Perlukah Menolak Kedatangan Obama?

Wednesday, 10 March 2010 08:49

Kehadiran Obama karena ia tahu, kita adalah umat Islam terbesar di dunia.
Sudah seharusnya umat Islam di Indonesia menjadi pemain efektif dalam
hubungan dengan AS





Oleh: M. Syamsi Ali



TIADA disangkal lagi, Barack Obama,  menjadi salah satu figur dunia saat
ini. Tentu bukan saja sebagai Presiden negara superpower Amerika Serikat
(AS) yang ke-44, tapi juga Obama merupakan sosok yang menarik dalam
perpolitikan. Ia relatif baru dalam kancah politik, dari community
organizer, state senator, terpilih menjadi senator AS, dan tiba-tiba mampu
mengalahkan calon-calon presiden lainnya yang sangat senior, termasuk John
McCain, dan sebelumnya sesama calon Partai Demokrat, Hillary Clinton.



Tapi barangkali yang paling istimewa dari semua itu adalah sosok kepribadian
Barack Obama itu sendiri, yang bagi saya sangat unik. Ia anak seorang ayah
non-Amerika, warga Kenya, dan ibu keturunan Irish, menjadikan sebagai
individu yang unik. Individu yang bisa bangga mewakili manusia tanpa batas
ras. Bangga sebagai warga kulit hitam, African-American,  meski di AS
sendiri masih dikategorikan warga yang  marginalized.



Maka terpilihnya Barack Obama menjadi Presiden AS merupakan simbol
‘empowerment’ untuk mereka yang selama ini dipersepsikan sebagai elemen
masyarakat yang lemah, khususnya warga kulit hitam AS. Bahkan terpilihnya
beliau ditafsirkan oleh sebagian kalangan sebagai ‘realisasi mimpi’ Dr.
Martin Luther, pejuang hak-hak kesamaan sipil AS.



Bagi saya sendiri, keunikan yang dimiliki oleh Barack Obama tidak sama
sekali terletak di bentuk warna kulit dan posisinya sebagai Presiden negara
terkuat dunia, Amerika Serikat. Melainkan pada berbagai pemikiran dan sikap
politiknya dalam kampanye, dan dalam berbagai upaya kebijakan yang ingin
diambil setelah menduduki Gedung Putih. Sayangnya memang berbagai kebijakan
itu tidak semudah yang dibayangkan oleh khalayak ramai. Sebuah kebijakan
perlu melalui ‘pintu-pintu ketat politis’, termasuk Kongres dan Senat,
sebelum disahkan oleh Presiden untuk menjadi ‘policy’.



Di antara berbagai pemikiran dan sikap Barack Obama yang unik, antara lain
sebagai berikut:



Pertama, salah seorang yang menentang sejak awal penggelindingan perang Iraq
oleh Presiden Goerge W. Bush. Ketika itu ia adalah State Senator dari
Illinois. Sebagai ahli hukum internasional dari Harvard University,  Obama
sadar betul bahwa apa yang dilakukan oleh Presiden Amerika saat itu adalah
illegal dan bertentangan dengan norma-norma kesepakatan masyarakat
internasional. Oleh karenanya, dia menentang dan bahkan menjadi salah satu
tema utama kampanyenya.



Yang paling penting adalah, Obama telah menetapkan penarikan tentara AS dari
Iraq dalam beberapa bulan ke depan, dengan melihat kepada situasi di
lapangan. Bagi saya, ini juga merupakan bagian dari sikap tangggung jawab
yang tidak ingin meninggalkan Iraq begitu saja. Jika ini yang dilakukan maka
sudah pasti Amerika akan dicatat oleh sejarah sebagai ‘penjajah’ yang tidak
bertanggung jawab.



Hasil sikap politik Barack Obama terhadap Iraq ini jauh lebih baik ketimbang
hasil sikap politik pendahulunya dari Republikan. Kekerasan, pembunuhan, dan
lain-lain memang masih saja terjadi, namun jauh menurun.



Kedua, sehari setelah pelantikannya sebagai Presiden, Barack Obama langsung
menandatangani sebuah ‘executive order’ untuk menutup fasilitas penjara di
Guantanamo. Guantanamo telah menjadi saksi sejarah hitam dalam rangkaian
sejarah negara AS dengan berbagai pelanggaran HAM, termasuk torture, yang
kenyataannya AS seringkali dilihat sebagai pejuang HAM. Oleh karenanya,
dengan tanpa pertimbangan apapun, Barack Obama segera memerintahkan untuk
menutup dengan waktu yang jelas.



Walaupun hingga kini perintah penutupan tersebut belum sepenuhnya
terealisasi karena berbagai kendala teknis, seperti penempatan ratusan
penduduk Guantanamo yang masih menunggu pengadilan dan juga tentunya adanya
upaya-upaya dari lawan politiknya untuk menghalanginya. Tapi keberanian dan
ketegasan Barack Obama untuk menutup fasilitas itu merupakan langkah
positif.



Ketiga, dan mungkin ini yang paling penting untuk disadari, bahwa pada hari
kedua di Gedung Putih, Barack Obama langsung melakukan komunikasi dengan
kedua pemimpin Israel dan Palestina dalam upaya mencari solusi konflik Timur
Tengah. Bahkan upaya itu langsung ditindaklanjuti dengan mengangkat seorang
senator sebagai utusan khusus Presiden untuk Timur Tengah.



Bagi saya pribadi, di tengah gelombang perang Iraq dan Afganistan, Barack
Obama memberikan perhatian khusus terhadap konflik Timur Tengah, khususnya
Israel-Palestina. Tentu sebuah gambaran bahwa Barack sadar sepenuhnya betapa
konflik Palestina-Israel adalah “kanker” yang menggerogoti dunia
internasional kita sekarang ini. Jika saja konflik ini bisa diselesaikan,
sudah pasti akan banyak kekisruhan-kekisruhan dunia yang dapat diselesaikan.



Yang paling unik bagi saya adalah kenyataan bahwa Barack Obama terlihat
‘berani’ dalam memposisikan diri sebagai ‘mediator’ yang tidak memihak.
Minimal ini terlihat dalam berbagai pernyataannya yang cenderung tidak
selalu ‘menyalahkan’ Palestina, sebagaimana para pendahulunya, sementara di
sisi lain melemparkan pernyataan keras kepada Israel. Padahal, kita ketahui,
mengeritik Israel bisa dinilai sebagai ‘political suicide’ bagi seorang
Presiden AS.



Keempat, sadar akan kritikan selama beberapa tahun terakhir terhadap Amerika
dalam HAM, terutama dalam menyikapi penyiksaan terhadap tahanan atau
‘torture’, Barack Obama dengan tegas melarang semua bentuk penyiksaan yang
masuk dalam kategori ‘torture’, termasuk water boarding yang pernah
dilakukan kepada tahanan teroris Sheikh Khalid Mohammed, perancang
(mastermind) serangan terhadap WTC.



Bagi saya pribadi, ini sebuah visi sekaligus komitmen besar. Di saat Amerika
merasa dalam keadaan terancam oleh what so called ‘American haters’, Barack
justeru tetap sadar akan batasan-batasan hukum. Tidak seperti pendahulunya,
yang terkadang atas nama keamanan (security), hukum justru tidak dihiraukan
dan bahkan cenderung dilanggar.



Kelima, di bidang ekonomi Barack Obama telah banyak mencoba untuk
memodifikasi berbagai aturan yang memihak kepada kaum lemah. Program
‘bailout’-nya ditujukan untuk menyelamatkan para pekerja dari kemungkinan
pemutusan kerja (lay off) besar-besaran oleh corporate (perusahaan). Ini
tentunya harus dilihat sebagai bagian dari ‘peduli kaum dhu’afa’, yang
menjadi bagian dari ‘personal nature’ (tabiat pribadi) Barack Obama yang
pernah mengalami kehidupan kaum dhu’afa.



Contoh yang paling jelas adalah beberapa peraturan terakhir yang nampak
sangat berpihak kepada pelanggan ‘credit cards’ (kartu kredit), yang
biasanya terlilit oleh utang perusahaan kredit yang mematikan. Beberapa
peraturan terakhir memaksa perusahaan-perusahaan kartu kredit untuk
melakukan modifikasi guna tidak membebani para pelanggangnya.



Barangkali upaya terbesar yang menjadi prioritas utamanya saat ini adalah
‘health care reform’ yang mati-matian ditentang oleh Republikan. Saya
sendiri menilai, penentangan itu sesungguhnya bukan dilandasi oleh
kepentingan khalayak ramai, tapi kepada upaya pengganjalan kepada program
prioritas Barack Obama. Dan sudah tentu tujuan akhir dari upaya penggagalan
tersebut adalah menjatuhkan kredibilitas Barack di khalayak ramai.
Ujung-ujungnya adalah agar masyarakat Amerika tidak lagi memilih Barack
Obama untuk periode kedua tiga tahun ke depan.



Keenam, bahwa Barack Obama memiliki komitmen demokrasi dengan menjunjung
tinggi diversity manusia. Ini yang disadarinya sehingga Barack Obama tidak
canggung-canggung melakukan  direct talk dengan berbagai kalangan dunia
lain, termasuk dengan dunia Islam. Pesan-pesan yang disampaikan di Kairo,
Mesir merupakan representasi kesadaran akan ‘inter-dependensi’ dunia saat
ini. Obama sadar bahwa tak satu bangsa atau negara di dunia ini, termasuk
negara superpower Amerika, bisa hidup tanpa kerjasama dengan bangsa-bangsa
lain.



Sikap dan kebijakan Barack Obama ini, bagi saya pribadi, sangat bertentangan
dengan pandangan dan sikap pendahulunya yang melemparkan slogan ‘with us or
against us’.



Selain itu, Barack Obama sangat santun dalam mengeritik lawan-lawan
politiknya, bahkan terhadap Presiden Iran sekalipun. Barack selama ini tetap
memakai bahasa santun dalam mengkritisi sikap Presiden Ahmadinejad yang
bersikukuh untuk mengembangkan ‘nuclear power’ di negaranya. Berbeda dengan
G.W Bush yang selalu memberikan kritikan dengan ‘uncivilized manner’,
termasuk pengistilahan ‘Evil Axes’ (poros syetan), dan lain-lain.



Kunjungan ke Indonesia



Menurut rencana, Presiden Barack Obama akan mengunjungi Indonesia, sebelum
ke Australia, pada pertengahan Maret tahun ini. Rencana kunjungan ini,
sebagaimana biasanya, akan disikapi dengan sikap yang berbeda-beda oleh
masyarakat Indonesia. Tentu, berbeda pandangan adalah sesuatu yang baik.
Saya yakin Barack Obama sendiri akan senang dengan adanya perbedaan
pandangan di kalangan masyarakat karena itu adalah gambaran kebebasan
berfikir dan demokrasi.



Akan tetapi, kalau saja saya yang ditanya, apakah kunjungan Barack Obama ke
Indonesia harus mendapat sambutan penghormatan atau penolakan? Maka, dengan
tegas dan terbuka akan saya katakan harusnya diterima, layaknya tamu.
Alasannya
sangat sederhana. Bahwa kalau Barack Obama saja yang memimpin negara terkuat
dunia –dalam berbagai skala kehidupan, dari pendidikan, ekonomi, hingga ke
kekuatan militer-- ingin membangun hubungan yang baik dan sejajar dengan
dunia lain, kenapa bangsa ini tidak mempergunakan ‘kesempatan’ (momentum)
tersebut untuk membangun relasi yang sama dengan Amerika?



Kalaupun ada yang melihat bahwa pemerintahan Amerika saat ini belum
melaksanakan secara maksimal seperti yang diharapkan oleh banyak orang di
berbagai belahan dunia, seharusnya semua itu harus dilihat dengan pandangan
bijak. Bijak dalam arti bahwa sebuah kebijakan politik di negara demokrasi
tidak ditentukan oleh pribadi. Barack Obama bukan seorang raja, juga bukan
pula seorang diktator, tapi seorang Presiden yang dikelilingi oleh berbagai
kepentingan. Dalam menentukan sikap, dia tentu punya pertimbangan politis
yang didasarkan kepada kemaslahatan mayoritas dan jangka panjang.



Kalaulah Obama bisa memaksakan kehendak, maka sudah pasti dia akan memaksa
Israel untuk menghentikan konstruksi pemukiman di berbagai daerah Palestina.
Namun ‘realita’ politisnya mengatakan bahwa apa yang bisa dilakukan saat ini
adalah mengingatkan aktivitas illegal Israel di daerah Palestina.



Akhirnya, saya hanya ingin mengatakan, masanya umat ini melakukan
introspeksi akan masa-masa lalu, sekaligus membuka mata lebar dan memandang
jauh ke depan. Obama, yang menurut catatan penulis masih menghormati
keragaman,  serta berusaha imbang dalam menyikapi berbagai konflik di dunia,
harus bisa menjadi momen yang baik untuk kepentingan bangsa kita ke depan.



Sudah seharusnya umat Islam di Indonesia menjadi pemain utama. Bukan
apa-apa, Obama sadar kehadirannya ke Indonesia karena kita adalah negara
muslim terbesar di dunia.  Di situlah letak penting mengapa kita harus
menjadi pemain efektif dalam berhubungan dengan Amerika dalam upaya-upaya
menyelesaikan berbagai konflik dunia. Umat yang sehat adalah umat yang
selalu positif, visioner, optimis, dan ‘solving in nature’.

Saya yakin, umat Islam Indonesia adalah umat Islam yang selalu mengedepankan
pandangan positif, dan yang paling penting akan meneropong jauh ke depan
perjuangan umat dalam rangka membangun dunia yang lebih bermartabat. Semoga!
[New York, 8 Maret 2010/www.hidayatullah.com]



Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York dan penulis
rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke