Pemimpin Yang Rendah Hati

26 Februari 2010 15:15:12 |

Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri



Suatu ketika seorang laki-laki menghadap Nabi Muhammad SAW dan gemetaran
–oleh wibawa beliau-- saat berbicara. Nabi SAW pun berkata menenangkan:
“Tenang saja! Aku bukan raja. Aku hanyalah anaknya perempuan Qureisy yang
biasa makan ikan asin.” (Dalam hadisnya, menggunakan kata qadiid yang
maknanya dendeng, makanan sederhana di Arab. Saya terjemahkan dengan ikan
asin yang merupakan makanan sederhana di Indonesia).



Ketika Rasulullah SAW datang di Mekkah, setelah sekian lama hijrah, sahabat
Abu Bakar Siddiq r.a. sowan bersama ayahandanya, Utsman yang lebih terkenal
dengan julukan Abu Quhaafah. Melihat sahabat karib sekaligus mertuanya
bersama ayahandanya itu, Rasulullah SAW pun bersabda “Wahai Abu Bakar,
mengapa Sampeyan merepotkan orang tua? Mengapa tidak menunggu aku yang sowan
beliau di kediamannya?”


***


Sahabat Abdurrahman Ibn Shakhr yang lebih dikenal dengan Abu Hurairah r.a.
bercerita: “Suatu ketika aku masuk pasar bersama Rasulullah SAW. Rasulullah
berhenti, membeli celana dalam dan berkata: ‘Pilihkan yang baik lho!’
(Terjemahan dari aslinya: Rasulullah bersabda kepada si tukang timbang,
‘Timbang dan murahin – bahasa Jawa: sing anget—‘. Boleh jadi waktu itu, beli
celana pun ditimbang). Mendengar suara Rasulullah SAW, si pedagang celana
pun melompat mencium tangan beliau. Rasulullah menarik tangan beliau sambil
bersabda: ‘Itu tindakan orang-orang asing terhadap raja mereka. Aku bukan
raja. Aku hanyalah laki-laki biasa seperti kamu.’ Kemudian beliau ambil
celana yang sudah beliau beli. Aku berniat akan membawakannya, tapi beliau
buru-buru bersabda: ‘Pemilik barang lebih berhak membawa barangnya.’”


***


Itu beberapa cuplikan yang saya terjemahkan secara bebas dari kitab
Nihayaayat al-Arab-nya Syeikh Syihabuddin Ahmad Ibn Abdul Wahhab An-Nuweiry
(677-733 H) jilid ke 18 hal 262-263. Saya nukilkan cuplikan-cuplikan kecil
itu untuk berbagi kesan dengan Anda. Soalnya saya sendiri, saat membacanya,
mendapat gambaran betapa biasa dan rendah hatinya pemimpin agung kita Nabi
Muhammad SAW.


Dalam kitab itu juga disebutkan bahwa Rasulullah SAW sering naik atau
membonceng kendaraan paling sederhana saat itu; yaitu keledai. Rasulullah
SAW suka menyambangi dan duduk bercengkerama dengan orang-orang
fakir-miskin. Menurut istri terkasih beliau, sayyidatina ‘Aisyah r.a dan
cucu kesayangan beliau Hasan Ibn Ali r.a, Rasulullah SAW mengerjakan
pekerjaan rumah; membersihkan dan menambal sendiri pakaiannya; memerah susu
kambingnya; menjahit terompahnya yang putus; menyapu dan membuang sampah;
memberi makan ternak; ikut membantu sang istri mengaduk adonan roti; dan
makan bersama-sama pelayan.


Sikap dan gaya hidup sederhana sebagaimana hamba biasa itu agaknya memang
merupakan pilihan Rasulullah SAW sejak awal. Karena itu dan tentu saja juga
karena kekuatan pribadi beliau, bahkan kebesaran beliau sebagai pemimpin
agama maupun pemimpin Negara pun tidak mampu mengubah sikap dan gaya hidup
sederhana beliau. Bandingkan misalnya, dengan kawan kita yang baru menjadi
kepala desa saja sudah merasa lain; atau ikhwan kita yang baru menjadi
pimpinan majlis taklim saja sudah merasa beda dengan orang lain.


Memang tidak mudah untuk bersikap biasa; terutama bagi mereka yang terlalu
ingin menjadi luar biasa atau mereka yang tidak tahan dengan
‘keluarbiasaan’. Apalagi sering kali masyarakat juga ikut ‘membantu’
mempersulit orang istimewa untuk bersikap biasa. Orang yang semula biasa dan
sederhana; ketika nasib baik mengistimewakannya menjadi pemimpin, misalnya,
atau tokoh berilmu atau berada atau berpangkat atau terkenal, biasanya
masyarakat di sekelilingnya pun mengelu-elukannya sedemikian rupa, sehingga
yang bersangkutan terlena dan menjadi tidak istimewa. Keistimewaan orang
istimewa terutama terletak pada kekuatannya untuk tidak terlena dan
terpengaruh oleh keistimewaannya itu. Keistimewaan khalifah Allah terutama
terletak pada kekuatannya untuk tidak terlena dan terpengaruh oleh
kekhalifahannya, mampu menjaga tetap menjadi hamba Allah.


Keistimewaan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin antara lain karena beliau
tidak terlena dan terpengaruh oleh keistimewaannya sendiri. Kita pun
kemudian menyebutnya sebagai pemimpin yang rendah hati.


Nabi Muhammad SAW adalah contoh paling baik dari seorang hamba Allah yang
menjadi khalifahNya. Beliau sangat istimewa justru karena sikap kehambaannya
sedikit pun tidak menjadi luntur oleh keistimewaannya sebagai khalifah
Allah.


Shalawat dan salam bagimu, ya Rasulallah, kami rindu!



KH. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut
Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke