Teriakan Penjual Roti

By: agussyafii

Setiap pagi sehabis sholat subuh, pukul 5.30 di depan rumah biasanya terdengar 
teriakkan tukang roti, Ti..roti! Ti..roti! nampak penjual roti umur sudah 
separuh baya. Dulu waktu awal saya tinggal tukang roti itu sudah ada dan selalu 
lewat di depan rumah.

Pernah saya ngobrol dengannya, dari saya awal tinggal sampai sekarang tidak ada 
yang berubah, masih juga menjual roti pak, kata saya. Dia katakan seorang ayah 
harus berkorban untuk keluarganya, jika saya tidak melakukan ini tentunya 
anak-anak saya tidak akan bisa menjadi sarjana.

 Pengorbanan itu nilai teratas yang ada pada tukang roti itu sehingga memancar 
diwajah tukang roti biar sudah tua nampak selalu berseri jika bertemu dengan 
para pembelinya.

Namun beberapa hari ini teriakkan tukang roti itu tidak terdengar, saya tanya 
istri saya, dek..tukang roti kok nggak pernah kedengaran ya beberapa pagi ini 
ya? Iya mas, katanya sih sakit. Sampai pada suatu hari saya mendengarkan bahwa 
dia telah tiada. Rasa kehilangan menghinggapi diri, terbayang wajahnya yang 
sederhana. Pengorbanan dan keihlasan adalah dua kata yang melekat pada tukang 
roti itu. Sayapun teriakkan di pagi hari tukang roti.

---
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda, 
'Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai 
kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat keikhlasan hatimu.' [HR. Muslim]

Wassalam,
agussyafii
--
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Muhasabah Amalia 
(MUSA)' Hari Ahad, Tanggal 18 April 2010 Di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan 
partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii2, atau 
http://agussyafii.blogspot.com/, http://www.twitter.com/agussyafii atau sms di 
087 8777 12 431.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke