Bismilahirahmarrahiim. Assalamu'alaikum wrwb. Kalau kita amati pemimpin2 umat Islam yg belajar dari Amerika dan dari Saudi atau Timur tengah, terdapat perbedaan2 mendasar walaun sumber ilmunya dari Al Quran dan hadits2.
Dosen2 yang mengajarkan islam di universitas2 Amerika, pada mulanya mereka juga belajar dari guru2 islam Timur Tengah. Para ahli2 tafirs yg telah mengambil ilmu dari Timur Tengah merdeka mengembangkan ilmunya. Sedangkan ahli2 tasir di Timur tengah,kusus Saudi, tidak merdeka mengembangkan ilmu2 islam itu karena negaranya bersifat diktator tdk ada kebebasan mencari ilumu selain yg diajrakan oleh ulama2 wahabi-salfy fundamentalis. Ilmu mereka statis, statusquo, sempit dan akiranya ketinggalan kereta api dlm memajuka umat Islam.. Pemimpin2 Islam kita seperti yg saya sebutkan diatas itu, mereka lebih Toleransi dan berwawasan luas, karena pengaruh iklim dan masarakat setempat. DR Nurcholis, Shafii Maarif, Amien Rais dlm issue; ahmadiyah memberikan kemerdekaan kpd muslim Ahmadiyah untuk menjalankan ibadahnya kpd ALLAH sesuai dgn keyakinan mereka dan merdeka berdakwah di Indonesia sebagaiman firqoh2 islam lain2nya. Sedangkan Din Syamsudin, berbeda suara, tapi sesungguhnya dia tidak melarang Ahmadiyah tapi dia meminta Ahmadiyah menukar nama islam dgn yang lain...ini lucu sekali..kenapa Din Syamsudin berpikir demikian? Sedangkan teman2 lainnya memberikan kemerdekaan kpd ahmadiyah. Saya berkeyakinan, Din tidak lagi menegakan kebenaran, tapi sudah terpengaruh dlm pemelihan umum untuk menarik suar lebih banyak. Jadi Din tidak lagi seorang muslim yang benar2 menegakan kebenaran tapi dia mencari popularitas utk kedudukan atau kekuasaannya di Muhammadiyah , pemerintah dan MUI. Semoga Din di ampuni oleh ALLAH dan kembali menegakan kebenaran ndan keadilan.ALLAH Maha tahu setiap niat kita semua. Salam