Thanks so much for this article,informative... Saya juga mempunyai pandangan yang sama dgn Gus Dur yaitu menghormati bermacam agama dan keyakinan...karena itu adalah sunatullah.. Rasul diperintahkan oleh ALLAH untuk;
---untuk berkasih sayang dan berlaku adil kpd umat yahudi dan Nasrani yang tidak memusuhi dan memerangi umat Islam atas agama.. Semoga banyak peganti2 Gus Dur..mati satu muncul 1000 orang.amien salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kinantaka <kinant...@...> wrote: > > [Senin, 08 Februari 2010] > > Fenomena Gus Dur > > Oleh: KH. A. Mustofa Bisri > > > > KETIKA presiden ke-35 Amerika Serikat John F. Kennedy atau JFK (1917-1963 M) > yang nasibnya banyak mirip dengan presiden pendahulunya, Abraham Lincoln, > meninggal terbunuh pada 22 November 1963, dunia ikut berduka. > Maklum, JFK merupakan presiden negara adikuasa. Dia juga dikenal sebagai > presiden Amerika yang berani, mempunyai pandangan ke depan, dan menjanjikan > perubahan dunia. Namun, meski saat pemakamannya banyak sekali yang hadir, > masih terhitung tidak seberapa bila dibandingkan dengan saat pemakaman > Presiden Republik Mesir Gamal Abdel Nasser (1918-1970). > > > Presiden bertubuh raksasa yang mengaku 'murid'-nya presiden kita Bung Karno > itu benar-benar orang yang "tahu saat harus meninggal". Setelah pertemuan > tingkat tinggi yang membahas berbagai perbedaan pendapat di antara beberapa > kepala negara di Kairo, Gamal sebagai tuan rumah mengantar satu per satu > tamu-tamunya kembali ke negara masing-masing. Saya masih ingat, yang > terakhir diantar ke bandara ialah Amir Shabah dari Kuwait. Setelah itu radio > dan TV Mesir berhenti menyiarkan berita. > > > Semua hanya menyiarkan bacaan Alquran. Ternyata presiden yang dianggap > paling berjasa mendamaikan Raja Husein dari Jordan dengan Raja Faisal dari > Arab Saudi dan Yasser Arafat dari Palestina itu dipanggil ke rahmatullah > setelah pulang dari bandara mengantarkan Amir Sabah. Besoknya, kepala-kepala > negara yang dilepas Gamal sebelumnya itu berdatangan kembali. Kali ini untuk > memberikan penghormatan terakhir kepada presiden yang mereka hormati itu. > > > Maka pada waktu itu dunia -termasuk saya yang langsung- menyaksikan > pemakaman paling akbar dalam sejarah modern. The Guinness Book of Records > memperkirakan pelayat Presiden Gamal Abdel Nasser mencapai 4 juta dan > menetapkan sebagai pemakaman dengan pelayat terbesar. > > > Presiden pertama kita Bung Karno, andai tidak dizalimi oleh pemerintah Orde > Baru yang menggantikannya, mungkin pemakamannya tidak kalah akbar daripada > pemakaman 'murid'-nya dari Mesir itu. Kepopuleran Bung Karno di dunia tidak > kalah dari Gamal. Hanya, Gamal pada saat wafat sedang berada dalam puncak > kepopuleran. Kalau di negerinya sendiri, Bung Karno waktu itu kurang > dihargai. Pemakamannya hanya ala kadarnya. Sedangkan Gamal di Mesir -yang > saya tahu- sangat dihormati oleh pemimpin-pemimpin Mesir dan dicintai > rakyatnya. Mesir berkabung tujuh hari atas kemangkatan Bung Karno. Beberapa > media massa menulis tentang presiden pertama kita itu, seingat saya, sampai > 15 hari. > > > Waba'du, presiden kita keempat, Gus Dur alias KH Dr Abdurrahman Wahid > Ad-Dakhil (1940-2009) sudah '40 hari' meninggalkan kita. Presiden yang > pengaturan pemakamannya jadi 'rebutan' antara keluarga dan protokol negara > itu, dilepas menuju ke haribaan Tuhannya oleh presiden, petinggi-petinggi > negara, para kiai, dan ratusan ribu warga masyarakat. Pers dunia tidak hanya > memberitakan kewafatannya, tapi juga menulis pribadi dan keistimewaannya. > Majalah kenamaan, The Economics, bahkan menceritakan kembali joke-joke Gus > Dur yang menertawakan diri sendiri. > > > Seolah-olah orang tidak puas memberikan penghormatan terakhir kepada Gus Dur > saat dimakamkan, berbagai kelompok masyarakat mengadakan acara-acara khusus > untuk mengenang presiden yang dimakzulkan oleh para politisi -yang dulu > mendukung pengangkatannya- itu. Ada Seribu Lilin untuk Gus Dur. Ada berdoa > bersama untuk Gus Dur yang diikuti pimpinan berbagai agama dan kepercayaan. > Ada beberapa komunitas etnis dan agama yang masing-masing menyelenggarakan > acara khusus untuk menghormati almarhum. Di makamnya sendiri di Tebuireng, > setiap hari hingga kini rombongan masyarakat dari berbagai pelosok tanah > air, bahkan juga dari luar negeri, masih terus berdatangan. > > > Khusus dalam rangka 40 hari wafat presiden rakyat itu, acara-acara mengenang > kiai unik tersebut digelar di mana-mana. Dalam rangka itu, saya sendiri > mendapat undangan tidak kurang dari sembilan panitia dari berbagai kota di > tanah air. Tidak hanya berbentuk doa bersama atau tahlilan dan pengajian, > tapi ada pula yang dikemas dalam acara seminar, orasi budaya, kesenian, > tirakatan, dan sebagainya. Seniman serbabisa Slamet Gundono malah > menyelenggarakan acara budaya sehari semalam di Solo dengan tidak > ketinggalan menggelar lakon Kuncung Semar. Studio Mendut Magelang berencana > mengadakan pameran patung Gus Dur. Masyarakat Pati lain lagi, rencananya > mengadakan pawai keliling sebelum acara puncak di alun-alun Pati. > > > Melihat fenomena itu, sampai ada kiai sepuh yang menyatakan bahwa mulai Nabi > Adam belum pernah ada manusia yang diperlakukan seperti Gus Dur. Menurut > saya, fenomena ini tidak hanya patut masuk Muri-nya Jaya Suprana, tapi > sangat layak masuk Guinness Book of Records. > > > Demikianlah, karena Gus Dur menghargai keberagaman, dia pun dihargai oleh > berbagai ragam manusia, terutama yang menerima keberagaman, meskipun pasti > ada -terutama dari kalangan mereka yang tidak menyukai keberagaman- yang > tidak menghargai bahkan merendahkannya. Dan akan hal ini Gus Dur pun maklum > belaka. > > > Hanya ini yang bisa saya tuliskan dalam rangka peringatan 40 hari wafat Gus > Dur. Dalam buku-buku saya, saya sudah sering membicarakan Gus Dur. Bahkan, > ada buku saya yang khusus mengenai cucu pendiri-pendiri NU ini. Kalau masih > kurang, di toko-toko buku ada ratusan buku tentang manusia yang mencintai > sesamanya ini.(*) > > > > Jawa Pos > > > [Non-text portions of this message have been removed] >