Ini adalah bagian yang sangat menarik: agama 'secara harafiah' diturunkan dari 
langit. (Jadi sama sekali tidak berasal dari gagasan manusia yang kemudian 
'dinaikkan ke langit' terlebih dahulu (untuk labeling), lalu 'diturunkan 
kembali ke bumi' dgn distempel surgawi). 

Mari kita bayangkan penalarannya, dengan bagan alur, sekalipun kita kemudian 
akan dianggap gila.

input -> process -> output -> outcome -> impact 

Input:   'wahyu dari Tuhan'
Process: Tuhan mengirimkan 'sms' berisi wahyu-wahyu kepada para nabi
Output:  'sms berisi wahyu dari Tuhan' itu kemudian diterima manusia, 
dipelajari, dianalisis, disederhanakan, diperindah, dikemas, disusun ulang, 
lalu ditulis kembali oleh 'para ahli spiritualitas' (barangkali para pujangga 
dan resi) yang kemudian mencetak wahyu-wahyu itu ke dalam kitab suci.

Impact: agama tersaji sedemikian rupa sehingga dapat dianggap turun dari surga.

atau

Input:   'gagasan manusia, -berupa moralitas dan spiritualitas 
individual/kolektif - untuk kemudian diproses melalui persidangan-persidangan 
keyakinan.

Process: manusia mengirimkan 'sms' berisi ayat-ayat itu kepada para nabi yang 
kemudian meminta para konsultannya untuk memverifikasi ayat-ayat itu. 

Output:  'sms berisi ayat-ayat' itu kemudian diterima manusia, dipelajari, 
dianalisis, disederhanakan, diperindah, dikemas, disusun ulang, lalu ditulis 
kembali oleh 'para ahli spiritualitas' (barangkali para pujangga dan resi) yang 
kemudian mencetak wahyu-wahyu itu dengan label 'surgawi' ke dalam kitab suci.

Outcome:  lahirlah agama-agama itu

Label 'surgawi' itu sebenarnya sama dengan 'label haram' yang dikeluarkan oleh 
para nabi. 

Pertanyaannya: di mana letak kejanggalannya menurut nalar kita?

Kirim email ke