amerika itu, yang termaktub dalam judul di atas, Noam Chomsky
> namanya. Ditengah arus besar "memerangi teroris", ada seorang Noam Chomsky
> yang berteriak nyaring: Amerikalah Sang Teroris!
>
>  Marilah kita putar jarum jam ke tahun 1977. Dalam tahun itu di
> Philadelphia, Pennsylvania, sekejap sebelum Dr. William Chomsky menutup 
> mata
> untuk selamanya; di depan Elsie Simonovsky, istri dan kedua anaknya Noam 
> dan
> David Chomsky, imigran Yahudi asal Rusia ini menuturkan beberapa bait 
> pesan.
> "Anakku, jadilah engkau seorang individu terdidik yang memiliki 
> integritas,
> bebas dan independen dalam berpikir, peduli dalam upaya meningkatkan dan
> mendorong kehidupan dunia, dan berpartisipasilah menciptakan hidup yang
> lebih bermakna dan bermanfaat bagi semua," ujar Yahudi berkebangsaan Rusia
> yang hijrah ke Amerika pada 1913 ini.
>
>  Pesan terakhir ini berdampak besar bagi Noam Chomsky, anak pertamanya.
> Sebagai pribadi, jadilah Noam, kini profesor linguistik di Massachuset
> Insitute Technology (MIT), seorang yang punya integritas tinggi, bebas, 
> dan
> independen dalam berpikir. Ia, melalui karyanya berjudul Pirates and 
> Emperor
> : International Terrorism in the Real World, yang telah diterjemahkan oleh
> Mizan dengan titel Maling Teriak Maling,; Amerika Sang Teroris ? 
> membongkar
> kedok Amerika. Selama ini, Amerika, dengan gurita media massanya, telah
> menancapkan sebuah pemahaman yang keliru atas semua peristiwa dunia. 
> Dengan
> jaringan media sebagai tentakelnya, Amerika memaksakan American 
> Ideological
> System untuk mengontrol pikiran manusia melalui kata-kata dan pemberian
> makna tertentu. 'Kamus Adikuasa' itu menterjemahkan semua peristiwa 
> menjadi
> sebuah keuntungan bagi Amerika.
>
>  Dalam buku itu, Chomsky, mencap Amerika sebagai "Kekuatan teroris utama" 
> ,
> yang menggunakan standar ganda dalam berbagai kasus. Yaitu dengan
> memproduksi "Newspeak" - ucapan baru. Terjadilah dua dunia dalam benak
> orang: dunia nyata dan dunia Newspeak. Chomsky telah menginventarisir
> sejumlah kata yang telah diserongkan maknanya.
>
>   Bila negara-negara Arab menerima posisi AS, mereka disebut "moderat'. 
> Bila
> menolak disebut "ekstremis". Dalam benak orang disuntikkanlah melalui mas
> media bahwa kata "ekstremis", termasuklah di dalamnya a.l. PLO, Libya, 
> Iran,
> , Thaliban dan Iraq.
>
>  Kata-kata berikutnya adalah "terorisme", yang pada mulanya berarti 
> tindakan
> kekerasan yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti lawan. Dalam Kamus 
> Newspeak,
> terorisme adalah tindakan protes yang dilakukan oleh negara atau
> kelompok-kelompok kecil yang anti Amerika. Pembunuhan tiga orang Israel di
> Larnaca adalah terorisme, tetapi penyerbuan sasaran sipil di Tunisia,
> pembantaian Sabra dan Satila dan penyiksaan warga palestina disebut
> "pembalasan" atau "tindakan mendahului" (preemptive).
>
>  Dalam medan konflik Kawasan Tengah (sudah berulang kali saya tulis, jika
> memakai predikat Timur Tengah, berarti kepala kita dipenggal, kaki 
> berjejak
> di Indonesia, kepala ditaruh di Amerika) . Makna Newspeak "Proses
> perdamaian" berarti "usulan perdamaian yang diajukan oleh Amerika 
> Serikat".
> Usulan-usulan perdamaian, yang dikemukakan oleh negara-negara Arab-apalagi
> Palestina (betapapun realistisnya)-dianggap sebagai penolakan. Untuk itu
> diciptakan sebuah Newspeak buat usulan yang tidak sama dengan usulan AS,
> yaitu rejeksionisme. Orang yang terbius oleh Newspeak itu akan bersimpati
> kepada AS yang selalu bersusah payah menciptakan perdamaian. Pada saat 
> yang
> sama orang yang terbius itu membenci negara-negara Arab yang rejeknionis.
>
> Pada Oktober 1980, misalnya. Presiden Amerika Jimmy Carter berkolusi 
> dengan
> Jose Napoleon Duarte, salah satu kelompok yang bertikai di El Savador,
> melakukan penggilasan dan penyembelihan terhadap 50 ribu rakyat disana
> dengan dalih "memberantas gerilyawan pemberontak". Peristiwa mirip El
> Savador itu juga terjadi dilain tempat, yaitu Palestina, Kuba, Jepang,
> Guatemala, Vietnam, Korea Selatan, Iran, Iraq dan, yang terakhir
> Afghanistan. Rakyat Afghanistan, dibalut duka yang ditebar 'burung-burung
> besi pembunuh' AS. Langit  Afghan yang selama ini berisi awan dan pelangi
> berubah menjadi gelaran karpet kematian. "Kami hanya melihat ibu dan
> anak-anak kami mati. Mengapa anda bunuhi kami? Apa sih yang kami lakukan,
> para warga sipil ini kepada anda," ratap Khawaja Ahmad (25), bersama dua
> anaknya yang kini mengungsi di Jalalabad, seperti dikutip koran USA Today.
> Ia menjadi saksi hidup penghancuran ratusan rumah mereka dan puluhan orang
> meregang nyawa.
>
>  Chomsky, Profesor linguistik yang telah menulis lebih dari 30 buku, sejak
> 1965 konsisten mengkritik keras kebijakan luar negeri Pemerintah AS. Ia
> menjadi figur yang cukup disegani lantaran kekritisannya. Namun, ia bagai
> berteriak di lorong yang sunyi di tengah arus besar, apa yang mereka 
> sebut,
> 'Perang melawan Teroris'. Mampukah teriakan Chomsky menghentikan teror 
> bagi
> rakyat sedunia?
>
>  Bom di Bali, mampukah alat negara kita mengusut secara independen tanpa
> tekanan Amerika siapa pelaku di balik pemboman itu? Sekali lagi, mampukah?
> Mampukah Pemerintah RI bertahan dari tekanan Amerika, yang sesungguhnya
> kedaulatan kita telah didaulat Amerika melalui IMF? WaLlahu a'lamu
> bishshawab.
>
> *** Makassar, 20 Oktober 2002
>     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> http://waii-hmna.blogspot.com/2002/10/546-amerika-menurut-seorang-amerika.html
> ##########################################################################################################
>
>
> nomor satu
> rahmatan lil'alamin
> pokoknya dijamin semua penduduknya masuk surga
> :)
>
> salam,
> --
> wikan
>
> 2009/12/20 donnie damana <donnie.dam...@gmail.com>:
>> adilnya gimana pak?
>>
>> Coba liat aja status kesehatan ada gap yang sedemikian besar antara 
>> status
>> kesehatan white caucasian dengan black dan colors
>> Coba liat secara socio-economi sami mawon
>> Coba liat perlakukan polisi: profesor kulit hitam dobrak pintu rumah
>> sendiri karena kuncinya hilang aja ditahan polisi (padahal sudah
>> menunjukkan identitas)
>> Coba liat tentang quality of live antara mereka setali 3 oeang
>>
>> Di Kuba.. angka kematian ibu lebih baik daripada angka kematian ibu di
>> Amerika..
>> Status kesehatan secara umum sama atau lebih baik daripada amerika.
>> Karena warganya mendapat universal access terhadap layanan kesehatan.
>>
>> Obama mau bikin health care reform aja biar lebih banyak yang punya akses
>> ke healt care saja ditentang habis2an 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke