Apakah term "Allah" bukannya satu rangkaian konsep nama Allah itu sendiri ?? apakah Allah itu merupakan bentukan dari "lahu" kemudian ditambah kata sandang "Al" ??? Mohon pencerahan pak Chodjim.
Wassalam Abdul Mu'iz --- Pada Sel, 9/2/10, Achmad Chodjim <chod...@gmail.com> menulis: Dari: Achmad Chodjim <chod...@gmail.com> Judul: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 9 Februari, 2010, 1:20 AM Mas Muiz, Ya karena ada "al" itu yang tidak memungkinkan adanya tanwin. Dan, sudah pasti itu mufrad. Dan, itui bukan satu-satunya mufrad. Kata "ruh" di dalam Alquran juga tidak pernah dinyatakan jamak, dan selalu singular. Padahal, kata "ruh" di luar Alquran itu seperti kata "ilaah" ada jamaknya, yaitu arwah dan aalihah. Jadi, kata "al-ruh" ya tidak dikenal bentuk jamaknya. Ini pasti benar! Wassalam, chodjim ----- Original Message ----- From: Abdul Muiz To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Sunday, February 07, 2010 6:57 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI apa kabar pak Chodjim, memang betul kata "Allah" itu unik karena satu-satunya isim (noun) dalam bahasa arab yang tidak mengenal bentuk mufrad (singular) mutsanna (bentuk dua) maupun jamak (plural). Maka khusus untuk kata "Allah" ya tidak dikenal adanya fathatain (ALLAHAN), dhammatain (ALLAHUN), maupun kasratain (ALLAHIN). Wassalam Abdul Mu'iz --- Pada Sel, 9/2/10, Achmad Chodjim <chod...@gmail. com> menulis: Dari: Achmad Chodjim <chod...@gmail. com> Judul: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI Kepada: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Tanggal: Selasa, 9 Februari, 2010, 12:29 AM Salam, Abah. Kalau penjelasan yang seperti ini saya salut pada Abah. Dan, kalau bisa Abah justru menulis yang bisa mencerahkan seperti ini. Tapi, terus terang saya kecewa lho kalau adu pendapat sama Abah, karena Abah tampak sekali ngotot hanya untuk membenarkan apa yang Abah sampaikan. Tentu kritik saya ini tidak membuat Abah marah kan? Contohnya begini Abah, kalau Abah kepepet suatu argumen dan argumen itu dilandasi oleh pendapat ulama -yang tidak sepaham dengan Abah-- lantas Abah katakan "itu kan pendapat orang". Tetapi, ketika Abah memberi jawaban tentang kaidah dan asal-usul kata "Allah" dalam tinjauan gramatika, Abah justru menganggap benar 100% terhadap pandangan ulama yang menyatakan kata "Allah" bukan bentukan dari al-ilaah, tanpa berani membedahnya, gimana ini Abah..... Padahal, secara gramatika tak ada "allaahan, allaahin, dan allaahun", sedangkan nama "muhammad saja memenuhi kaidah tanwin seperti muhammadan, muhammadin, dan muhammadun". Mengapa kata "allaah" tidak ada tanwinnya, ya karena dibentuk dari "al-ilaah". Abah pasti tahu kalau ada "al" yang disandangkan pasti tak ada fathatayn, kasratayn, maupun dhamatayn. Sekian dan terima kasih Abah, dan saya tidak perlu menunggu jawaban dari Abah karena saya sudah paham terhadap pendirian Abah. Wassalam, chodjim ----- Original Message ----- From: H. M. Nur Abdurahman To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Sunday, February 07, 2010 5:54 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI ----- Original Message ----- From: "sunny" <am...@tele2. se> To: <wanita-muslimah@ yahoogroups. com> Sent: Sunday, February 07, 2010 23:46 Subject: [wanita-muslimah] Fw:i SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI Ada komentar? ############ ######### ######### ######### ######### ######### ######### ######### ##### HMNA: Sebenarnya di dalam tubuh syiah sendiri terdapat beragam jenis aliran, sehingga kita tidak bisa mengatakan bahwa semua syiah itu pasti sesat dan menyimpang. Semua harus dirinci satu per satu, agar kita tidak terjebak dengan pendiskreditan sebuah kelompok. Sebagian kalangan syiah ada yang sampai mengingkari kekhalifahan Abu Bakar ra., Umar bin Al-Khattab ra. dan Utsman ra. Bahkan ada juga yang lebih parah dari itu, yakni sekte Sabaisme berkeyakinan bahwa Jibril salah menurunkan wahyu kepada Muhammad, seharusnya kepada Ali bin Abi Thalib. Sebagian dari kelompok syiah yang menyimpang adalah mereka yang mengaku-ngaku memiliki mushaf Al-Qur'an versi mereka sendiri. Dan isinya tidak sama dengan mushaf yang dikenal sekarang ini. Kalau kita rununt ke belakang, sebenarnya di zaman para shahabat, paham aqidah yang keliru seperti ini belum lagi muncul. Bahkan Hasan dan Husein serta Ali Zaenal Abidin yang sering mereka klaim sebagai imam mereka pun tidak tahu menahu dengan kekkeliruan ini. Kekeliruan ini baru muncul jauh di kemudian hari, setelah generasi para shahabat dan sebagian tabi'in telah meninggal. Aktor intelektual di belakang semua ini tidak lain adalah Abdullah bin Saba', yang dalam sejarah otentik terbukti menjadi provokator di wilayah-wilayah Islam. Tokoh ini telah menyebarkan fitnah, berita bohong, kebencian kepada para shahabat serta menanamkan pahm-paham yang merusak Islam dari dalam. Dia tidak lain adalah yahudi Yaman yang berpura-pura masuk Islam (dalam skala kecil sekali boleh jadi si dullatip termasuk orang yang seperti ini, berpura-pura masuk Islam untuk merusak Islam dari dalam). Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu sebagai tokoh yang dijadikan umpan oleh Abdullah bin Saba' untuk memunculkan konflik di antara para shahabat, bukan tidak tahu ulahnya. Bahkan beliau berkehendak untuk membunuhnya. Namun atas nasehat dari Abdullah bin Abbas ra, musuh Islam itu tidak jadi dibunuh namun di buang ke Madain. Namun tidak semua kalangan yang dinisbahkan kepada syiah beraqidah seperti yang dikemukakan di atas. Banyak diantara mereka yang tidak sampai sejauh itu. Bahkan sebagian mereka tetap berkitabsucikan Al-Qur'an (saya punya Al-Quran cetakan Qom yang tidak ada bedanya dengan mushhaf 'Utsmani). Juga mengakui kekhalifahan tiga shahabat utama sebelum Ali bin Abi Thalib. Sebagian mereka juga tidak mendiskreditkan para shahabat nabi yang mulia, juga tidak mengkafirkannya apalagi menghalalkan darahnya. Kepada kalangan 'syiah' seperti ini, tentu kita menerima mereka apa adanya. Bahkan mazhab fiqih Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin (w. 122 H) yang menjadi tokoh Syiah Zaidiyah, termasuk salah satu rujukan fiqih yang bisa diterima dalam khazanah fiqih Islam ahlussunnah. Bisa dikatakan bahwa mazhab fiqih beliau termasuk mazhab ke lima setelah keempat mazhab lainnya dalam ahlussunnah. Fiqih Zaidiyah ini secara umum nyaris tidak berbeda dengan fiqih Ahlisunnah, kecuali pada beberapa point saja. Misalnya, tidak mengakui adanya masyru'iyah (mengusap sepatu, tidak membukanya tatkala wudhuk), mengharamkan sembelihan ahli kitab, mengharamkan laki-laki muslim menikahi wanita ahli kitab. Namun tidak seperti rekan mereka, syiah Imamiyah (yang berkuasa sekarang di Republik Islam Iran), ternyata Syiah Zaidiyah tidak menerima konsep nikah mut'ah (kawin kontrak, jangan dirancukan dengan Mu'tah yang nama tempat). Mereka mengharamkan mut'ah sebagaimana ahlussunnah mengharamkannya. Fyi, salah seorang sahabat saya Prof H. 'Umar Syihab, salah satu Ketua MUI, kakak kandung Prof. HM Quraisy Syihab, tidak mengharamkan nikah mut'ah. Mereka menambahkan lafadz, "Hayya 'ala khairil amal" di dalam lafadz adzan serta bertakbir lima kali untuk shalat jenazah. Sedangkan syiah Imamiyah (yang berkuasa sekarang di Republik Islam Iran) yang dimotori oleh Abu Abdullah Ja'far Ash-Shadiq (80-148 H), dalam banyak hal juga punya persamaan dengan fiqih ahlussunnah. Secara umum, pendapat mereka banyak sekali persamaan dengan fiqih mazhab As-Syafi'iyah, kecuali pada 17 perkara. Misalnya tentang bolehnya nikah mut'ah, haramnya sembelihan ahli kitab dan menikahi wanitanya, mengharuskan adanya saksi dalam talak pernikahan, tidak mengakui masyru'iyah mengusap sepatu, serta menambahkan lafadz "Asyhadu anna 'aliyyan waliyyallah" dan "hayya 'alaa khairil 'amal" dalam adzan. Karena itu, dalam masalah pandangan kita kepada kelompok Syiah, kita perlu merinci dengan detail, tidak asal menilai, agar terhindar dari tuduhan yang bukan pada tempatnya. Namun bila telah nyata terbukti menyimpang dari aqidah yang benar, tentu kita tidak ragu-ragu untuk menegurnya serta meluruskannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, atau dengan lidahnya, atau dengan hatinya. ############ ######### ######### ######### ######### ######### ######### ######### ######### ######### ### ----- Original Message ----- From: Ali Al Asytar To: lan...@yahoogroups. com Sent: Sunday, February 07, 2010 11:41 AM Subject: SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI Catatan Wan Hadi dari Malaysia PERBEDAAN PANDANGAN ANTARA SYI'AH DAN AHL-SUNNAH AL-ASY'ARI TENTANG SAHABAT (catatan ini dibuat agar kita bisa saling memahami) Kenapa Ahl-Sunnah Al-Asy'ary (ini hanya guna memudahkan istilah karena terdapat beberapa golongan dalam Ahl-Sunnah dalam Akidah mereka hingga taraf saling mengkafirkan , sebagai contoh Imam Syafi'I mengkafirkan siapa saja yang berpaham Mujasimah , sementara Al-Asy'ari menyiratkan sebaliknya, demikian juga Al-Asy'ari mengkafirkan paham Muntzilah dan Murjiyah , sementara Imam Hanafi adalah berpaham Murjiyah. Mengapa hanya Ahl-Sunnah Al-Asy'ari yang dibandingan? , karena selalu saja golongan ini yang menolak penyatuan Sunnah dan Syi'ah , ketika yang lain mendukung dengan mendahulukan ukhuwah Islamiyah dan Akhlak dibanding Madzhab maka kelompok ini (yang diwakili Wahabi) selalu menolak dengan cara mengkafirkan Madzhab Syi'ah, dan tidak mau kompromi untuk pendekatan antar Madzhab. Inilah perbedaan pandangan dalam menilai sahabat antara SYi'ah dan Ahl-Sunnah al-Asy'ari. SYI'AH : Sahabat ada yang baik, ada yang jahat dan ada yang munafiq (berdasarkan nas). Oleh karena itu para sahabat harus dinilai dengan al-Qur'an dan Sunnah Nabi Saw (yang tidak bertentangan dengan al-Qur'an secara keseluruhan) . Segala bentuk pujian atau celaan dari Allah swt kepada mereka adalah dari Sifat fi'l (sementara), bukan dari Sifat Zat (kekal). Karena disebabkan sifatnya sementara (saat itu) selanjutnya tergantung dari kelakuan/ perbuatan mereka kemudian apakah bertentangan dengan nas atau tidak. AHL-SUNNAH : Kepatuhan kepada semua Sahabat (Sa'ira Ashab al-Nabi) (al-Ibanah, hlm. 12) kenyataan al-Asy'ari memberikan implikasi: a) Sahabat semuanya menjadi ikutan. Tidak ada perbedaan di antara Sahabat yang mematuhi nas, dan Sahabat yang bertentangan nas. b) Mentaqdiskan (mensucikan) Sahabat tanpa menggunakan penilaian al-Qur'an, sedangkan banyak terdapat ayat-ayat al-Qur'an yang mencela perbuatan mereka, karena mereka bertentangan dengan nas (lihat umpamanya dalam Surah al-Juma'at (62): 11). c) Mengutamakan pendapat sahabat dari hukum Allah (swt) seperti hukum seseorang yang menceraikan isterinya tiga kali dengan satu lafaz, walau menurut al-Qur'an jatuh satu dalam satu lafaz dalam Surah al-Baqarah (2): 229, yang terjemahannya, "Talak (yang dapat dirujuk) dua kali." Tetapi ketika Khalifah Umar mengatakan jatuh tiga mereka mengikuti (al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa', hlm. 137), Ahl-Sunnah al-Asya'irah menerimanya dan dijadikannya "hukum" yang sah sekalipun bertentangan nas (al-Farq baina l-Firaq, hlm. 301). d) Mengutamakan Sunnah Sahabat dari Sunnah Nabi Saw seperti membuang perkataan Haiyy 'Ala Khairil l-'Amal di dalam azan dan iqamah oleh khalifah Umar, sedangkan pada waktu Nabi hal itu merupakan sebagian dari azan dan iqamah. Begitu juga Khalifah Umar telah menambahkan perkataan al-Salah Kherun mina l-Naum (al-Halabi, al-Sirah, Cairo, 1960, II, hlm. 110). e) Kehormatan Sahabat tidak boleh dinilai oleh al-Qur'an, karena mereka berkata: Semua sahabat adalah adil (walaupun bertentangan dengan al-Qur'an dan Sunnah Nabi Saw). f) Menilai kebenaran Islam adalah menurut pendapat atau kelakuan Sahabat, dan bukan al-Qur'an dan Sunnah Nabi Saw. Mereka berkata kebenaran berada di lidah Umar. Karena itu mereka berpegang kepada pendapat Khalifah Umar yang mengatakan dua orang saksi lelaki di dalam talak tidak dijadikan syarat jatuhnya talak. Sedangkan Allah (swt) berfirman dalam Surah al-Talaq (65): 3, terjemahannya, " dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil." Mereka juga berkata," Iman Abu Bakr jika ditimbang adalah lebih berat dari iman umat ini." Sekiranya iman khalifah Abu Bakr itu lebih berat dari iman keseluruhan umat ini termasuk iman Umar dan Uthman, kenapa tidak dijadikan kebenaran itu pada lidah Abu Bakr? Di tempat yang lain mereka berkata," Nabi Saw tidak segan kepada Abu Bakr dan Umar tetapi beliau malu kepada Uthman." Pertanyaannya, kenapa Nabi Saw tidak malu kepada orang yang paling berat imannya di dalam umat ini? Dan kenapa Nabi Saw tidak malu kepada orang yang mempunyai lidah kebenaran? Pendapat-pendapat tersebut telah disandarkan kepada Nabi Saw dan ianya bertentangan nas dan hakikat sebenar, karena kebenaran adalah berada di lidah Nabi Saw dan al-Qur'an. g) Meletakkan Islam ke atas Sahabat bukan Rasulullah (Saw.), mereka berkata: Jika Sahabat itu runtuh, maka runtuhlah Islam keseluruhannya lalu mereka jadikan "aqidah" , padahal Sahabat sendiri berkelahi, caci-mencaci dan berperang sesama mereka. h) Mengamalkan hukum-hukum Sahabat (Ahkamu-hum) dan Sirah-sirah mereka adalah menjadi Sunnah Ahli Sunnah (al-Baghdadi, al-Farq baina l-Firaq, hlm. 309), sekalipun bertentangan dengan nas, karena "bersepakat" dengan Sahabat adalah menjadi lambang kemegahan mereka. Mereka berkata lagi:"Kami tidak dapati hari ini golongan umat ini yang bersepakat atau mendukung semua Sahabat selain dari Ahlu s-Sunnah wa l-Jama'ah (Ibid, hlm.304). Karena itu Ahlu l-Sunnah adalah mazhab yang mementingkan "persetujuan/ kesepakatan" dari Sahabat sekalipun Sahabat kadang bertentangan dengan nas. i) Mempertahankan Sahabat sekalipun Sahabat bertentangan dengan al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW dengan berbagai cara , Jika seorang pengkaji ingin mengetahui kedudukan sebenarnya tentang sahabat itu sebagaimana dicatat di dalam buku-buku muktabar, mereka berkata:" Ini adalah suatu cacian kepada Sahabat sekalipun hal itu telah ditulis oleh orang-orang yang terdahulu." Mereka berkata lagi:"Kajian tersebut adalah bahaya dan merupakan bara pada "aqidah" mereka, jangan dibiarkan hal itu menular di dalam masyarakat." Nampaknya mereka sendiri tidak dapat menilai bahan-bahan ilmiah sekalipun mereka berada di institusi-institusi pengajian tinggi. Sebaliknya apabila bahan-bahan ilmiah yang mencatatkan sahabat tertentu yang melakukan perkara-perkara yang bertentangan al-Qur'an, mereka menganggapnya pula sebagai cerita dongeng. Lihatlah bagaimana mereka menjadikan sahabat sebagai aqidah mereka walaupun hal itu bukanlah dari rukun Islam dan rukun Iman! SYI'AH : Memihak kepada Sahabat yang benar di dalam semua urusan/ perkara. AHL-SUNNAH : Tidak memihak kepada semua sahabat jika terjadi pertengkaran atau peperangan di kalangan mereka (al-Ibanah, hlm. 12; al-Maqalat, II, hlm. 324). Karena itu pendapat Ahl-Sunnah al-Asy'ari adalah bertentangan dengan firman Allah (swt) dalam Surah al-Hujurat (49):9, yang terjemahannya, "Dan jika ada dua golongan dari orang-orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah," Dan juga bertentangan dengan firmanNya dalam Surah Hud (11): 113, terjemahannya, " Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim, maka kamu akan disentuh api neraka." Karena itu pendapat al-Asy'ari adalah bertentangan dengan nas karena tidak ada pengecualian di dalam mendukung kebenaran. SEMOGA CATATAN KECIL INI DAPAT MENJADI MODAL UNTUK SALING MEMAHAMI DAN TIDAK LAGI SALING MENCACI Wan Hadi, Malaysia ............ ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... ...... Sabda Rasulullah saww: "Wahai putraku al-Husein, dagingmu adalah dagingku. dan darahmu adalah darahku, engkau adalah seorang pemimpin putra seorang pemimpin dan saudara dari seorang pemimpin, engkau adalah seorang pemimpin spiritual, putra seorang pemimpin spiritual dan saudara dari pemimpin spiritual. Engkau adalah Imam yang berasal dari Rasul, putra Imam yang berasal dari Rasul dan Saudara dari Imam yang berasal dari Rasul, engkau adalah ayah dari semua Imam, yang ke semua adalah al- Qo'im (Imam Mahdi)." (14 Manusia Suci Hal 92) Salman al-Farisi r.a. berkata:"Aku menemui Rasulullah saww, dan kulihat al-Husein sedang berada di pangkuan beliau. Nabi mencium pipinya dan mengecupi mulutnya, lalu bersabda: "Engkau seorang junjungan, putra seorang junjungan dan saudara seorang junjungan; engkau seorang Imam putra seorang Imam, dan saudara seorang Imam; engkau seorang hujjah, putra seorang hujah, dan ayah dari sembilan hujjah. Hujjah yang ke sembilan Qoim mereka yakni Al-Mahdi." (al-Ganduzi, Yanabi' al Mawaddah) [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] ____________ _________ _________ _________ _________ _________ _ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]