http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/22/04104633/pemberian.asi.menuntut.peran.laki-laki

Pemberian ASI Menuntut Peran Laki-laki

Selasa, 22 Desember 2009 | 04:10 WIB

Luki Aulia

Salah satu masalah kesehatan yang cukup menonjol di Nusa Tenggara
Timur adalah tingginya angka kematian bayi dan kasus gizi buruk.
Kuncinya ternyata terletak pada perilaku ibu.

Bayi mestinya mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan.
Selama masa itu, bayi sebaiknya tidak mendapat makanan tambahan.
Idealnya, bayi mendapatkan ASI selama dua tahun.

Namun, kesulitan hidup menyebabkan ibu-ibu harus segera pergi ke
ladang membantu perekonomian keluarga. Bayi yang baru berumur dua atau
tiga bulan pun ditinggalkan dan terpaksa mendapat makanan tambahan
selain ASI.

”Bayi yang baru berumur empat bulan sudah dikasih air putih atau bubur
encer. Ini tidak benar,” kata Yakobus Mali (56), salah seorang kader
posyandu laki-laki di Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur,
Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bukan cuma Mali yang menjadi kader posyandu laki-laki. Di desa
tersebut setidaknya ada delapan kader posyandu laki-laki yang bekerja
secara sukarela. Mereka merasa tergerak untuk mengampanyekan
pemanfaatan ASI demi menurunkan angka kematian bayi dan menekan jumlah
kasus bayi gizi buruk.

Sangat paham

Bukan cuma semangat yang mendasari kader posyandu laki-laki
mengampanyekan penggunaan ASI. Mereka juga sangat paham, menjelaskan
bagaimana cara memberikan ASI yang baik bagi bayi.

Dalam sesi tanya jawab, misalnya, seorang bidan pelatih mengatakan,
”Agar ASI lancar, posisi dan perlekatannya harus benar. Dagu bayi
harus menempel di payudara.” Sri Budiati, bidan Puskesmas Wedhi di
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, sengaja didatangkan ke Kabupaten Belu,
awal Desember lalu.

Ia kembali mengingatkan pentingnya ASI bagi bayi dan posisi menyusui
dengan memasukkan sebagian besar areola (lingkaran berwarna gelap di
sekitar puting) ke dalam mulut bayi agar banyak ASI yang keluar. ASI
dibentuk di dalam kelenjar-kelenjar susu, jauh di dalam payudara, yang
dibawa saluran-saluran kecil ke areola. ”Kalau hanya mengisap puting,
ASI tidak banyak keluar,” kata Sri.

Foto-foto mengenai posisi dan peletakan menyusui pun diedarkan agar
lebih jelas. ”Saya ingin bantu ibu-ibu dan posyandu timbang dan data
bayi. Saya bisa ajari ibu-ibu cara gendong bayi,” kata Bene yang telah
menjadi kader posyandu sejak dua tahun lalu.

Bagi Bene, menjadi kader posyandu awalnya sangat sulit. Tidak ada
ibu-ibu di Desa Halimodok, tempatnya tinggal, yang percaya kepadanya.
Bukan hanya karena Bene berjenis kelamin laki-laki, tetapi juga karena
ia dianggap masih kecil, baru 16 tahun saat itu. Meski tidak
dipercaya, setiap bulan Bene tetap berkeliling desa mengajak kaum ibu
datang ke posyandu. Banyak yang menolak dengan alasan harus ke ladang
dari pagi hingga sore hari.

”Saya tetap tunggu di posyandu sampai jam 11. Sedikit yang datang,
tetapi itu dulu. Sekarang sudah banyak yang datang,” kata Bene yang
sudah lima kali mengikuti pelatihan mengenai kesehatan ibu dan anak.

Mali juga hanya ingin membantu posyandu agar kaum ibu fokus memberi
ASI saja kepada anaknya sampai enam bulan. Mali geregetan setiap kali
melihat kaum ibu yang memberi makanan atau minuman kepada bayinya yang
baru berusia empat bulan. ”Orangtua sudah kasih makan bubur atau minum
air putih. Ini salah satu yang jadi pengaruh anak gizi buruk,” kata
Mali.

Kurang gizi

Khusus untuk di Belu, materi pelatihan yang disampaikan lebih fokus
pada pentingnya ASI, fungsi ASI, dan kerugian susu formula. Pemberian
ASI eksklusif 0-6 bulan dan pemberian makanan tambahan pada anak
kurang dari dua tahun terbukti dapat mengurangi kematian anak balita.
Communication Specialist Unicef Indonesia Lely Djuhari mengatakan,
sejak tahun 2007 dinas kesehatan provinsi dan kabupaten, Kemitraan
Australia dan Indonesia, serta Unicef mengampanyekan ASI eksklusif
sebagai program minim biaya dan dampak tinggi dalam menangani masalah
kurang gizi di NTT.

Prevalensi bayi gizi kurang di Kabupaten Belu merupakan salah satu
yang tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
2007, prevalensi kurang gizi kronis (stunting atau tubuh pendek) di
Belu mencapai 43,4 persen.

Di NTT, prevalensi bayi gizi buruk mencapai 9,4 persen atau lebih
tinggi dari angka nasional yang hanya 5,4 persen. Adapun prevalensi
bayi gizi kurang di NTT mencapai 24,2 persen atau lebih tinggi dari
prevalensi nasional yang hanya 24,2 persen.

”Sejak ada pelatihan ASI tahun 2007, masyarakat sudah tahu harus
menyusui sampai enam bulan. Anak kurang gizi mulai berkurang. Apalagi
setelah ada pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini. Sekarang
setiap kali ada bayi baru lahir langsung inisiasi menyusui dini,
terutama yang melahirkan di puskesmas,” kata Rambu, bidan Puskesmas
Wedomu, Desa Manleten.

Namun, lebih dari itu, pemberian ASI eksklusif sulit terwujud jika
tidak disertai kesadaran suami. Suami mestinya jangan membiarkan
istrinya ke ladang ketika bayinya belum berumur enam bulan. Dengan
demikian, bayi bisa mendapatkan ASI eksklusif dan kasus gizi buruk
bisa ditekan.


------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke