perlu dibaca untuk menambah pengetahuan dh ---------- Forwarded message ---------- From: HMT OPPUSUNGGU <humtia...@hotmail.com> Date: 2010/3/5 Subject: To: Presiden SBY <hart...@lpem-feui.org>, Presiden Yudhoyono < c...@csis.or.id>, MenKeu Dpt Keuangan <helpd...@depkeu.go.id>, hu...@ekon.go.id, webmas...@setneg.go.id, lsmlawoff...@lsm86law.com, hikmaha...@yahoo.com, i...@paramadina.ac.id, off...@abnp.co.id, sekretar...@republika.co.id, set_komi...@dpr.go.id, set_komi...@dpr.go.id, set_komi...@dpr.go.id, set_komi...@dpr.go.id, set_komis...@dpr.go.id, "Pres.Dr Soesilo Yudhoyono" <set_komis...@dpr.go.id>, rek...@ui.edu, Bistok Sitorus <sitorusbis...@yahoo.com>, kep...@lipi.go.id, fata...@ui.edu, icwm...@rad.net.id, KADIN <sjah...@rad.net.id>, Kwik Kian Gie < k...@indo.net.id>, Sri-Edi Swasono <swas...@yahoo.com>, Gubernur Bank Indonesia <huma...@bi.go.id>, Komisi korupsi <pengad...@kpk.go.id>, bro...@indo.net.id, wkasm...@gmail.com, charles.hutas...@yahoo.com Cc: sekretaris...@unair.ac.id, a...@ipmimba.ac.id, irwanid2...@yahoo.com, iraw...@ipmimba.ac.id, i...@bisnis-jakarta.com, sa...@dunamis.co.id, um...@ugm.ac.id, Aristides Katoppo <reda...@sinarharapan.co.id>, i...@itb.ac.id, danendraind...@yahoo.com.sg, sekretar...@komisihukum.go.id, fo...@mediaindonesia.co.id, ko...@tempo.co.id, salahuddin_wa...@yahoo.com, i...@qchannel.tv, i...@tvone.co.id, i...@wahidinstitute.org, forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com, megam...@gmail.com, h...@bni.co.id, hu...@unpad.ac.id, bdo...@indopetroleum.com, republik_mi...@yahoo.com, ari.puspas...@yahoo.com, dharma.hutau...@gmail.com, s...@pacific.net.id, webmas...@fe.unibraw.ac.id, Sugeng Saryadi <s...@cps-sss.org>
* (revisi) * * INDONESIA** GAWAT DARURAT:* * PRESIDEN SBY MEMBUKA TOPENG SANDIWARANYA. * Presiden SBY tgl 1-3-2010 menyatakan sikapnya *membenarkan dan bertanggung jawab atas kebijakan pemberian dana talangan kepada Bank Century (BC). Kalau saya gunakan logika apakah harus selamat atau jatuh seperti krisis. Mengapa memilih? Pilihannya adalah tutup dengan keluarkan Rp 6.7 triliun dengan bail out Pengucuran dana tsb dilakukan demi penyelamatan perekonomian Indonesia. * Pernyataan SBY bahwa beliau memegang tanggung akhir atas tindakan kebijakan benar atau salah- yang dijalankan para Menterinya bukan merupakan berita baru, karena tanggung jawab seperti itu berlaku umum untuk setiap kepala Negara. Berita yang paling mengerikan dan menakutkan dan membuat bulu roma kita tegak adalah kesaksian tegas dari Pres. SBY mendukung dan bertanggung jawab atas kekeliruan fatal dari kebijakan Boediono dan Sri Mulyani. Sebab, bail out BC yang mereka jalankan melulu merupakan tipu muslihat luar biasa, karena dilakukan di luar dasar-dasar ilmiah yang selayaknya. *There must be something seriously wrong with his economics*, bila SBY yang nota bene ekonom, dengan gigih *mendukung dasar-dasar non-ilmiah dari bail out* yang dijalankan Boediono dan Sri Mulyani terhadap satu bank yang sudah lumpuh dirampok pemiliknya Robert Tantular cs. *Lebih parah pula keyakinan SBY yang menganggap bail out BC tadi dilakukan demi penyelamatan perekonomian Indonesia, katanya.* Seolah-olah SBY berkata: *Sebuah** pohon yang dimakan rayap harus diobati* * supaya hutannya bisa diselamatkan.* Dengan pernyataan dukungannya tsb, Pres. SBY membuka sendiri topengnya sejati, bahwa beliau pemain sandiwara tulen seperti yang dimainkan Boediono dan Sri Mulyani. Mengapa harus bersandiwara adalah rahasia khusus antara SBY dan Sri Mulyani. Rahasia tsb telah dapat diindikasikan temuan-temuan yang diperoleh Pansus. Khusus untuk meredam temuan-temuan Pansus inilah, SBY menegaskan tidak ada yang salah dengan bail out BC dan Presiden sepenuhnya mendukung kebijakan Boediono dan Sri Mulyani. Dari semula sejak Konperensi Kopenhagen, SBY menyatakan bahwa menurut Undang-Undang, Boediono dan Sri Mulyani tidak mungkin dimakzulkan, bahkan Pansus sendiri dituduhnya bermaksud mengkriminalisasi kedua otoritas moneter tadi. Rakyat didorong oleh hati nurani dan rasa keadilan- marak berdemonstrasi di mana-mana. Mereka menuntut Boediono dan Sri Mulyani, bahkan SBY sendiri supaya turun takhta. Namun, SBY mencemoohkan para demonstran tadi yang dianggapnya tidak tahu sopan santun terhadap pimpinan Negara. Padahal persoalannya bukan etika atau penghinaan terhadap pimpinan, tapi penderitaan rakyat, khususnya dari para nasabah BC yang kehilangan uang-depositonya tega dibiarkan SBY dimalingi Boediono dan Sri Mulyani. Sekalipun tingkat ilmu para demonstran jauh dibawah ilmu kesarjanaan namun hati nurani dan rasa keadilan mereka jauh lebih unggul ketimbang Boediono, Sri Mulyani dan Pres. SBY karena rakyat dapat merasakan betapa pedihnya penderitaan keluarga para nasabah korban bail out BC tadi. Persoalannya jauh di luar etika. Kenyataannya, bail out BC tsb sama sekali terlepas dari dasar-dasar ilmu-ekonomi-moneter-perbankan . Tidak ada ilmu dan teori moneter atau *logika murid Taman Kanak-Kanak* sekalipun, yang memperbolehkan kedua otoritas moneter Boediono dan Sri Mulyani, dengan alasan apapun, untuk mem-bail out *satu bank* BC- yang oleh SBY sembrono dihubung-hubungkan begitu saja seolah-olah dilakukan untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia!?! *Di mana teorinya Pak SBY?**Bank * *BC mati atau * *berkembang seperti Bank Lippo, tidak ada sangkut pautnya dengan * *perekonomian Nias saja, apalagi dengan ekonomi seluruh Indonesia.* *Mutatis mutandis*, logika awam saja tidak akan menerima dalil yang mengatakan bahwa bila Bank Mandiri, misalnya,dibantu dengan tambahan modalnya 10x Rp 6.7 miliar, maka perkereta apian, pabrik semen dll, ya, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan maju pesat? Dengan kata lain, ilmu atau logika SBY, Boediono dan Sri Mulyani dalam bail out BC, jauh lebih rendah dari kaum awam. Begitu pula perlu dipahami, bahwa semua peraturan-peraturan, seperti FPJP, KSSK, PERPU, INSTRUKSI, DLL yang dirumuskan Sri Mulyani (baca Laporan di bawah) untuk mengahalkan tindakan bail-out BC harus dianggap batal karena merupakan pelanggaran saja atas kebenaran ilmu moneter perbankan sendiri. Demikian pula rapat akbar yang digelar Sri Mulyani bulan Desember 2008 dengan mengumpulkan seluruh tokoh-tokoh ilmuwan Indonesia dan yang dengan aklamasi mendukung gagasannya mem-bail out BC, hanya antek Sri Mulyani belaka untuk turut bersandiwara. Sebab, jika aklamasi dukungan tsb benar-benar ilmiah sifatnya, maka rapat akbar tsb tidak perlu diadakan. Sebab kebenaran ilmiah tidak memerlukan dukungan apa-apa dari cendekiawan manapun. Ekonom yang masih mendukung kebijakan bail out BC oleh Boediono dan Sri Mulyani harus dianggap bukan lagi sarjana, tapi ekonom-dagelan saja yang hanya pinter berpura-pura dan bersandiwara seolah-olah ahli moneter, seperti Sri Mulyani, yang halnya diuraikan lebih lanjut di bawah ini. *Kompas tgl* *5 Desember 2008 *melaporkan, bahwa Sri Mulyani, Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Bidang Perekonomian berkata <<*Dalam menghadapi krisis keuangan global, yang sedang kami rumuskan adalah respons yang paling tepat. Karena jika berbicara tentang PHK, mana yang akan dibantu, pekerja, pengusaha, atau kedua-duanya. Lalu apakah bantuannya sementara atau jangka panjang? * *Meski demikian, Sr Mulyani menegaskan, pihaknya akan merevisi semua paket kebijakan yang telah disusun untuk menghadang dampak krisis ekonomi global. Paket kebijakan pasti akan disesuaikan, karena kami juga mendengarkan suara pengusaha dan industri. Kami akan lihat berdasarkan statistik, penarikan pajaknya, volume penjualan, dan perkembangan harga komoditas. Pemerintah terus melakukan penyesuaian kebijakan yang tanggap terhadap krisis sepanjang 2009. Seluruhnya akan dibahas dalam sidang Kabinet, kemudian baru diumumkan. Sementara ini, Pemerintah akan menggunakan ruang fiskal yang telah dimiliki dalam APBN 2009, untuk mengakomodasi pertolongan terhadap sektor-sektor yang mengalami pelambatan akibat tekanan krisis global Pada 28 Oktober 2008, Presiden SBY mengeluarkan 10 instruksi untuk menanggulangi dampak krisis nilai tukar rupiah dan gejolak ekonomi global Selain itu, sebelumnya pada 13 Oktober 2008, Pemerintah menerbitkan tiga Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang (Perpu) untuk meredam krisis moneter dan menghindarkan Indonesia dari krisis seperti yang terjadi tahun 1997. Melalui tiga Perpu itu, Pemerintah membolehkan perbankan meminjam dana kepada BI dengan jaminan asset yang lebih ringan. Kebijakan lain, dana simpanan nasabah yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dinaikkan dari Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar per nasabah per bank >>* * * Banyak masalah dan solusi-solusi yang melompat dari sana kemari disajikan Sri Mulyani di atas, namun kita bingung menemukan hubungan-ilmiah dari masalah yang satu dengan yang lain, begitu juga antar-faktor-faktor penyebabnya. Semua serba campur aduk dan kacau dan disusun terburu-buru. Namun, *psychoanalysis dan mindset reading* meyakinkan dengan jelas bahwa peran utama mem-bail out BC dengan sangat lincah dan lihai dijalankan oleh Sri Mulyani sendiri yang menjadi single fighter dan aktor intelektualitas utama. Dapat disimak bahwa dialah yang terlebih dahulu dan yang sudah lama mempersiapkan *segala sesuatunya* untuk menghalalkan tindakannya memilih sebuah bank yang sekalipun sudah lumpuh total Bank Century- tapi di luar norma-norma akal sehat dijadikan korban empuk untuk di-bail out dengan talangan-uang yang harus luar biasa pula jumlahnya, sambil menyulapnya sekaligus menjadi bank milik Negara. Penjelasan panjang lebar Sri Mulyani di atas hanya bumbu-bumbu seolah-olah ilmiah bunyinya tapi dimaksudkannya hanya sebagai kedok untuk mengelabui rakyat belaka, yang dianggap Sri Mulyani sekadar awam belaka yang tidak akan mempertanyakan tindakan-tindakan yang dipermainkannya. Target akhir dan pokok bagi Sri Mulyani adalah apa yang dijelaskannya pada akhir pernyataannya di atas, bahwa *(i) bank-bank diperbolehkan Pemerintah meminjam dana dari BI dan (ii) jaminan LPS bagi setiap nasabah bank diroketkannya 20x lipat. Akhirnya Sri Mulyani berhasil merekayasa dana bail out BI Rp 689 miliar dan Rp 6.7 triliun dari LPS. * * * Sri Mulyani yakin bahwa berdasarkan rahasia bank, Pansus tidak akan berhasil menelusuri terjadinya pelanggaran hukum dari aliran dana ke dan dari Bank Mutiara yang disulapnya secara illegal menjadi milik Negara menggantikan BC milik swasta. Dalam menghilangkan BC dari peredaran, Sri Mulyani mengikuti jejak hilangnya Bank Bali dari muka bumi bisa terjadi berkat kerjasama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI pada waktu Pemilu 1971. Sekarang juga demikian halnya. Sri Mulyani dengan mudah berhasil membentuk kerjasama dengan memperalat Boediono, yang ternyata kokokbeluk belaka selama menjabat sebagai Gubernur BI. Boediono dijadikannya anggota pasif saja dari KSSK ciptaan dan diketuai Sri Mulyani, yang mencaplok dan mengambil alih tugas pokok BI yang seyogianya satu-satunya lembaga yang berfungsi untuk stabilisasi Sektor Keuangan (=Moneter). Dari kutipan di atas dengan terang benderang dapat disimak kelicikan Sri Mulyanilah yang dengan halus dan tanpa rintangan apa-apa, berhasil mengambil alih tugas moneter dari Gubernur BI. Segala sesuatunya berjalan mulus untuk menghalalkan pencaplokannya atas BC. Tujuan utama bukan penyelamatan BC supaya hidup kembali tapi pencaplokan BC demi pengumpulan dana bagi Pemilu dan Pilpres 2009. *Inilah kebanggaan tersendiri dari SBY atas Sri Mulyani .* Dari kutipan di atas dapat pula disimak bahwa Sri Mulyani tidak pernah menyebutkan, bahwa Indonesia pada 2008 mengalami krisis, selain dari krisis finansial global yang bermula di USA. Untuk mengahadapi krisis global tsb, Sri Mulyani mendongeng, bahwa pada tgl 28 Oktober SBY mengeluarkan instruksi untuk menanggulangi dampak *krisis nilai tukar rupiah* dan *gejolak ekonomi global*. Instruksi itu katanya- a.l. memberlakukan kontrol devisa untuk BUMN dongeng belaka dari Sri Mulyani. Selanjutnya kutipan di atas menunjukkan pula khayalan Sri Mulyani bahwa pada tgl 13 Oktober 2008, Pemerintah menerbitkan tiga PerPu katanya- untuk meredam Krisis Moneter dan menghindarkan Indonesia dari krisis seperti yang terjadi tahun 1997. Padahal, Sri Mulyani sendiri butahuruf dan tidak memahami apa arti Krisis Moneter itu sendiri. Demikian pula pengertiannya tentang *krisis nilai tukar * sangat keliru, karena krisis nilai tukar rupiah tidak pernah ada di Indonesia atau krisis nilai tukar di Negara manapun di dunia. Lagi pula, dalam realita, dia sendiri sama seperti Boediono- buta huruf total untuk tidak menyadari, bahwa kurs rupiah ditentukan oleh Bloomberg dan Reuters, sedang BI karena tidak memahami caranya- tinggal menyonteknya saja. Untuk mempertegas kebenaran pengertiannya atas krisis moneter, Sri Mulyani melakukan wawancara umum dan di TV, di mana dia dengan sangat berani berbohong, mempertaruhkan dan memperalat nama Presiden SBY, seolah-olah SBY mengerti apa Krismon dan atas dasar itu katanya- menginstruksikan padanya supaya *coute que coute *mencegah krisis 1997 jangan kembali lagi menjelang akhir 2008. Padahal, instruksi tsb tidak pernah ada, tapi dicetuskan menjadi alasan kuat, sekalipun dibuat-buat, melulu untuk menghalalkan pencaplokan Sri Mulyani atas BC. Sekalipun benar analisis Sri Mulyani bahwa dia berhasil mencegah kembalinya Krisis 1997, namun hilangnya Krisis tsb sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan bail out BC. Krisis finansial globalpun tidak ada hubungannya dengan bail out BC. Kata Sri Mulyani pula- BC tiba-tiba kesurupan Dampak-Systemic yang sangat membahayakan seluruh perbankan nasional, atas dasar mana sambungnya- BC harus segera di-bail out untuk meniadakan dampak-systemic tadi, agar perekonomian Indonesia bisa terhindarkan dari jeratan krisis moneter yang lebih dahsyat dari Krismon 1997 lagi-lagi khayalnya dan bohong Sri Mulyani belaka. Khusus si Mulut-Kotor Ruhut Sitompul dan Prof. Moneter Amir Syamsuddin dari Partai Demokrat mengelu-elukan dan memuja-muji Sri Mulyani sebagai pahlawan ekonomi, yang dengan bail out BC, Indonesia bisa terhindar dari malapetaka KrisMon 1997. Investor Daily, 1 Maret 2010, melaporkan, bahwa *antek-antek Sri Mulyani*, Sigit Pramono, Purbaya Sadewa, Sudargo, Pande Raja Silalahi, Dyah Makhijani sependapat, bahwa *langkah BI menyelamatkan BC lewat pemberian FPJP sudah benar dan sesuai Undang-Undang. Dalam situasi yang memburuk dan kondisi system keuangan yang rawan, bank sekelas apapun (BC) tak boleh dibiarkan bangkrut guna mencegah kerusakan system keuangan yang lebih dahsyat.* Semua antek-antek ini bersandiwara. *Di salah satu kampung di Jawa Tengah -50 tahun yl- sudah menjadi* *kebiasaan ibu-ibu rumah tangga sewaktu terjadi hujan lebat dan sambaran petir- * *untuk melemparkan segenggam nasi ke halaman rumah untuk makanan raja petir * *supaya rumahnya jangan terbakar oleh amukan petir.* Memang benar, bahwa tidak ada satupun rumah di kampung tadi disambar petir. Demikian pula hampir seluruh ekonom bersyukur memuji tindakan brilyan Sri Mulyani yang mem-bail out BC dan melepaskan Indonesia dari Dampak-Systemic.Ternyata Sri Mulyani benar sekali, karena KrisMon 1997 bisa diusirnya menghilang dan tidak satupun bank yang disiksa Dampak Systemic, karena Sri Mulyani memberi makanan bail out BC dengan Rp 6.7 triliun. Dia tidak mempersoalkan para nasabah BC ditinggalakannya tersiksa. Krisis bisa saja berulang kali kembali dialami setiap Negara, namun jenis dan bentuk khas dari krisis yang satu tidak akan pernah berulang dan kembali pada masa berikutnya, karena situasi dan penyebab dari krisis yang satu berbeda diametral dari situasi dan penyebab dari krisis berikutnya tadi. Mari kita simak apa itu Krisis Moneter 1997. Soedradjad Djiwandono yang sama kebadutannya dengan Boediono- keliru menyebut Krisis Moneter (yang terkenal dengan sebutan Krismon) menimpa Indonesia pada pertengahan 1997. Padahal krisis moneter tsb tidak pernah ada, karena tidak ditandai sebagai ciri khasnya oleh cepatnya terjadi inflasi yang diakibatkan oleh melonjaknya peredaran uang. Soedradjad, yang dianya bukan ahli-moneter, membiarkan dirinya ditipu- muslihati oleh IMF (Baca dalam hubungan ini Bab III dari buku kami: *Tsunami SBY*). Memang IMF mengantisipasi akan datangnya Krisis Valas pada tahun 1998 dan untuk itu IMF menyediakan standby loan sebanyak $41 miliar pada November 1997. Memang Krisis Valas tadi tidak terelakkan, sebagai akibat dari Pakto 1986 yang keliru dikeluarkan Gubernur BI Adrianus Mooy dan Menteri Keuangan JB Sumarlin. Pakto tadi memperbolehkan para konglomerat bebas meminjam valas dari luar negeri sambil memperbolehkan mereka pula memarkir valas miliknya di luar negeri. Pada permulaan 1998, persediaan devisa memang akan ludes kosong- habis, bila utang valas Indonesia yang jatuh tempo pada waktu itu harus dilunasi. Syukur, Indonesia oleh kreditur valas diizinkan memperoleh moratorium untuk menunda pembayaran utang tsb. Namun, sekalipun standby loan sudah tersedia untuk menampung gejolak neraca pembayaran,Soedradjad memelihara persediaan valas tertimbun saja, dan membiarkan kurs rupiah melonjak terus hingga terdepresiasi sebanyak 500%. Akibatnya export Indonesia memperoleh rezeki nomplok luar biasa yang dibiayai dengan pajak impor yang luar biasa pula tingginya. Alhasil, ongkos impor naik luar biasa yang pada gilirannya langsung meroketkan ongkos produksi di dalam negeri. Ketololan Soedradjad meroketkan kurs rupiah tadi membuat ketimpangan dimana sektor ekspor dimanjakan memperoleh *extremely high-income earnings*, sedang sektor ekonomi dalam negeri menderita * high-cost-economy*. Akibat dari high-cost economy tadi timbullah *krisis ilikuiditas perekonomian*, yang menciptakan kebangkrutan dan tertutupnya banyak perusahaan dan bank yang sekaligus menciptakan pengangguran besar-besaran. Ketimpangan antara expor dan impor Indonesia tetap saja berlanjut hingga hari ini sekalipun BC sudah di-bail out. Perlu pula dicatat, bahwa Dewan Gubernur BI kebingungan dan menyediakan pinjaman BLBI besar-besaran untuk mem-bail out perbankan. Namun, BI melakukan kekeliruan, karena pembayaran kembali BLBI ditagih segera, sedang kesulitan likuiditas perusahaan dan bank, sifatnya sudah jangka panjang. Dalam pada itu Soedradjad dan anggota Dewan Gubernur lainnya, karena jiwa banditisme mereka, masih berani saja melakukan korupsi uang BLBI tsb, praktek mana diikuti juga oleh beberapa anggota Dewan Gubernur berikutnya. Tapi jauh lebih kejam lagi ketimbang korupsi moneter tadi, adalah kejahatan para Gubernur BI seperti Boediono sendiri- yang bersandiwara seolah-olah menguasai keahlian-moneter, sehingga merusak fungsi BI sebagai Bank Sentral. Ulah sandiwara Boediono dan para Gubernur sebelumnya membuat system perbankan di Indonesia rusak total dan berada jauh di bawah system Bank Sentral beserta perbankan nasional di Negara tetangga ASEAN. Namun, Boediono, Sri Mulyani dan SBY tidak mempersoalkan, bahkan membiarkan perbankan dan Bank Sentral beroperasi acak-acakan tanpa system hingga hari ini. Saya sendiri mengirimkan kepada Pres. SBY 1 copy dari Undang-Undang Bank Sentral Filipina agar kiranya dapat dipahami kepalsuan Undang-Undang BI No.23, 1999, yang sejak lama dibiarkannya berjalan berlarut-larut dan dengan demikian membiarkan Boediono bersandiwara saja terus selama menjabat di BI sama halnya seperti Sri Mulyani yang bersandiwara seolah-olah menjadi Gubernur BI, khususnya *berkaitan dengan bail out BC*. Jelaslah dari uraian di atas bahwa sandiwara dan kebohongan dari Boediono dan lebih-lebih dari Sri Mulyani membuat mereka berdua menjadi biang keladi utama dari skandal BC, yang ditengarai seperti diindikasikan temuan-temuan Pansus- sebagai keterlibatan mereka dalam siasat Mafia Moneter Team Sukses Partai Demokrat untuk Pemilu dan PilPres 2009. Sukar dibuktikan, tapi kebenarannya tidak bisa disembunyikan. Memang, kejahatan-moneter Boediono dan Sri Mulyani tidak bisa dijerat KUHP. Namun demkian, setelah sekarang topeng-sandiwara Presiden SBY sendiri terbuka lebar, maka jelas sekali Presiden memperlihatkan dukungan palsunya melindungi kedua ahli-moneter-gadungan tsb. Bagi Pres. SBY tidak ada pilihan lain selain dari SBY harus segera mencopot ke-2 kesayangannya tadi dari jabatan mereka sekarang, agar demonstrasi hati nurani dan rasa keadilan rakyat tidak memakzulkan SBY sendiri. Orang kuat bisa diturunkan orang lemah. *Siapa nyana, Soekarno bisa turun lantaran KAMI/KAPPI atau Soeharto turun * * takhta karena pembunuhan mahasiswa di Trisakti dan Semanggi I&II.* * Siapa nyana parlemen-jalanan sanggup meruntuhkan singgasana SBY.* * * 4-3-2010. hmt oppusunggu (Sebarkan ke kantor-kantor Pemerintah, DPR, Yudikatif, Dewan Mahasiswa-BEM universitas di Jakarta dan tentunya ke Sabang-Merauke) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/