"Abdul Muiz" wrote:
Biarlah yang muda berpikir kritis dan logis bahwa yang namanya ide atau faham 
pasti ada irisan positifnya dengan faham lain. Biarlah generasi mudah belajar 
sendiri memilah dan memilih mengembangkan nalarnya apalagi sudah memiliki 
aqidah yang kuat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
########################################################################
HMNA:
Supaya anak muda dapat bernalar harus pula disuguhkan kepada mereka bahan-bahn 
untuk dapat berpikir kritis. Bahan-bahan itu antara lain marxisme, trik-trik 
neo-marxisme dan aqidah. Dan yang perlu diwaspadai, ialah tidak semua bahkan 
kebanyakan generasi muda kontemporer terbius oleh narkoba "hura-hura".
***********************************BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian ajar]
417. Marxisme Ibarat Bulan

Sebermula, perlu diperjelas bahwa dalam tulisan ini dipakai istilah marxis 
kalau penekanannya pada buah-pikiran,  sedangkan komunis,  kalau  penekanannya 
sebagai kekuatan  sosial.  Tatkala memberikan  sambutan pada pembukaan Kongres 
PDIP di Semarang Gus Dur mengatakan antara lain bahwa Pemerintah jangan  
diperalat untuk melarang komunisme.  Sesungguhnya  Gus  Dur  tidak  boleh 
berkata demikian, karena Tap MPRS No.XXV/MPRS/1966 serta UU No.27 thn  1999  
menegaskan PKI sebagai partai terlarang,  melarang penyebaran  ajaran  
komunisme,  leninisme dan marxisme, serta pelanggaran terhadap larangan itu 
adalah tindak  pidana. Maka Pemerintah berkewajiban melarang penyebaran 
komunisme, leninisme dan marxisme.

Dewasa ini dalam masyarakat telah muncul  secara  terbuka orang-orang  yang  
bersimpati kepada Karl  Marx  dan  ajaraannya. Katakanlah misalnya dalam wujud 
tulisan seperti tulisan Mardiadi Amin pada halaman Opini, Harian FAJAR, edisi 
Kamis, 19 Agustus 1999 yang mengatakan bahawa bukan marxismenya  yang   rusak 
melainkan  leninisme dan stalinisme. Ini telah saya bantah  dalam Seri  387,  
Ahad 29 Agustus 1998. Demikian pula  Suapri  Giffari dalam  tulisannya yang 
berjudul: Pesan Karl Marx untuk  Gus  Dur, dalam  Harian  FAJAR,  edisi  
Jum'at,  24  Maret  2000.   Giffari kebablasan menyanjung  Karl Marx sehingga 
menulis  bahwa  teori-teori Karl Marx turut memicu Revolusi Perancis. Itupun 
telah saya koreksi dalam Seri 416, bahwa tidak benar teori-teori Karl Marx 
turut memicu Revolusi Perancis, sebab Revolusi  Perancis  lebih dahulu meletus 
(1789 M.) ketimbang kelahiran Marx (1818 M.).

Sepintas lalu  marxisme memang menarik  utamanya  bagi  kaum muda.  Siapa yang 
tidak tertarik, Karl Marx adalah pahlawan  kaum proletar. Menurut sejarah kelas 
proletar dalam zaman Romawi  Kuno adalah golongan yang tak berpunya. Istilah 
proletar ini  diadopsi oleh  Marx  sebagai  kelas pekerja yang  menjual  
dirinya  (baca: tenaganya) kepada kaum kapitalis. Secara "ilmiyah" Marx dalam 
Das Kapital menghantam sistem kapitalisme dengan teori nilai-surplus (surplus 
value). Marx  menunjukkan bagaimana jahatnya kaum kapitalis mengisap tenaga 
kelas pekerja  dengan senjata nilai surplus itu. Upah yang diterima buruh 
sesungguhnya hanya  untuk membeli  harga tenaga selama misalnya 4 jam saja  
bekerja,  namun kaum pemodal mepekerjakan buruhnya selama 10 jam. Kelebihan  
yang 6  jam  yang dicuri dengan licik dari tenaga buruh itulah yang disebut 
dengan nilai-surplus. Demikianlah sepintas lalu  indahnya teori Karl Marx dalam 
membela kaum yang lemah.

Namun keindahan teori Marx itu ibarat indahnya bulan  purnama yang  dilihat  
dengan mata telanjang. Apabila bulan  itu  dilihat dengan teropong bintang, 
maka keindahan bulan itu menjadi lenyap, ibarat  wajah  gadis yang penuh dengan 
borok  dan bopeng-bopeng, sangat tidak semulus jika dilihat dengan mata 
telanjang.  Marilah kita lihat wajah teori Marx itu dengan teropong. Teori 
"ilmyah" nilai  surplus ini tidak memperhitungkan teknologi.  Pupuk  hasil 
jerih  payah  insinyur  kimia dan metode  pengolahan  lahan  dari insinyur 
pertanian, sebenarnya itulah yang dapat melipat-gandakan hasil  perkebunan dan 
pertanian, ketimbang nilai  surplus  tenaga buruh perkebunan dan buruh tani. 
Maka untuk meningkatkan produksi tidak  perlu  lagi mencuri sekian jam dari 
tenaga  pekerja.  Lagi pula  seperti  kita lihat dewasa ini di negara-negara 
kapitalis tidak sebagaimana persepsi Karl Marx yang menuduh negara  adalah alat 
 untuk melindungi pemodal dalam memeras buruh dengan  peluru nilai surplus. 
(Ini akan diulas tersendiri insya Allah dalam sebuah nomor seri). Terlebih pula 
 antagonisme  antara  pemodal dengan  buruh  di beberapa tempat tidak terjadi  
lagi,  berhubung para  buruh  mempunyai  pula  saham  dalam  perusahan   
tempatnya bekerja. Bahkan beberapa pekerja Turki yang memburuh  di  Eropah 
Barat kembali ke negerinya dan secara patungan membangun pabrik. Ini namanya  
kemanunggalan majikan dengan buruh.  Alhasil  teori nilai surplus sudah 
ketinggalan zaman.

Namun di mana-mana utamanya di negeri-negeri miskin, termasuk di  Indonesia,  
kejahatan  kaum  kapitalis  dengan  peluru  nilai-surplusnya  menurut  visi 
Marx itu, masih dipakai  orang  komunis dalam agitasi dan propaganda untuk 
menarik kaum muda yang jiwanya masih  berapi-api untuk berevolusi. Bahkan waktu 
pertama  kalinya marxisme  diperkenalkan  di Indonesia tahun dua  puluhan,  
tokoh-tokoh Islam seperti almarhum Haji Oemar Said Tjokroaminoto  dapat pula 
terkecoh oleh propaganda kaum marxis ini, sehingga  Syarikat Islam dapat 
disusupi kaum komunis. 

Demikianlah  ibarat  melihat  bulan  dengan  mata  telanjang, marxisme  indah 
dipandang mata. Sehingga ada beberapa di  antara generasi  muda  Islam yang 
terbius oleh agitasi dan  propaganda penyebar  marxisme.  Mereka  itu terbius  
karena  hanya  mengenal marxisme dari kulitnya saja. Mereka itu terkecoh ibarat 
 terkecoh melihat  bulan  purnama  dengan  mata  telanjang  sehingga  bulan 
terkesan  halus dan mulus. Mereka itu mudah dibius, oleh karena misi marxisme 
membela kaum proletar, seperti cahaya bulan purnama yang indah (baca: yang 
mereka pelajari dari  "kulit"  marxisme), seirama  dengan Risalah yang 
dibawakan Nabi  Muhammad  RasuluLlah SAW: AR^YT ALDZY YKDZB BALDYN. FDZLK ALDZY 
YD'A ALYTYM. WLA  YHDH 'ALY TH'AAM ALMSKYN. FWYL LLMSHLYN. ALDZYN HM 'AN 
SHLATHM  SAHWN. ALDZYN  HM YRA^WN. WYMN'AWN ALMA'AWN (S. ALMA'AWN, 1-7),  
dibaca: Araaytal ladzi- yukadzdzibu biddi-n. Fadza-likal ladzi-  yadu''ul 
yati-m.   Wala-  yahudhdhu  'ala-  tha'a-mil  miski-n.   Fawaylul 
lilmushalli-n. Alladzi-na hum 'an shala-tihim sa-hu-n. Alladzi-na hum  
yura-u-n. Wayamna'u-nal ma-'u-n (106:1-7),  artinya:  Apakah engkau  tahu  
orang-orang yang mendustakan agama?  Itulah  mereka yang mengusir anak yatim. 
Dan tiada menyuruh memberi makan orang-orang miskin. Maka celakalah bagi 
orang-orang yang shalat. Yaitu mereka  yang  lalai  dengan shalatnya.  Yaitu  
mereka  yang  suka berpenampilan.  Dan enggan memberikan benda-benda perkakas 
(s. benda-benda perkakas).
Insya Allah dalam seri-seri berikutnya pengasuh kolom ini akan menguliti 
marxisme, ibarat Neil Armstrong yang menjejakkan kakinya di bulan, yaitu 
pandangan  marxisme  terhadap  sejarah, negara,  moral  dan agama. Tulisan 
berseri  tersebut dimaksudkan untuk memperlihatkan betapa pentingnya Tap MPRS  
No.XXV/MPRS/1966 itu dipertahankan. WaLlahu A'lamu bi Al Shawa-b

*** Makassar, 2 April 2000
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2000/04/417-marxisme-ibarat-bulan.html

##################################################################

 

----- Original Message ----- 
From: "Abdul Muiz" <mui...@yahoo.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Sunday, July 04, 2010 20:42
Subject: Re: mesttinya ranggas <= Re: [wanita-muslimah] FPI Akan Bongkar Patung 
Naga di Kota


mbak Mia bisa aja :) ngeles vs konsisten.

menurut hemat saya :

1). Apakah pertemuan itu memang pertemuan pengembangan komunis? ya belum tentu, 
memang benar bahwa yang diajak bertemu adalah anggota keluarga ex PKI, kita 
harus jujur dan tidak ada salahnya berbaik sangka, bahwa mereka selama ini 
diperlakukan lalim oleh pemerintah, dimarginalkan secara sistemik oleh negara, 
sudah saatnya untuk menghentikan sikap tidak adil ini. Saya masih ingat, saat 
testing masuk PNS atau Pegawai BUMN pada era orde baru dulu selalu ada yang 
namanya screening test (bersih lingkungan) kalau Calon pelamar mengaku ada 
anggota keluarganya terlibat langsung atau tidak langsung dengan OT (organisasi 
terlarang tidak cuma PKI tetapi juga Masyumi) maka dapat dipastikan tidak akan 
lulus. Ini jelas tidak fair jauh dari adil sebagaimana seruan Qur'an. Orang 
yang bersalah (PKI) tidak boleh ditanggung oleh anak cucunya yang lahirnya saja 
setelah peristiwa PKI. Ini jelas pelanggaran HAM yang amat jelas. Bahwa soal 
marxism memang meninggalkan phobi
 pada kalangan tua, tetapi apa ya seharusnya kalangan muda dipaksa mewarisi 
generasi tua yang memang memiliki pengalaman berbeda. Biarlah yang muda 
berpikir kritis dan logis bahwa yang namanya ide atau faham pasti ada irisan 
positifnya dengan faham lain. Biarlah generasi mudah belajar sendiri memilah 
dan memilih mengembangkan nalarnya apalagi sudah memiliki aqidah yang kuat, 
tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kecuali generasi muda ini dianggap domba 
yang tersesat. Jadi menurut saya terlalu dini mengangap pertemuan Riebka dan 
Rieke (anggota DPR) dengan anggota ex keluarga PKI di Banyuwangi merupakan 
pengembangan marxism. Sudah saatnya Pemerintah bersikap adil dengan 
mengembalikan hak warga negaranya sendiri yang terampas, diperlakukan lalim.

2). Bandingkan dengan maklumat terang2an dari beberapa pihak, HTI yang
ingin mendirikan khalifah islam, FPI , PKS dll yang ingin menerapkan
syariat Islam. Syariat islam itu adalah mencerahkan dan membebaskan, bukan 
membelenggu seperti ide yang diusung oleh HTI (nah di WM ini saya kira banyak 
teman-teman kita yang menjadi simpatisan HTI dan PKS, semoga ada sharing yang 
bermanfaat). Islam menurut saya adalah jalan hidup yang menjadi basis moral 
dalam berperilaku, kalau hanya mengutamakan kulit maka akan terjebak yang 
namanya politisasi, yakni akan terjadi kecenderungan agama akan dijual dengan 
harga yang sedikit. Kalau ide khalifah ala HTI diterapkan maka bubarlah NKRI, 
padahal founding father sudah meletakkan konsensus final bahwa Indonesia adalah 
NKRI dengan dasar negara Pancasila. Nah kalau PKS berjuang dalam wadah NKRI 
tunduk secara konstitusi adalah sah-sah saja mengusung ide-ide apapun, toh 
bukan untuk membubarkan NKRI, kalau ada ide-ide yang bolong dan kurang pas dari 
mereka tinggal diteriaki atau disoraki ramai-ramai, toh PKS sekarang 
bermetamorfosa menuju partai terbuka.

3). Tindakan FPI bukan hanya melanggar keamanan, tapi sekaligus juga melanggar 
agama, anti amar makruf nahyi munkar. Ya, saya setuju penilaian seperti ini 
mbak Mia. Media amar makruf nahi mungkar itu banyak, tidak hanya menjadi 
parlemen jalanan yang bawa pentungan dan main pukul sambil teriak takbir 
segala. Ada dakwah dengan media buku, contoh keteladanan perilaku akhlaq mulia, 
ceramah yang isinya menyejukkan, optimalisasi media massa, jurnal ilmiyah, 
kampanye damai tanpa merusak, membuat film islami, dll media dakwah tentu masih 
banyak yang belum dioptimalkan.

yang no 4 biar mbak Mia saja yang mengulas.

Wassalam
Abdul Mu'iz

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke