http://www.antaranews.com/wawancara/1271689736/perempuan-dalam-pandangan-ibu-negara

Perempuan dalam Pandangan Ibu Negara
Senin, 19 April 2010 22:08 WIB | | 

Jakarta (ANTARA News) - Berbusana kebaya kuning emas, Ani Yudhoyono menerima 
dan menyambut dengan ramah pimpinan dan wartawan Kantor Berita ANTARA yang 
mengunjunginya di Istana Negara, Kamis 15 April silam, untuk mengetahui 
pandangannya tentang perempuan Indonesia.


Kepada ANTARA, Ibu Ani --begitulah Ibu Negara akrab disapa kebanyakan orang-- 
mengungkapkan ide-ide menariknya mengenai emansipasi hak perempuan, kesetaraan, 
posisi dan peran perempuan Indonesia. Juga bagaimana seharusnya perempuan 
Indonesia mengkonstruksikan perannya sebagai ibu. Ibu Ani juga menyinggung soal 
tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia, dan tentu saja Hari Kartini.

Pertanyaan pertama kami kepadanya adalah takarannya mengenai keberhasilan 
empansipasi hak perempuan Indonesia. 

Ani Yudhoyono menjawab, "Saya senang sekali melihat perempuan Indonesia 
mempunyai peran yang luar biasa. Mereka berkiprah di segala bidang  kehidupan, 
di ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan, olahraga, bahkan pertahanan 
dan keamanan. Banyak yang duduk dalam lembaga eksekutif, legislatif, dan 
yudikatif.  Dunia internasional mengakui kiprah kaum perempuan Indonesia. Ya 
berhasil, tapi masih ada yang harus  kita capai untuk lebih berhasil lagi." 


Berikut wawancara dengan Ani Yudhoyono selengkapnya.


ANTARA: Karena minimnya pendidikan, banyak perempuan Indonesia memilih menjadi 
TKW, kemudian timbul masalah-masalah setelahnya. Apa penilaian ibu?

ANI YUDHOYONO: Menurut saya, bekerja di luar negeri itu sah-sah saja. Hanya 
tentu saja yang dikirim ke luar negeri harus betul-betul memiliki pengetahuan 
yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dia tekuni.  Oleh karena itu saya 
berharap, sebelum diberangkatkan, mereka dibekali dulu pengetahuan di bidangnya 
setta hak dan kewajibannya sebagai tenaga kerja di luar negeri, seperti gaji 
dan jaminan kesehatannya.

Mereka harus dibekali pengetahuan tentang kondisi negara yang didatanginya, 
seperti apa hukum dan kondisinya. Jangan sampai berangkat tanpa pengetahuan 
yang cukup, seperti melakukan kegiatan yang mungkin menurutnya tidak apa-apa, 
tapi bagi negara setempat melanggar hukum.

Kontrak kerja menjadi sangat penting, para penyelenggara atau PJTKI mesti 
memberitahukan ini kepada calon tenaga kerja kita. Kontrak kerja betul-betul 
harus diketahui calon tenaga kerja, jangan ditutup-tutupi. 


ANTARA: Bagaimana ibu melihat eksploitasi perempuan di layar kaca?

ANI YUDHOYONO: Terus terang saya risih. Sebetulnya apa sih yang ditawarkan 
iklan. Kita ingin tahu barang yang ditawarkan, bukan yang sama sekali tidak ada 
kaitannya.

Saya berharap kaum perempuan Indonesia untuk hati-hati, jangan terjebak. Dia 
harus hati-hati mengenai apa yang mesti dilakukannya, barang apa yang  
ditawarkan. Jangan sampai kemudian, kok tidak sesuai atau menyimpang.  kaum 
perempuan harus memproteksi dirinya.


ANTARA: Bagaimana ibu memposisikan diri sebagai istri tapi juga ibu negara?

ANI YUDHOYONO: Sama dengan keluarga-keluarga lain. Seorang istri tentu saja 
mempunyai multiperan, adakalanya harus tampil sebagai pendamping suami, adakala 
sebagai ibu dari anak-anak, kemudian sebagai anggota masyarakat. 

Ada komitmen yang kuat antara saya dan bapak mengenai bagaimana menciptakan 
keluarga agar tetap harmonis. Itu menuntut peran semua anggota keluarga, bukan 
hanya istri yang harus menciptakan keharmonisan keluarga, tapi juga suami dan 
anak-anak.

Keluarga harus sayang menyayangi, caring and sharing, saling memperhatikan, 
saling tolong-menolong sehingga tercipta kondisi yang amat baik. 

Menciptakan keluarga yang baik itu berpulang pada keluarga itu sendiri, yaitu 
bagaimana peran suami, kalau di luar bisa saja dia pencari nafkah, tapi begitu 
di dalam dia adalah kepala rumah tangga, ayah dari anak-anaknya. Dia harus bisa 
menggabungkan semua itu menjadi suatu keharmonisan yang harus dimiliki setiap 
keluarga.


ANTARA: Apakah ibu memiliki tokoh panutan dalam bagaimana mengurus keluarga?

ANI YUDHOYONO: Tentu saja ibunda saya sendiri. Saya melihat ibunda saya, dengan 
tujuh orang anak, kok bisa mendidik putra-putrinya menjadi seperti sekarang 
ini. Saya melihat ketegaran seorang ibu, kasih sayang yang diberikannya, baik 
kepada suaminya, maupun  putra-putrinya. Itu yang menjadi panutan saya. 

Ibu saya mengajari kami sopan santun, bersikap kepada orangtua, bagaimana 
menata rumah tangga, masak, dan menunggui putra-putrinya belajar.

Orangtua tidak hanya menuntut kami harus baik nilainya, tapi juga menunggui 
kami bagaimana pelajarannya sudah dikerjakan atau belum. Itu tugas seorang ibu. 
Jadi inilah yang saya adopsi. Saya belajar tidak jauh-jauh, dari ibu saya 
sendiri.


ANTARA: Bagaimanakah cara ibu membesarkan dua putra yang dinilai banyak 
kalangan sukses?

ANI YUDHOYONOi: Alhamdulillah saya mendapat titipan Allah dua orang anak yang 
dianggap sukses. Saya keep in touch dalam pendidikan anak. Saya dan bapak. Pada 
waktu mereka masih kecil, saya memberikan perhatian dan kasih sayang kepada 
mereka. Toh hanya dua, tidak susah. Perhatian saya sangat penuh kepada 
anak-anak, memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkreativitas dan 
menyampaikan kreativitasnya.

Saya mencontoh dari orangtua. Ikut menunggui, bahkan tidak jarang ketika dari 
satu tempat ke tempat lain kita harus pindah dan belum pas waktunya dengan 
jadwalnya  sekolah, saya turun tangan sendiri mengajari mereka.

Saya memberikan kesempatan kepada mereka berdua untuk menyampaikan apa 
keinginannya. Kita hanya mendorong dan mendukung mereka.

Sekarang, satu menjadi seorang militer, itu pun pilihannya sendiri. Kita hanya 
mendorongnya, dan satu lagi terjun ke dunia politik. Itu juga pilihannya 
sendiri.  Kita hanya mendorong dan memberikan semacam dorongan dan fasilitas 
yang diperlukan anak-anak.


ANTARA: Sebagai Ibu Negara, apa impian ibu?

ANI YUDHOYONO: Kalau saya berkeliling ke seluruh Indonesia mendampingi bapak 
presiden bertemu dengan rakyat, saya masih melihat banyak sekali hal yang perlu 
diperbaiki. Di situ, saya bertanya, apa ya yang bisa saya kerjakan untuk mereka.

Saat ini saya memiliki program yang kita sebut "Bersama Menuju Indonesia 
Sejahtera". Tentu impian saya adalah Indonesia ini sejahtera, bagi seluruh 
rakyat Indonesia, bukan sebagian masyarakat Indonesia.

Bersama ibu-ibu anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu, saya 
mengembangkan program Indonesia Pintar, melalui pengajaran. Kami bersama-sama 
dengan Sikib menyiapkan buku-buku yang bisa dibaca anak-anak, kita berharap 
anak Indonesia menjadi pandai dan pintar sehingga menggapai kesejahteraannya.

Program berikutnya adalah Indonesia Sehat. Saya berharap kita semua sehat 
sehingga bisa menggapai kesejahteraan. Kemudian, melalui lingkungan yang sehat, 
lingkungan yang hijau, lingkungan yang berseri, lingkungan yang indah, kita 
bisa menggapai kesejahteraan kita.

Kita semua mempunyai kreativitas yang baik. Dengan kreativitas kita bisa 
menggapai kesejahteraan karena kita bisa membuat sesuatu yang menghasilkan 
income bagi keluarga. 

Sesama kita harus peduli. Kalau sesama masyarakat Indonesia peduli, yang kaya 
memperhatikan yang miskin, yang mampu memperhatikan yang kurang mampu, yang 
berdaya memberdayakan yang kurang berdaya, saya kira kita bisa mencapai 
kesejahteraan kita.

Impian saya sama dengan masyarakat Indonesia, yaitu Indonesia yang sejahtera. 
Itu saja.


ANTARA: Jika suatu saat ibu usai menjadi Ibu Negara, apakah impian itu 
berlanjut?

ANI YUHDOYONO: Insyaallah ya. Insyaallah bersama teman-teman atau bisa saja 
perseorangan. Saya mempunyai keinginan apa yang bisa saya sumbangkan kepada 
negara, jika nanti sudah tidak menjadi ibu negara dan bapak sudah tidak menjadi 
presiden. Kami berdua bisa berbuat sesuatu untuk menggapai kesejahteraan kita.  
Banyak kok yang bisa kita lakukan.


ANTARA: Apa pesan ibu untuk perempuan Indonesia yang akan memperingati Hari 
Kartini nanti?

ANI YUDHOYONO: Saya punya pesan khusus untuk kaum perempuan Indonesia, Marilah 
kaum perempuan Indonesia di manapun berada, kita perjuangkan apa yang menjadi 
cita-cita bersama, yaitu kesejahteraan.  Saya yakin kalau kita bekerja bersama, 
bergandeng tangan dengan sesama kaum perempuan di mana pun berada, tentu saja 
kita bersama-sama laki-laki juga, akan mencapai kesejahteraan kita bersama.


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to