http://www.antaranews.com/berita/1271402707/masukkan-unsur-bin-said-aqil-langgar-kaderisasi-nu

Masukkan Unsur BIN, Said Aqil Langgar Kaderisasi NU
Jumat, 16 April 2010 14:25 WIB | Peristiwa | Pendidikan/Agama | 

(ANTARA/ist)Surabaya (ANTARA News) - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) 
Jatim menilai Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj melanggar prinsip kaderisasi 
dengan memasukkan As`ad Said Ali (Wakil Ketua BIN) dan Felix Wangge (staf 
khusus kepresidenan) dalam kepengurusan PBNU sekarang.

"Pak As`ad Ali dimasukkan dan dihadirkan dalam rapat formatur oleh Pak Said 
Aqil, tapi kami tidak bisa menilai Pak As`ad Ali dan Pak Felix itu, karena kami 
tidak kenal. Pak Said Aqil bilang ingin `pelangi`," kata Rais Syuriah PWNU 
Jatim KHM Miftakhul Akhyar kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.

Anggota formatur dalam penyusunan struktur kepengurusan PBNU 2010-2015 itu 
mengemukakan hal itu ketika dikonfirmasi tentang adanya sejumlah pengurus baru 
yang berencana mundur dari PBNU, karena adanya pengurus baru yang bukan kader 
NU sendiri.

Dalam kesempatan itu, pengasuh Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, 
Surabaya itu mengaku baru mengetahui siapa sosok As`ad S. Ali yang menjadi 
Wakil Ketua Umum PBNU dan Felix Wangge yang menjadi A`wan (anggota pleno PBNU) 
itu setelah diberitahu wartawan.

"Saya baru tahu tentang Felix Wangge itu setelah mendapat SMS dari wartawan, 
meski saya sudah beberapa kali mendapat SMS dari anggota formatur lain yang 
menyatakan ada beberapa pengurus PBNU yang akan mundur, saya masih akan melihat 
perkembangan, tapi saya sekarang sudah tahu semuanya," katanya.

Menurut dia, masuknya orang-orang pemerintah pada posisi jabatan yang strategis 
sekali (wakil ketua umum) dengan mengalahkan kader-kader yang sudah lama 
berproses dan tidak diragukan loyalitas dan kepribadiannya itu patut disesalkan.

"Pelanggaran prinsip-prinsip kaderisasi NU itu akan melenyapkan kesinambungan 
program, pemerataan daerah, kaderisasi, dan aspirasi yang berkembang di 
muktamar. Nanti, warga NU akan menilai sendiri, siapa yang benar," katanya.

Secara pribadi, ia mengaku pelanggaran pinsip kaderisasi di NU itu sangat 
menyedihkan. "Bisa kita bayangkan ke depan. Gembar-gembor calon-calon ketua 
umum saat muktamar bahwa dia tidak akan masuk ke wilayah politik praktis atau 
kekuasaan justru bak fatamorgana," katanya.

Dalam pandangannya, kepengurusan yang "pelangi" sebagaimana diinginkan Ketua 
Umum PBNU itu justru menjauhkan NU dari motif didirikannya untuk kepentingan 
kaderisasi.

Ia memahami "pelangi" dalam konteks kaderisasi seperti masuknya Aji Hermawan 
yang mantan pemimpin PCI (Pengurus Cabang Istimewa) NU di United Kingdom.

Kepengurusan "pelangi" itu juga terlihat dengan masuknya Affandi Mochtar 
(pejabat Depag RI yang berkomitmen menggagas "NU Connection" di birokrasi), 
Enceng (peneliti senior di LP3ES yang memang NU), Imam Aziz (pendiri LKiS), 
Hamid Bula (`orang kepercayaan" Muhyidin Arubusman), dan Arvin Hakim (Garda 
Bangsa dan `orang dekat` Gus Im).









[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke